Semalam di Pendopo Bireuen, di Kamar Presiden Soekarno
SENIN malam, 21 Februari 2022, pukul 23.00 WIB, saya bersama unsur Pengurus PWI Aceh; Azwani Awi (Wakil Sekretaris I), M. Nazar Ahadi dan Reza Gunawan (Seksi Organisasi dan Keanggotaan) plus Roni Chusmiran (Staf Sekretariat) tiba di Bireuen. Kehadiran kami di kota yang berjarak sekitar 234 kilometer dari Banda Aceh tersebut untuk melaksanakan Konferensi Kabupaten (Konferkab) VI PWI Bireuen. Acaranya di Aula Setdakab Bireuen, persis di belakang sebuah bangunan tua yang tak lain adalah Pendopo Bupati Bireuen yang kini ditetapkan sebagai cagar budaya. Ke bangunan tua itulah, menjelang tengah malam itu kami dipandu oleh Ariadi B. Jangka, Penasihat PWI Bireuen untuk menginap. Saya mendapat fasilitas kamar yang pernah digunakan oleh Ir. Soekarno, Presiden ke-1 RI ketika berkunjung ke Bireuen pada tahun 1948.
Penelusuran Theacehpost dari berbagai sumber sejarah –termasuk tulisan Iskandar Norman di kumparan.com/acehkini—Pendopo Bupati Bireuen yang kini jadi cagar budaya pernah menjadi rumah dinas Controleur Belanda. Pada masa pendudukan Jepang, bangunan itu beralih menjadi kantor Pemerintahan Jepang di Bireuen.
Setelah kemerdekaan, bangunan itu menjadi rumah dinas Panglima Divisi X Tentara Republik Indonesia (TRI) Komandemen Sumatera, Kolonel Husein Joesoef, dikenal sebagai Haje Bop alias Husein Joesoef Bopeng, karena mukanya memang bopeng.
Presiden Soekarno menginap di sana saat mengunjungi Aceh pada Juni 1948. Referensi tentang itu bisa juga dibaca dalam buku ‘Perkundjungan Presiden Soekarno ke Atjeh’ terbitan Panitija Penyamboetan Presiden Soekarno di Aceh, tahun 1948.
Dalam buku itu dijelaskan, rombongan Presiden Soekarno dan pejabat Residen Aceh sampai di Bireuen pada sore 17 Juni 1948. Malamnya Seokarno dan rombongan menginap di Meuligoe tersebut.
Keesokan paginya, 18 Juni 1948, Presiden Soekarno memberikan kursus politik kepada pejabat dan pemuda di Bireuen. Malamnya, digelar rapat raksasa di lapangan Cot Gapu, Bireuen. Sekitar 100 ribu warga dari Aceh Utara, Aceh Tengah, dan Aceh Timur hadir ke sana untuk mendengar pidato politik Presiden Soekarno.
Di Meuligoe itu pula, Presiden Soekarno bersama Gubernur Militer Aceh Langkat dan Tanah Karo, Jenderal Mayor Tituler Teungku Muhammad Daud Beureueh, bersama Kolonel Husein dan Cek Mat Rahmany menyusun strategi untuk merebut Sumatera Timur dari pasukan Sekutu/Netherland Indies Civil Administration (NICA).
Strategi itu bukan hanya dibicarakan keempat mereka ketika di Meuligoe Bireuen saja, tapi juga dalam perjalanan pulang dari Bireuen ke Banda Aceh. Maka, dibentuklah pasukan Resimen Istimewa Medan Area (RIMA) dari Aceh yang diberangkatkan ke Sumatera Timur untuk melawan Sekutu/NICA, dikenal dalam sejarah sebagai peristiwa perang Front Medan Area.
Empat kamar
Pemerintah Kabupaten Bireuen secara rutin merawat gedung pendopo yang terdiri dari empat kamar itu.
Kempat kamar tersebut adalah Kamar Soekarno, Kamar Kolonel Husen Yusuf, Kamar Radio Rimba Raya, dan satu kamar lagi untuk prosesi adat, yaitu peusijuek (tepung tawar) tamu penting yang berkunjung ke Bireuen.
“Semuanya masih sesuai format lama. Hanya saja, meja sudah baru, tempat tidur sudah baru, tapi modelnya tetap sama,” kata Kepala Humas Pemkab Bireuen, Azmi sebagaimana pernah dilansir Kompas.com.
Kamar Radio Rimba Raya
Pada masa perjuangan mempertahankan kemerdekaan RI, Radio Rimba Raya menjadi corong Indonesia di dunia internasional.
Ketika peralatan/pemancar radio itu dibawa dari Banda Aceh sempat disimpan di pendopo Bireuen. Ketika agresi militer Belanda makin masif, radio itu digeser ke pedalaman Kabupaten Bener Meriah, tepatnya di kawasan Rimba Raya.
Jejak radio itu termasuk tempat penyimpanannya kini terpelihara dengan baik di bangunan tua, Pendopo Bireuen.
Menurut catatan media ini, Presiden RI yang pernah berkunjung ke Kamar Soekarno yaitu Presiden Jokowi dan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Namun kedua presiden tersebut tidak menginap.
Sedangkan Ketua Umum Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) ketika safari Ramadhan ke Bireuen, 24 April 2021 menyempatkan diri singgah sekaligus bermalam di kamar sang Proklamator.
Tulisan ini dilengkapi beberapa foto yang diabadikan tim PWI Aceh ketika mendapat kesempatan bermalam di Pendopo Bireuen, dengan ‘memborong’ semua kamar yang ada di bangunan bersejarah itu.
“Nyaman istirahatnya?,” tanya Bupati Bireuen, Dr. H. Muzakkar A. Gani, S.H., M.Si saat berbincang dengan Ketua PWI Aceh menjelang membuka Konferkab VI PWI Bireuen, Selasa, 22 Februari 2022.[]