Musibah MIN 2 Banda Aceh Memicu Keprihatinan Hakim Tinggi Tipikor
Theacehpost.com | BANDA ACEH – Musibah yang menimpa murid MIN 2 Banda Aceh di Gampong Mulia—yang juga dikenal sebagai MIN Merduati—akibat robohnya struktur bangunan (tombak layar) gedung sekolah tersebut memicu keprihatinan Hakim Tinggi Ad Hoc Tindak Pidana Korupsi (Tipikor), Dr. H. Taqwaddin, SH, SE, MS.
“Masya Allah, itu sekolah saya. Semoga tak ada korban serius apalagi sampai meninggal,” kata Taqwaddin menanggapi berita musibah MIN 2 Banda Aceh di Gampong Mulia, sebagaimana disiarkan media ini.
Berita terkait: Struktur Bangunan MIN 2 Banda Aceh di Gampong Mulia Roboh, Belasan Murid Luka-luka
Bagi Taqwaddin, MIN Merduati atau MIN 2 Banda Aceh tak bisa dipisahkan dari sejarah pendidikannya. Dia merupakan salah seorang alumni MIN Merduati (tujuh tahun) yang tamat pada tahun 1975.
“Ini foto ijazah saya,” tulis Taqwaddin dalam pesan WhatsApp-nya sambil memposting ijazah yang sudah berusia 47 tahun tersebut lengkap dengan identitas foto bocah Taqwaddin.
Taqwaddin yang juga mantan Kepala Ombudsman RI Perwakilan Aceh berharap semoga pemerintah, dalam hal ini pihak Kemenag Kota Banda Aceh sesegera mungkin memulihkan kondisi ini. Sehingga, proses belajar mengajar dapat kembali normal seperti biasa.
“Juga perlu pendekatan khusus kepada anak-anak dan orangtua yang trauma akibat musibah itu,” ujar Taqwaddin yang juga Ketua Dewan Pakar Forum Pengurangan Risiko Bencana (Forum PRB) Aceh.
Dia mengingatkan agar musibah ini menjadi pelajaran berharga bagi semua pihak terkait agar tidak main-main dengan konstruksi gedung. Harus dikerjakan dengan profesional dan hati-hati.
“Saya menyimpan banyak kenangan di madrasah dengan masa pendidikan 7 tahun tersebut. Di madrasah itulah saya mulai mengenal angka dan huruf. Untaian kata dan kalimat pun saya belajar di sini. Kami memiliki guru yang hebat-hebat di madrasah ini,” ujar Taqwaddin menyiratkan kesedihan.
“Saya menjadi Hakim Tinggi, Kepala Ombudsman, Dosen yang doktor pun tidak lepas dari pendidikan awal yang diajarkan oleh para guru saya di madrasah ini. Saya masih ingat dan mengenang jasa baik mereka meski itu hampir setengah abad lalu,” lanjutnya.
Pada akhir pernyataannya, Taqwaddin berharap pengelola madrasah sekarang, baik guru maupun tenaga pendidik lainnya untuk menenteramkan suasana batin murid yang cemas akibat hal ini. “Segera pulihkan proses belajar mengajar,” tutup Taqwaddin. []