Menyongsong Konferensi PWI Bireuen

A Hadi Djuli. (Foto: Dokumen pribadi)

Oleh: A Hadi Djuli *)

banner 72x960

PERSATUAN Wartawan Indonesia (PWI) Kabupaten Bireuen dibentuk pada pertengahan 2001. Organisasi kewartawanan ini terbentuk usai Bireuen berdiri.

Pengurus PWI Bireuen sempat vakum. Namun, untuk menyelamatkan kepengurusan PWI Bireuen, pada 2004 tampuk kepengurusannya diserahkan kepada saya, yang kala itu didapuk sebagai sekretaris PWI Cabang Bireuen.

Atas kepercayaan sebagai Pelaksana Ketua (Plt) PWI Cabang Bireuen, saya bersama dengan dukungan rekan-rekan wartawan Bireuen berupaya keras untuk memajukan organisasi ini. Kepemimpinan Saya berakhir pada 2015, setelah dua periode memimpin PWI Bireuen.

Seterusnya, pada 2015 hingga 2022 (dua periode) PWI Kabupaten Bireuen diketuai Suryadi. Periode kepemimpinan Suryadi telah berakhir beberapa bulan lalu. Namun, karena pengaruh pandemi Covid-19, Konferensi VI PWI Bireuen untuk membentuk pengurus tiga tahun ke depan direncanakan berlangsung hari ini, Selasa, 22 Februari 2022.

Panitia Konferensi VI PWI Bireuen sudah terbentuk dengan diketuai Rizanur. Sekarang, sedang mempersiapkan hal-hal yang dibutuhkan pada hajatan dimaksud.

Panggung acara sedang dipermak di Aula Sekdakab Bireuen. Panitia konferensi juga sudah menjumpai Bupati Bireuen, Dr H Muzakkar A Gani SH MSi. Bupati pun sudah memberikan sinyal untuk membuka acara ini.

Kinerja Rizanur dan kawan-kawan dalam mempersiapkan konferensi pantas diberikan ‘jempol’.

Tapi, perlu disadari bahwa kesuksesan konferensi ukurannya tidak semata dari banyaknya tamu yang hadir saat acara pembukaan konferensi. Dan, tidak juga dinilai dari jumlah papan bunga yang memagari lokasi acara.

Konferensi akan dinilai sukses apabila orang-orang yang terlibat di dalam kepengurusan terdiri dari sosok ‘hebat’ yang punya keinginan untuk membina anggota dan mampu menjaga kehormatan organisasi.

Sekarang ini dalam rumah PWI Bireuen bergabung 12 wartawan kompeten. Mereka bekerja di media yang sudah terverifikasi Dewan Pers. Dan sembilan di antara mereka sudah memenuhi syarat untuk dipilih sebagai ketua.

Mereka terdiri dari, Hamdani, Ariadi B Jangka, Joniful Bahri, Murdeli, Ihkwati, Zulhelmi, Rizanur, Muhammad MY, Umar A Pandrah. Sedangkan Fajri Bugak belum memenuhi syarat untuk maju sebagai calon ketua, terbentur dengan kartu anggota biasa yang belum sampai satu tahun.

Nah, siapakah yang pantas menerima tongkat estafet ketua PWI Bireuen periode 2022-2025?.

Berbicara pantas atau tidak, tentu harus ada ukuran pembanding. Namun untuk menjadi ketua PWI di satu kabupaten, tentu tidak sama dengan menjadi ketua di kabupaten lainnya. Tak hanya sebatas itu, karakter untuk menjadi ketua satu organisasi dengan ketua organisasi lainnya juga tidak sama.

Organisasi pers seperti PWI Bireuen tidak memiliki sumber pemasukan, kecuali mengandalkan dari iuran bulanan anggota. Hal ini dapat dimengerti, sebab PWI bukan perkumpulan para pemilik ‘ladang minyak’. Maka untuk memimpin PWI haruslah orang orang yang punya nyali besar dan memiliki rasa tanggung jawab terhadap organisasi.

Seterusnya, sosok ketua haruslah cakap dan mampu menjalin berkomunikasi baik dengan mitra kerja dan pihak lainnya. Hal ini perlu menjadi renungan bagi peserta, sehingga Konferensi VI PWI Bireuen ini tidak melahirkan seorang ketua sekedar membuka dan menutup pintu kantor saja. Selamat berkonferensi. []

*) Penulis adalah pengurus PWI Aceh periode 2021-2026

Komentar Facebook

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *