Pencari Ilmu Demi Akhirat, Pencari Ilmu Demi Dunia

Tu Sudan memberikan ilmu kepada para santri. (Foto: Istimewa)

Oleh: H. Hasanuddin, M.Ed (Tu Sudan)

banner 72x960

Hasan al Bashri menjabarkan,

“Orang-orang yang beriman adalah kaum yang tawadhu’ (rendah hati dan tunduk).

Sungguh demi Allah, pendengaran, penglihatan dan anggota badan mereka semuanya tunduk. 

Sampai-sampai engkau mengira mereka sedang sakit, padahal mereka sehat.

Akan tetapi mereka diliputi rasa takut kepada Allah.

Mereka menjauh dari tipuan dunia karena ilmu mereka tentang akhirat.

Mereka berkata, Segala puji bagi Allah yang telah menghilangkan kesedihan kami” .

Beliau melanjutkan,

“Engkau akan menjumpai orang yang mencapai tingkat takwa, yaitu orang yang tekun dalam menuntut ilmu, semakin berilmu, semakin merendah, semakin tawadhu.” .

Di antara perbedaan pencari ilmu demi dunia dengan pencari ilmu demi akhirat:

Pencari ilmu Demi Dunia semata, ia akan berpikir selalu job atau pekerjaan apa setelah lulus atau selesai belajar, demi menghasilkan uang dan kemapanan hidup semata

Kalaupun memberi manfaat buat orang lain, ia berpikir keuntungan duniawi apa yang akan didapat sebagai balasan.

Pencari ilmu Demi Akhirat, ia lebih memikirkan apa yang bisa ia khidmahkan (bermanfaat) untuk banyak orang.

Ada kekhawatiran keikhlasan terkikis.

Karena ketika ia fokus menuju akhirat, ia paham dunia akan datang padanya.

Rekan-rekan yang kuliah atau belajar ilmu dunia, selagi mereka berkhidmah (bermanfaat) dengan ilmunya demi maslahat orang banyak di jalan Allah dengan niat ikhlas karena Allah, maka merekalah pencari akhirat.

“Jika ilmu akhirat itu padi, maka ilmu dunia adalah rumput.

Barang siapa menanam padi maka rumput biasanya ikut tumbuh, tapi barang siapa menanam rumput, maka jangan pernah bermimpi padi tumbuh mengikuti.” .

Allah berfirman,

“Katakanlah, Maukah kami kabarkan tentang orang yang paling merugi amalan mereka? Yaitu orang-orang yang telah sia-sia usaha mereka di dunia, sedang mereka menyangka telah mengerjakan sebaik-baiknya.” (QS.Al Kahfi 103-104)

Saudaraku bersabarlah dalam belajar ikhlas.

Palingkan wajahmu dari pujian manusia dan gemerlap dunia.

Sesungguhnya dunia ini fana dan akan hancur, maka sia-sia ibadah yang engkau lakukan untuk dunia.

Sedangkan akhirat adalah kekal, kenikmatannya juga siksanya.

Bersabarlah di dunia yang hanya sebentar, karena engkau tidak akan mampu bersabar dengan siksa api neraka walau hanya sebentar.

Orang-orang yang tidak bisa mencium bau Surga. Surga adalah tujuan terakhir yang dijanjikan Allah kepada orang Mukmin. Kenikmatannya yang luar biasa, baunya bisa tercium dari jarak 70 tahun perjalanan.

Namun, ada orang-orang yang tidak bisa mencium bau surga saja tidak bisa.

Inilah akibat orang yang belajar agama hanya untuk mencari dunia, mencari kedudukan di hati manusia (ingin dipuji, ingin diakui berilmu), tujuannya belajar bertahun-tahun adalah hanya untuk meraih gelar.

Niat yang ikhlas karena Allah, itu yang mesti diperhatikan.

Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Barangsiapa yang mempelajari suatu ilmu (belajar agama) yang seharusnya diharap adalah wajah Allah, tetapi ia mempelajarinya hanyalah untuk mencari harta benda dunia, maka dia tidak akan mendapatkan wangi surga di hari kiamat.” (HR. Abu Daud no. 3664, Ibnu Majah no. 252 dan Ahmad 2: 338. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Allah tidak menerima amalan kecuali jika dilakukan dengan ikhlas dan mengharapkan wajahNya.” (Nasa’i, bab jihad no 3089).

*Direktur Dayah Mini Aceh.

Komentar Facebook

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *