Pihak RSUD Yuliddin Away Bantah Tudingan Utang Obat Rp20 Miliar
Theacehpost.com | TAPAKTUAN – Plt Direktur Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Yuliddin Away Tapaktuan, Syahmadi membantah tegas tudingan terkait utang rumah sakit tersebut yang mencapai Rp20 miliar.
Bantahan itu merespons keterangan Ketua Pemerhati Kebijakan (PEKA) Aceh Selatan, T Sukandi yang beredar di sejumlah media, beberapa waktu lalu. Sukandi menyebut RS Yuliddin Away diduga berutang sekitar Rp20 miliar kepada distributor obat.
Menanggapinya, Syahmadi kepada media, Rabu 17 November 2021 menjelaskan, utang obat per 31 Desember 2020 di RS Yuliddin Away awalnya sebesar Rp14,1 miliar. Namun pihaknya telah membayarnya secara bertahap, sesuai kemampuan keuangan rumah sakit tersebut, sehingga tersisa Rp811 juta.
Sementara itu, utang obat yang jatuh tempo pada tahun 2021 sebesar Rp10,8 miliar. “Ini yang terus kita cicil pada tahun ini dengan target per 31 Desember 2021 di bawah Rp10 miliar,” jelasnya.
Syahmadi juga menjelaskan soal mekanisme pengadaan obat. RSUD Yuliddin Away, kata dia, mengutamakan produk yang tercantum dalam e-catalog dengan proses e-purchasing, apabila melalui e-catalog tidak tercantum, tidak dapat dipenuhi, belum bisa dilayani atau belum ada tanggapan maksimal batas waktu 3×24 jam.
“Sebab itu, untuk menjaga pelayanan pasien di rumah sakit ini agar tetap berjalan dengan baik dan lancar, maka kami akan mengadakan secara offline, dan apabila ada diskon dari penyedia maka wajib dicantumkan dalam faktur, hal ini bisa kita lihat cantuman diskon di faktur dengan jelas dan sangat transparan,” ucapnya.
Penurunan Pendapatan Rumah Sakit
Syahmadi memaparkan tren utang RSUD Yuliddin Away tiga tahun terakhir, yakni pada akhir Desember 2019 mencapai Rp13,3 miliar, dan pada 2020 sebesar Rp14,1 miliar.
Sementara, saat ini sisa utang tahun 2020 tersisa Rp811 juta, ditambah utang jatuh tempo tahun 2021 sebesar Rp10,8 miliar. Sehingga totalnya kini Rp11,6 miliar.
Ia mengakui adanya pelemahan daya bayar utang rumah sakit tersebut. Hal ini disebabkan menurunnya pendapatan RSUD Yuliddin Away saat puncak pandemi, lantaran kunjungan pasien pada tahun 2020 lalu menurun drastis.
Sebelumnya, pendapatan RSUD Yuliddin Away mencapai Rp7,4 miliar per bulan. Sedangkan titik terendah pendapatan sampai pada angka Rp2,5 miliar per bulan. Namun, ia memastikan kunjungan pasien saat ini kian berangsur pulih kendati belum sepenuhnya, seperti sebelum pandemi.
“Kami terus berupaya menyelesaikan pembayaran utang obat semaksimal mungkin pada tahun 2021 ini, dengan harapan sumber pendapatan selain dari klaim reguler BPJS kesehatan yang kami targetkan pengajuan sampai November 2021,” ungkapnya.[]