SRG Kurang Optimal di Aceh, Petani Belum Sadar Sertifikat Bisa Jadi Jaminan Kredit di Perbankan
THEACEHPOST.COM | Banda Aceh – Kepala Bank Indonesia Perwakilan Aceh Rony Widijarto Purubaskoro mengatakan, Sistem Resi Gudang (SRG) sebagai instrumen yang dapat digunakan untuk memberdayakan petani masih belum termanfaatkan dengan baik di Aceh.
Menurut Rony, penyebab kurang optimalnya pemanfaatan SRG di Aceh disebabkan oleh kurangnya sosialisasi dan pemberian literasi kepada masyarakat petani terhadap manfaat dari fasilitas tersebut.
“Keberadaan resi gudang perlu disosialisasikan dengan efektif dan masif ke masyarakat, sehingga masyarakat bisa memahami manfaat-manfaat dari SRG,” ujar Rony, Banda Aceh, Kamis (21/3/2024).
Rony menjelaskan, petani yang menyimpan komoditi hasil panennya di resi gudang akan mendapatkan sertifikat resi gudang. Sertifkat tersebut bisa dijadikan sebagai agunan atau jaminan untuk kredit pinjaman di perbankan tanpa disyaratkan adanya agunan lainnya.
Resi gudang dapat dijadikan jaminan atau agunan untuk mendapatkan pinjaman dari bank, yang umumnya berkisar pada besaran 70 persen dari nilai resi gudang dan tidak diperlukan jaminan tambahan lainnya seperti tanah, kendaraan dan sebagainya.
Atas dasar manfaat itu, Rony kemudian berharap agar pemerintah daerah sama-sama menggalakkan masyarakatnya untuk benar-benar memanfaatkan SRG yang fasilitasnya sudah tersedia beberapa di Aceh.
“Bisa kita bilang faktor-faktor kesuksesan SRG adalah faktor dukungan daerah, produk khusus, infrastruktur, kultur, budaya dan sumber daya manusia yakni profesional manajemen pengelola SRG dan potensi daerahnya,” tutur Rony.
Di sisi lain, menyikapi masih adanya petani yang kurang berminat untuk menyimpan barang hasil panennya di SRG, Kepala BI Perwakilan Aceh itu menjelasakan bahwa keberadaan SRG sebenarnya ditunjukkan sebagai instrumen tunda jual dan memperoleh pembiayaan untuk mengatasi jatuhnya harga komoditi pada saat panen raya.
“Dengan adanya SRG, petani atau pelaku usaha bisa menunda menjual komoditinya pada saat harga-harga komoditas lagi tidak mendukung,” pungkasnya. (Akhyar)