Persiraja tak Putus Dirundung Malang

Said Mursal

 

banner 72x960

 

Oleh: Said Mursal*)

NASIB Persiraja sejak dulu hingga kini selalu dalam aneka persoalan. Soal biaya kelangsungan hidup, organisasi hingga utang piutang. Itulah persoalan dasar yang selalu membelitnya.

Lepas dari satu periode kepengurusan ke lainnya dan sekarang di bawah PT Persiraja Lantak Laju, setelah 5 tahun sudah goyah. Wajar jika masuk tahun keenam ini, kolep.

Dari berbagai persoalan yang mendera saat ini, hal utama yang harus diselesaikan adalah mendaftar dan ikut kompetisi di Liga 2 akan dimulai akhir Agustus ini. Hanya tinggal hitungan hari. Ini tugas berat bagi tim transisi (jika pihak PT Persiraja Lantak Laju) memang tak mau aktif lagi.

Segala persoalan yang ada dengan pihak lama dapat dirundingkan dan akan dicari jalan keluar untuk diselesaikan. Ingat, tanpa ikut kompetisi, maka Liga 3 sudah menanti. Untuk naik kembali ke Liga 2 bukan kerja mudah.

Meski pada 2023 nanti ada uang banyak tetapi belum tentu bisa naik lagi ke Liga 2. Butuh waktu sangat lama jika tak punya persiapan matang dalam segala aspek.

Sekarang, meski terlambat persiapan, saya kira peluang bertahan di Liga 2 masih cukup besar. Kompetisi Liga 2 Tahun 2022 kemungkinan dibagi 3 wilayah.

Biasanya Wilayah l terdiri klub asal Sumatera, yaitu Persiraja, PSMS, PSDS, Karo United, Semen Padang, PSPS Pekanbaru, Sriwijaya. Ditambah klub dari Banten, Jabar.

Memang, pembagian wilayah masih belum jelas begitu juga dengan jatah promosi dan degradasi. Biasanya dua atau tiga klub dari tiap wilayah. Pembagian wilayah, degradasi, dan promosi akan ditentukan PSSl pecan depan.

Terlepas dari Nazaruddin Dekgam yang sudah mundur, berarti kalau mundur harusnya ada orang lain dari PT Persiraja Lantak Laju tampil untuk menggantikannya. Atau melepaskan Persiraja? Beda mundur dengan lepas.

Saya salut dan mengapresiasi Nazaruddin Dekgam. Lima tahun lebih menangani tim sendiri. Ini bukan kerja mudah karena  menyangkut duit keluar setiap tahun tanpa pemasukan atau pendapatan yang jelas, selain uang subsidi dari PT LlB. Uang yang harus digelontarkan setiap tahun mencapai miliaran rupiah.

Perusahaan besar seperti Pertamina dulu punya klub lndonesia Muda di masa masa Galatama 1979 sampai 1994.

Pardedetex, Jayakarta milik PT Pembangunan Jaya, Warna Agung (juara Galatama 1979) milik Benny Mulyono, pabrik cat Warna Agung, dan PT Krama Yudha Tiga Berlian selaku pemilik klub Krama Yudha hanya mampu bertahan 10-14 tahun. Begitu juga Pelita Jaya milik Bakrie Grup. Banyak orang berduit lainnya, semua mundur teratur, tinggal nama. Bangkrut.

Dari persoalan yang dihadapi Persiraja sekarang harapan saya hanya satu, tim transisi dapat bekerjasama dengan PT Persiraja Lantak Laju untuk menyelamatkan Persiraja. Itu saja.[]

*) Penulis adalah Mantan Sekum Persiraja 2013-2016 dan Pengurus periode 1989 sampai 1998.

Komentar Facebook

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *