Semangat Merdeka dari Aceh untuk Indonesia

Nab Bahany As. (Foto Akun FB Nab Bahany As)

Oleh: Nab Bahany As*)

banner 72x960

SETELAH Jepang menyerah kalah pada Sekutu, Indonesia diproklamirkan kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945.

Untuk mempertahan kemerdekaan yang telah diproklamirkan itu, di Aceh didirikan sebuah surat kabar perjuangan yang diberi nama Surat Kabar Semangat Merdeka. Ini merupakan surat kabar Republik Indonesia pertama yang terbit di Aceh.

Foto dokumen Surat Kabar Semangat Merdeka. (Dok Nab Bahany As)

Semua wartawan yang tergabung dalam Surat Kabar Semangat Merdeka adalah mantan wartawan Surat Kabar Atjeh Sinbun milik Pemerintah Jepang saat menduduki Aceh.

Maka aset Surat Kabar Atjeh Sinbun itu, baik perkantoran maupun mesin percetakannya dimanfaatkan oleh mantan tokoh-tokoh wartawan Atjeh Sinbun untuk mendirikan Surat Kabar Semangat Merdeka.

Maka, pada 18 Oktober 1945, terbitlah edisi perdana Surat Kabar Semangat Merdeka di Aceh sebagai surat kabar pertama Republik Indonesia yang mengusung semangat perjuangan dan mempertahankan proklamasi kemerdekaan Indonesia.

Karyawan dan wartawan Surat Kabar Semangat Merdeka. (Dokumen Nab Bahany As)

Di awal-awal terbit Surat Kabar Semangat Merdeka hanya tiga kali seminggu; Senin, Kamis, dan Sabtu. Surat kabar ini diterbitkan oleh Badan Penerbit Semangat Merdeka Kutaraja. Tak lama kemudian surat kabar terbesar dan paling laris di Aceh saat itu, dapat diterbitkan tiap hari.

Surat Kabar Semangat Merdeka ini paling berperan sebagai surat kabar perjuangan bagi Republik Indonesia terutama pada agresi Belanda pertama dan kedua yang berhasil menguasai kembali ibu kota (Batavia) dan Yogyakarta serta kota-kota penting lainnya pada tahun 1948.

Waktu itu, darat, laut, dan udara telah diblokade semuanya oleh Belanda. Termasuk stasiun-stasiun radio telah diambil alih. Indonesia saat itu terkurung dalam blokade Belanda. Kecuali Aceh yang masih tersisa.

Satu-satunya media  (surat kabar) penyebar informasi perjuangan dalam mempertahankan proklamasi  kemerdekaan Indonesia adalah Semangat Merdeka yang terbit di Aceh.

Surat Kabar Semangat Merdeka selain mengkanter berita-berita propaganda Belanda juga menyiarkan situasi perjuangan pejuang Aceh di perang Medan Area, Sumatera Utara (Sematera Timur?) yang terus berjuang agar Belanda tidak lagi bisa menguasai Aceh.

Bersamaan dengan itu di Aceh juga mengudara sebuah radio di hutan rimba belantara Aceh Tengah yang kemudian dikenal dengan nama Radio Rimba Raya. Radio inilah yang terus menyiarkan kepada dunia luar bahwa “Indonesia masih ada wilayahnya di Aceh”.

Radio Rimba Raya ini mengudara dalam lima bahasa secara internasional, yaitu bahasa Arab, bahasa Inggris, bahasa Urdu,  bahasa Melayu, dan bahasa Indonesia.

Siaran Radio Rimba Raya ini ditangkap oleh radio-radio luar negeri lainnya, seperti Radio Newdelhi di India. Radio Newdelhi mereli siaran Radio Rimba Raya hingga diterima oleh stasiun-stasiun radio lainnya di berbagai negara lain seperti Eropa hingga ke PBB.

Dalam setiap siaran Radio Rimba Raya yang dioperasikan pada tengah malam selalu mengkanter propaganda bahwa Indonesia telah dikuasai lagi oleh Belanda. “Indonesia masih ada wilayahnya di Aceh,” begitu disuarakan oleh Radio Rimba Raya berulang-ulang.

Nah, itu baru dua peran media informasi dari Aceh, yaitu Semangat Merdeka dan Radio Rimba Raya dalam menyelamatkan kemerdekaan Indonesia yang hari ini merayakan HUT-nya yang ke-77 tahun.

Masih banyak jasa-jasa Aceh lainnya untukmu wahai Indonesia. Ketika kau minta satu sumbangan pesawat terbang, rakyat Aceh malah menyumbangkan dua pesawat. Kau bilang tidak ada uang untuk operasional saat Indonesia beribu kota di Yogyakarta, Aceh menyumbangkan 500 Dalar Singapura untuk biaya operasional pemerintahanmu kala itu.

Berikutnya, ketika ibu kotamu berpindah darurat ke Bukit Tinggi, seorang putra Aceh yaitu Teuku Hamid Azawar dan Teuku Muhammad dari Samalanga menyumbangkan sebuah pesawat dan sebuah kapal untuk TNI sebagai modal awal operasional TNI memantau keamanan dari blokade Belanda.

Kemudian wahai Indonesiaku, 32 kg emas yang kau pacang di Tugu Monas sebagai ikon kebanggan ibu kotamu hari ini, 28 kg di antaranya adalah sumbangan putra Aceh.

Jasa Aceh yang bagaimana lagi yang kau minta wahai Indonesia. Darah dan nyawa telah juga dipertaruhkan Aceh untuk menyelamatkanmu, saat engkau dalam sakratul maut pada 1948.

Indonesia, kesetiaan Aceh bagaimana lagi yang engkau harapkan. Kalau saja Radio Rimba Raya tidak menyiarkan “Indonesia masih ada wilayahnya di Aceh”, apa yang bakal terjadi padamu Indonesiaku saat itu?

Semua riwayatmu wahai Indonesiaku atas jasa Aceh, tercatat rapi dalam sejarahmu dan tak mungkin untuk dipungkiri. Semua anak bangsa harus mengetahui sejarah ini.

Maka, saya menyarankan bangunlah monumen Surat Kabar Semangat Merdeka di Banda Aceh sebagai bukti sejarah surat kabar perjuangan yang telah berjasa besar mempertahankan proklamasi kemerdekaan Indonesia di Aceh. Seperti halnya monumen Radio Rimba Raya di Aceh Tengah (kini Bener Meriah).

Dirgahayu Indonesiaku, sekali merdeka tetap merdeka!

*) Penulis adalah Seniman dan Budayawan Aceh

 

Komentar Facebook

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

2 Komentar

  1. Lorie Lattus

    Terkasih atas artikel yang mengagumkan tentang provinsi-provinsi dan geografi Indonesia! Sungguh menarik untuk mempelajari lanskap dan budaya yang beragam di kepulauan ini. Saya sangat menghargai usaha Anda menyajikan gambaran yang komprehensif. Ada rekomendasi pribadi untuk tempat wajib dikunjungi atau tempat tersembunyi di provinsi-provinsi Indonesia? Saya sangat bersemangat untuk menjelajahi lebih banyak dan akan sangat senang mendapatkan wawasan lokal! 🌴🗺️✨

Sudah ditampilkan semua