Kisah Naila dan Perjuangan H Musannif untuk Kaum Disabilitas di Aceh
THEACEHPOST.COM | Jantho – Di sebuah desa kecil bernama Gampong Paya, Kecamatan Lhoknga, Aceh Besar, angin sepoi-sepoi membawa aroma garam dari laut yang menyentuh setiap sudut rumah.
Di sana, hidup seorang gadis kecil bernama Naila Annisa, yang meskipun tidak bisa mendengar, mampu melihat dunia dengan warna-warna yang luar biasa.
Naila adalah siswi kelas 4 di Sekolah Luar Biasa (SLB-B) YPAC Banda Aceh. Dari tangannya yang mungil dan lihai, lahir lukisan-lukisan yang memukau.
Setiap goresan kuasnya adalah cerita, setiap warna adalah ungkapan perasaannya.
Meskipun dunia Naila sunyi, lukisannya bersuara lantang, berbicara tentang mimpi-mimpi dan harapan yang tak terbatas.
Pada suatu hari, Naila menerima kunjungan yang tak terduga dari seorang tokoh terhormat di Aceh.
Dialah H Musannif, Ketua Yayasan Dayah Darul Ihsan Abu Krueng Kalee, yang juga dikenal sebagai Calon Bupati Aceh Besar.
Kehadirannya membawa harapan baru bagi Naila dan keluarganya.
Dengan senyum hangat dan pandangan penuh perhatian, H Musannif mendengarkan cerita Naila.
Lewat bahasa isyarat yang diterjemahkan oleh seorang guru, Naila mengisahkan perjalanan hidupnya.
Dia menceritakan bagaimana dia mulai melukis, bagaimana ia memenangkan berbagai kejuaraan melukis di tingkat daerah, dan akhirnya meraih juara 1 di tingkat provinsi Aceh.
Kemenangan ini membawanya untuk mewakili Aceh di tingkat nasional di Jakarta.
Namun, di balik prestasi gemilang itu, H Musannif melihat kesedihan yang tersimpan di mata Naila.
Gadis kecil ini, meski berprestasi, tidak mendapatkan sokongan beasiswa dari manapun, termasuk pemerintah Aceh.
H Musannif merasa terpukul melihat kenyataan ini.
“Kau sangat berbakat, Naila. Apa yang kau butuhkan agar bisa terus melukis?” tanya H Musannif dengan penuh kelembutan, Selasa (25/06/2024).
Naila menatapnya dengan mata bercahaya.
“Saya ingin melukis lebih banyak lagi, tapi kami tak punya cukup uang untuk membeli peralatan melukis yang baik,” jawabnya melalui penerjemah.
H Musannif tersentuh mendengar itu.
Bagaimana bisa, seorang anak dengan bakat luar biasa seperti Naila, tidak mendapatkan dukungan yang layak? Dalam hatinya, ia bertekad untuk memperjuangkan nasib kaum disabilitas di Aceh.
Menurutnya, mereka sering dipandang sebelah mata dan tidak diberikan kesempatan yang sama untuk berkembang.
“Kaum difabel seperti Naila adalah aset berharga bagi kita semua. Mereka memiliki potensi yang luar biasa, yang hanya perlu kita dukung dan kembangkan,” kata H Musannif dengan suara penuh semangat.
Ia pun menyerukan kepada Pemerintah Aceh untuk lebih memperhatikan nasib kaum disabilitas.
“Kita harus berhenti memandang mereka sebagai beban dan mulai melihat mereka sebagai individu yang memiliki keunikan dan kemampuan luar biasa,” tambahnya
Hari itu, H Musannif berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak membiarkan bakat-bakat seperti Naila tenggelam dalam kesunyian.
Ia ingin memastikan bahwa setiap anak, apapun kondisi mereka, mendapatkan kesempatan yang sama untuk meraih mimpi mereka.
Naila tersenyum. Dalam diamnya, ia merasa mendapatkan harapan baru.
Ia tahu, ada seseorang yang mempercayainya, yang melihat potensi dalam dirinya, dan yang siap berjuang untuk masa depannya.
Dan di bawah langit biru Aceh, dengan angin laut yang terus berhembus, kisah Naila dan H Musannif menjadi titik awal bagi perubahan yang lebih baik.
Perubahan yang tidak hanya akan membawa harapan bagi Naila, tetapi juga bagi setiap anak disabilitas di Aceh. []
Baca berita The Aceh Post lainnya di Google News