Andri Yanto, Prajurit Jawara Binaraga
Theacehpost.com | BANDA ACEH – Makna kepahlawanan tidaklah selamanya diartikan dengan mengangkat senjata serta menumpas segala bentuk kolonial penjajah demi mempertahankan keutuhan bangsa.
Di zaman sekarang arti kepahlawanan lebih menarik jika dituangkan melalui ajang prestasi yang mengatasnamakan suatu institusi, wilayah ataupun negara, salah satunya dengan persaingan olahraga.
Begitu halnya dengan binaraga, citra binaraga terdahulu tak kalah menariknya dengan semangat para pejuang kemerdekaan. Tujuannya sama, membela serta mengharumkan bangsa dan negara ini di mata dunia.
Bila dunia mengenal atlet binaraga legendaris seperti Arnold Schwarzenegger, Shawn Ray, Lee Haney, dan Dorian Yates, maka Indonesia pun tak mau kalah ketinggalan dengan bodybuilder dunia lainnya.
Putra Indonesia yang pernah mengharumkan nama bangsa melalui ajang pertandingan binaraga di antaranya adalah Levi Rumbewas, Zarmi Bachtiar, Asrelawandi, Wempi Wungau, dan yang tak kalah tenar dan rasanya tak asing bagi kita, dialah I Gusti Agung Kusuma Yudha Rai atau Ade Rai.
Pasca-berlalunya era para binaragawan yang telah terlebih dahulu berkiprah mengharumkan nama bangsa di kancah nasional maupun internasional, kini hadir sosok binaragawan yang terlahir dari kawah candradimuka TNI AD.
Meski prestasinya belum setenar para pendahulunya, namun hingga saat ini binaragawan muda yang memiliki hobi pencak silat tersebut terus berupaya merangkai untaian medali, baik di tingkat lokal, nasional, maupun internasional.
Teranyar, binaragawan ini mengharumkan nama Aceh dengan menyabet medali emas di kelas +85 kg. pada ajang Pekan Olahraga Nasional (PON) XX Papua, Senin, 5 Oktober 2021.
Sekilas tentangnya
Andri Yanto, demikian namanya. Selain sebagai atlet, ia juga merupakan seorang prajurit berpangkat sersan satu (Sertu). Andri adalah anggota Komando Distrik Militer (Kodim) 0103/Aceh Utara.
Andri merupakan seorang putra desa di pelosok Madiun, Jawa Timur. Putra dari pasangan Harjo Suwito dan Supriyatun ini sedari kecil rajin membantu orang tuanya yang berprofesi sebagai buruh tani pada sebidang lahan garapan yang tidak terlalu luas milik tetangganya.
Sejak usia sekolah, setiap hari dengan bekal seadanya Andri menapaki jalan yang terkadang terik terkadang hujan untuk menuntut ilmu demi meraih masa depannya.
Dibesarkan dengan serba keterbatasan, lambat laun Andri pun tumbuh dewasa dan semakin bijak dalam menyikapi hidup. Ketika beranjak dewasa, ia mulai dikenal oleh teman-temannya sebagai anak yang ringan tangan dan mudah bergaul.
Setamat sekolah menengah pada tahun 1998, Andri, memperoleh kesempatan mendaftarkan diri menjadi calon tamtama TNI AD di Koramil Madiun.
Setelah dinyatakan lolos seleksi dan menjalani pendidikan militer, ia ditempatkan di Batalyon 527/ Lumajang. Tak lama kemudian, sekitar tahun 2000, batalionnya berangkat ke Ambon untuk melaksanakan operasi pemulihan keamanan.
Inilah awal Andri berlatih mengangkat beban yang terbuat dari kaleng yang diisi semen. Aktivitas itu dilakukan dalam rangka mengisi waktu luang, sambil terus mengamati perkembangan keamanan lingkungan tugasnya. Selepas tugas di Ambon, Andri mulai berlatih fitness secara rutin di Lumajang.
“Saya mengawali fitness ini dari tahun 2000 waktu saya penugasan di Ambon itu pun alatnya pakai semen. Roda-roda besi dilas gitu. Jatuh bangun jatuh bangun juga. Namanya kita menekuni sesuatu itu pasti banyak godaan. Tapi saya yakin binaraga ini suatu saat akan berdampak bagi pekerjaan saya, militer,” katanya.
Pada tahun 2002 hingga 2003, Andri beserta satuannya tergabung dalam Satgas Rajawali melaksanakan operasi ke Kabupaten Aceh Timur dan Aceh Utara. Di tempat tugas ini pun Andri mengisi waktu luangnya dengan berlatih olah beban, serupa dia lakukan kala di Ambon.
Hanya kali ini aktivitasnya bertambah karena ada beban yang lebih menyita perhatian dibandingkan dengan sekedar cor-coran semen. Ternyata seorang gadis asli Lhokseumawe bernama Fitrihati telah mencuri hati prajurit yang memang berperawakan gagah itu. Bagai gayung bersambut, komunikasi intensif keduanya pun terjalin seiring dengan berjalannya operasi keamanan di Aceh.
Dua tahun bertugas di Aceh, akhirnya Andrianto beserta satuannya kembali ke pangkalan di Lumajang dengan meninggalkan kesan mendalam. Karena situasi keamanan di Aceh saat itu belum kondusif, lebih kurang empat bulan kemudian Andri menikahi kekasihnya itu di Madiun.
