Insiden Padam Lampu di Laga Perdana Persiraja, Ini Kata Manajer Abi Umar Rafsanjani
Theacehpost.com | BANDA ACEH – Padamnya lampu penerangan di Stadion H Dimurthala Banda Aceh jelang kick-off antara Persiraja Banda Aceh vs PSMS Medan membuat laga tersebut batal digelar. Puluhan ribu penonton meluapkan kekecewaanya hingga terjadi pengrusakan dan pembakaran sejumlah fasilitas stadion.
Komite Ad-Hoc Kompetisi PSSI dan PT Liga Indonesia Baru (LIB) kemudian memutuskan Klub Persiraja Banda Aceh dinyatakan kalah 0-3 atas PSMS Medan, sebagai mana diatur dalam Pasal 2 Jo Pasal 18 Regulasi Kompetisi Liga 2- 2022/2023.
Terkait insiden tersebut Manajer Persiraja Banda Aceh, Tgk Umar Rafsanjani menyampaikan permohonan maaf dan tanggapannya dalam surat terbuka yang diterima Theacehpost.com, Selasa 6 September 2022. Berikut isi surat tersebut.
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Kami mohon maaf…
Situasi dan kondisi Persiraja saat ini tidak normal, manajemen sekarang baru memegang Persiraja akhir bulan Agustus, satu hari sebelum akhir masa pendaftaran di Liga 2.
Jika tidak maka Persiraja akan degradasi ke Liga 3. Lalu datanglah Ust Zulfikar sby menyelamatkan persiraja, laksana memegang granat aktif yg sebelumnya tidak ada seorangpun yg berani ambil alih dengan niat perbaikan dan dakwah di kalangan pesepak bola.
Lalu Ust Zul ‘kap igoe pet mata’, bayangkan dalam masa 2 minggu proses dari nol, dengan kondisi stadion yang serba kurang, seleksi pemain dalam 3 hari, mencari pelatih yg taat sesuai lingkungan Aceh, tanpa sponsor yg besar, tanpa pengurus yang tertulis dan tanpa gaji.
Karena banyak juga orang-orang yang ‘jak peu ureung-ureung droe’ seolah-olah sudah profesional dalam dunia bola padahal ujung-ujungnya ingin meraup cuan, sehingga Ust Zul harus netral dan menengahi mereka agar tidak ada yg tersinggung.
Namun orang-orang ini hari demi hari mundur teratur dengan sendirinya. Namun proses Persiraja terus berjalan tanpa manajemen tertulis apakah panitia pelaksana, media official dan lain-lainnya.
Intinya yang ngaku cinta Persiraja dituntut ikhlas dalam membantu, siapapun dia.
Open manajemen kalo bahasa Ust Zul.
Saya yang sebelumnya hanya membantu perbaikan sarana dan prasarana stadion, mulai dari pembersihan lapangan dan gedung, sampai dekorasi tata letak dan seni cat khas warna Persiraja hampir di semua sudut dan ruang, sehingga pihak PT LIB meluluskan lapangan dan gedung stadion layak pakai.
Singkat cerita tiga hari sebelum tanding saya ditunjuk sebagai manajer untuk mengurus keperluan tim, pelatih, pemain, official dan asisten pelatih yang sebelumnya amburadul karena sikon tadi.
Dan alhamdulillah, selama saya memenej tim tiada yang kurang bahkan semua pemain termasuk pelatih puas dan senang hati.
Jika kenal bisa tanya langsung kepada pemain dan pelatih dan asistennya bagaimana kinerja saya (meraka panggil saya Abi) selama menangani mereka, sampai limit hari terakhir kita datang ke Polsek Barona Jaya untuk booster ke 3.
Intinya semua proses berjalan mulus walau agak krusah krusuh dan terburu-buru dan Persiraja disahkan bisa bermain semalam.
Dan seandainya tidak terjadi insiden generator lampu semalam yg sebelumnya oke-oke saja, bisa dikatakan manajemen dan tim Persiraja sangat sukses yang telah bekerja dalam waktu 2 minggu.
Pakar manajemenpun harus tutup buku teori dan bisa-bisa gila dengan keberhasilan ‘super team’ yang dilakukan oleh manajemen dalam menyelamatkan Persiraja.
Saya bukan ahlinya dan hampir semua tim sekarang itu bukan ahlinya tapi mereka mau belajar dan bekerja untuk sikon saat ini.
Nah…saya bertanya, yang ahlinya itu siapa dan kemana? kenapa tidak ada yang berani memegang dan mengurus Persiraja? siapa tau dan siapa yang bisa jawab?
Wassalam,
Tgk Umar Rafsanjani
Manejer Persiraja