Refleksi 18 Tahun Tsunami, ANRI Sukses Gelar Seminar Internasional Arsip Pandemi dan Kebencanaan

Para penelis sedang mengisi materi dalam Seminar Internasional “Menuju Pusat Arsip Pandemi dan Kebencanaan: Pelajaran dari Tragedi Tsunami Aceh sebagai Pengetahuan dan Warisan Dokumenter, yang berlangsung di Banda Aceh, Provinsi Aceh, Selasa 13 Desember 2022. (Foto: Theacehpost.com)

Theacehpost.com | Banda Aceh – Dalam rangka memperingati dan merefleksi 18 tahun tsunami Samudera Hindia, Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) bekerja sama dengan Pemerintah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan Universitas Syiah Kuala menyelenggarakan Seminar Internasional “Menuju Pusat Arsip Pandemi dan Kebencanaan: Pelajaran dari Tragedi Tsunami Aceh sebagai Pengetahuan dan Warisan Dokumenter”.

banner 72x960

Seminar tersebut dilaksanakan secara daring melalui aplikasi zoom cloud meeting dan secara luring di Gedung AAC Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, Selasa 13 Desember 2022.

Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PANRB), Abdullah Azwar Annas saat membuka acara menyampaikan pengelolaan arsip merupakan hal yang krusial. Arsip tsunami memiliki monumen dan sejarah yang luar biasa bagi bangsa Indonesia dan masyarakat di dunia.

“Instansi pemerintah berperan penting menjaga arsip bencana, pelindungan dan penyelamatan arsip sebagai upaya meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana,” sebut Menteri Azwar.

Dalam laporannya Kepala ANRI, Imam Gunarto menyampaikan bahwa sejak dibentuk Balai Arsip Tsunami Aceh pada tahun 2010, ANRI terus aktif dalam menyelenggarakan kegiatan peringatan tsunami Samudra Hindia. Tahun 2019, ANRI bersama Pemerintah Aceh dan Universitas Syiah Kuala juga berkolaborasi mengadakan seminar nasional dalam rangka peringatan tsunami.

“Sebagai upaya penghimpunan arsip pandemi Covid-19, organisasi SARBICA mengembangkan program ASEAN Pandemic Response Archives (APARA) yang merupakan kegiatan menghimpun arsip pandemi Covid-19 yang dilakukan oleh negara-negara anggota SARBICA,” katanya.

Sementara itu, Penjabat Gubernur Aceh yang dalam hal ini diwakili oleh Staf Ahli Gubernur Aceh Bidang Keistimewaan Aceh, Sumber Daya Manusia dan Hubungan Kerja Sama, Iskandar Syukri menyampaikan bahwa arsip tsunami merupakan khazanah yang sangat penting untuk dirawat dan dilestarikan karena memiliki informasi penting bagi rehabilitasi dan rekonstruksi pasca tsunami.

“Arsip tsunami dan kebencanaan dapat menjadi sumber pengetahuan, meningkatkan kewaspadaan bencana apalagi arsip tsunami telah mendapatkan register Memory of the World (MoW),” terang Iskandar Syukri.

Kemudian, Rektor Universitas Syiah Kuala, Marwan dalam sambutannya mengatakan bahwa mentransfer pengetahuan tentang bencana kepada generasi berikutnya dan generasi mendatang adalah hal yang penting. Hal ini memperkuat alasan untuk mengembangkan kapasitas manajemen pengetahuan dalam pengurangan risiko bencana.

“Sangat penting untuk bekerja sama dengan ANRI agar dapat menghubungkan sejarah dan kenangan masa lalu kita dengan generasi berikutnya dan masa depan,” sebut Marwan.

Baca juga: Diakui UNESCO, Menteri PANRB: Arsip Tsunami Bisa Jadi Soft Diplomacy Bidang Budaya 

Pentingnya acara ini juga disampaikan oleh Ketua SARBICA, Julia Chee. Ia mengatakan bahwa seminar tahunan ini penting karena berfungsi sebagai pengingat peran arsip dalam mendokumentasikan peristiwa penting, seperti Tsunami Samudera Hindia dan COVID-19.

“Acara ini juga mencerminkan peran arsip dalam bermitra dengan masyarakat untuk mengisi kesenjangan dalam koleksi yang ada yang memberikan gambaran akurat tentang sejarah terkini,” kata Julia.

Seminar internasional ini juga menjadi momentum dalam menyosialisasikan keberhasilan penominasian arsip Tsunami Samudera Hindia sebagai MoW. Arsip tsunami Samudera Hindia telah diakui UNESCO sebagai MoW pada 30 Oktober 2017.

Arsip tersebut merekam peristiwa bencana tsunami, proses mitigasi, serta proses rehabilitasi dan rekonstruksi pascabencana. Arsip tsunami Samudera Hindia yang diakui UNESCO terdiri dari arsip tekstual sepanjang 9,3 km linier, arsip foto sebanyak 500 lembar, arsip rekaman suara sebanyak 196 kaset, arsip video magnetik sebanyak 13 kaset, serta arsip elektronik dalam bentuk CD/DVD sebanyak 1.230 keping.

Saat itu, penominasian arsip tsunami Samudera Hindia dilakukan melalui nominasi bersama (joint nomination) antara Indonesia dan Sri Lanka.

Seminar ini terbagi menjadi dua sesi panel. Pada panel sesi satu menghadirkan Victorino M. Manalo yang membahas APARA Initiative, Sanira Karim Gani yang membahas Methods in Efforts to Provide Protection and Security of Archives, Both in Preventive and Curative Actions, dan Norsuriaty Awang Hassim yang menyampaikan tentang Experience on Disaster Affected Archives Management in One of Institutions.

Adapun pada panel sesi kedua menghadirkan Yoshimi Nishi dengan pembahasan Archival Preservation, Alfi Rahman yang membahas Promoting Digital Archives for Sustainable Disaster Awareness in South East Asian Region, serta Yudo Giri Sucahyo yang membahas tentang Disaster Archives in the Midst of Digital Transformation Era.

Pada rangkaian acara seminar internasional ini juga dilaksanakan penandatanganan Executive Program antara ANRI dan National Archives of Singapore dan penandatanganan Nota Kesepahaman antara ANRI dengan Universitas Islam Negeri Ar-Raniry.[]

Baca juga: Kepala BNPT Ingatkan Perkuat Solidaritas Cegah Terorisme

Komentar Facebook

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *