90 Personel Pasukan PBB di Lebanon Positif Covid-19
Theacehpost.com | JAKARTA – Sebanyak 90 personel Pasukan Penjaga Perdamaian Perserikatan Bangsa-Bangsa di Lebanon (UNIFIL) dilaporkan terjangkit Covid-19. Informasi itu disampaikan ujar seorang juru bicara UNIFIL, Andrea Tenenti.
Seperti dilansir AFP, Selasa (15/9), sebanyak 88 prajurit yang terinfeksi Covid-19 berada di antara kontingen nasional UNIFIL yang sama.
Tenenti mengatakan infeksi ini adalah yang pertama tercatat di UNIFIL. Dia menambahkan bahwa pasukan yang sakit telah dipindahkan ke fasilitas yang aman untuk mendapatkan perawatan.
UNIFIL berharap dapat mencegah wabah yang semakin besar.
“(UNIFIL) telah melakukan pelacakan kontak yang kuat, dan menerapkan pengujian dan isolasi yang menyeluruh,” kata Tenenti.
Libanon mengalami lonjakan virus corona sejak ledakan besar pada 4 Agustus lalu yang menghancurkan Beirut. Ledakan itu menewaskan hampir 200 orang dan melukai ribuan orang lainnya.
Kementerian Kesehatan Libanon melaporkan di antara 400 dan 600 kasus baru per hari, setidaknya 22 di antaranya berada di salah satu penjara paling padat di negara itu.
Media massa Irlandia, RTE, melaporkan kewarganegaraan personel UNIFIL yang tertular virus masih dirahasiakan. Namun, Juru Bicara Angkatan Bersenjata Irlandia mengonfirmasi bahwa semua pasukan Irlandia yang bekerja dengan UNIFIL “aman dan sehat”.
Saat ini, sekitar 350 tentara Irlandia dikerahkan di Libanon selatan dan diperkirakan tidak akan pulang hingga November.
Pasukan penjaga perdamaian didirikan untuk mengawasi penarikan pasukan Israel dari Libanon setelah invasi 1978.
Pada 2006, mandat UNIFIL diperpanjang setelah perang 34 hari antara Israel dan Hizbullah.
Sekarang terdapat lebih dari 9.400 tentara angkatan darat dengan UNIFIL, serta lebih dari 850 personel angkatan laut di Satuan Tugas Maritim.
Pasukan yang ditempatkan di Libanon selatan berasal dari 45 negara bagian di seluruh dunia, termasuk Indonesia, India, Nepal, China, dan Malaysia.
Mandat UNIFIL diperbarui dalam pemungutan suara tahunan oleh anggota Dewan Keamanan PBB (DK PBB). Sebagai bagian dari pembaruan pada bulan lalu, pasukan itu mengurangi jumlah pasukannya dari 15 ribu menjadi 13 ribu di tengah kritik AS dan Israel atas efisiensinya.
Akan tetapi, para diplomat mengatakan bahwa perubahan itu hanya bersifat simbolis karena hanya 10.500 tentara yang saat ini dikerahkan di Libanon selatan.
Editor: Eko Deni Saputra