Setelah pangkatnya naik menjadi prajurit kepala (Praka), dan telah dikaruniai dua putri cantik, Andri mengajukan pindah satuan ke Korem 011/Lilawangsa Aceh Utara, untuk selanjutnya ditempatkan di Kodim 0103/ Aceh Utara.
Selama bermukim di Lhokseumawe, aktivitas angkat beban terus dilakukan secara teratur. Komandannya memberi kepercayaan penuh kepadanya untuk serius berlatih binaraga.
Bentuk tubuh yang diharapkan pun sudah semakin terlihat, sehingga ia mulai mencari pentas untuk mengikuti lomba binaraga. Meski pada saat itu dalam setiap penampilan belum berhasil meraih nominasi, namun hal itu dinilainya sebagai upaya menambah pengalaman.
Pada tahun 2012, Andri mendapat kesempatan untuk mengikuti pendidikan Sekolah Calon Bintara di Rindam Iskandar Muda Banda Aceh. Setamat dari pendidikan dengan menyandang pangkat sersan dua (Serda), ia kembali ke Kodim 0103 dengan jabatan Komandan Regu (Danru) Provost.
Kepercayaan pimpinan kepada Andri semakin menambah motivasi untuk semakin serius melahap beragam beban barbel secara rutin. Selama enam jam, sejak subuh hingga malam hari, diawali dengan joging tiga kali dalam seminggu, kemudian berjemur dan berikutnya baru ke tempat gym.
Berbagai lomba binaraga di tanah air berupaya ditaklukkannya. Sejak 2013 hingga sekarang, berbagai prestasi telah melambungkan namanya di kancah binaraga nasional sebagai jawara. Namun, ia tidak lantas membuatnya berpuas diri dan malah terus melakukan latihan intensif agar dapat meraih prestasi lebih dari hasil sebelumnya.
Emas PON Papua
Andri Yanto sukses mengungguli empat pesaingnya dari Provinsi Yogyakarta, Banten, Papua, dan Bali, saat tampil di Auditorium Universitas Cendrawasih, Kota Jayapura, Papua, Senin malam, 4 Oktober 2021.
Ia sukses mengharumkan nama Aceh dengan meraih medali emas cabang olahraga binaraga di kelas +85 kg. Berkat torehan itu, ia mengaku bersyukur dan bangga bisa memberikan medali emas untuk Tanah Rencong.
Namun, pencapaian yang diraihnya itu tak semudah membalikkan telapak tangan. Prajurit yang berdinas di Kodim 0103/Aceh Utara ini menyampaikan bahwa kunci utamanya dalam menghadapi PON Papua ialah tetap berlatih secara konsisten, disiplin, menjaga keseimbangan antara istirahat yang cukup, dan nutrisi yang masuk dalam tubuhnya.
“Hampir dua tahun lebih saya mempersiapkan diri untuk ajang ini. Alhamdulillah, target saya tercapai di PON XX Papua 2021,” kata Andri kepada The Aceh Post Jumat, 8 Oktober 2021.
Semua proses itu, kata dia, tidak luput dari dukungan masyarakat Aceh. “Yang terpenting adalah semangat dalam diri dan jangan mudah menyerah untuk menggapai cita-cita selama itu membawa kebaikan bagi diri kita maupun orang lain,” ujarnya.
Meskipun sukses menorehkan prestasi ciamik, Andri mengaku tak akan berleha-leha. Pasalnya, ia harus mempersiapkan diri menuju kompetisi lebih bergengsi.
“Untuk ke depan, Insyaallah saya akan mempersiapkan diri ke Seleknas dan menunggu panggilan pusat mengikuti pemusatan latihan di Jakarta untuk ajang Sea Games di Vietnam yang rencananya akan dipertandingkan di Desember 2022,” ungkapnya.
Sementara itu, Komandan Kodim (Dandim) 0103/Aceh Utara, Letkol Arm Oke Kistiyanto, mengaku bangga atas keberhasilan prajuritnya itu meraih medali emas untuk Aceh.
“Kepada Sertu Andri, selamat atas prestasi dan raihan medali emasnya. Kita semua bangga, ini adalah hadiah di HUT ke-76 TNI. Ia telah membawa nama baik TNI, khususnya prajurit Kodim 0103/Aceh Utara. Sekali lagi selamat, teruslah berkarya dan berbuat yang terbaik untuk Negara, Nusa dan Bangsa,” pungkas Letkol Arm Oke.
Prestasi
Berkat kerja keras dan kegigihannya, beragam prestasi terus ditorehkannya hingga saat ini. Berawal dari tahun 2014, pria gagah itu mengukir prestasinya.
“Saya mendapat juara satu di Kelas TNI/Polri se-Indonesia dan best of the best di kejuaran itu. Alhamdulillah, sampai sekarang predikat itu masih saya pegang,’ ungkap Sertu Andri.
Selain itu, karena prestasi moncer dan telah mengharumkan nama institusi, ia pun dihadiahi umroh ke Tanah Suci pada Maret 2016 silam oleh pimpinan TNI AD.
“Tahun 2018, saya menjuari kejuaraan Pekan Olah Raga Aceh (PORA) di Aceh Besar. Saya dapat mendali emas di kelas 85 kg. Selanjutnya, pada Kejurnas Indonesia Open di Batam, juga dapat medali emas,” sebutnya.
Setahun berikutnya, ia lolos Prakualifikasi (Pra) PON 2019. Di ajang itu, medali perak digapainya. “Terakhir, kemarin di PON Papua, mendapat medali emas,” pungkasnya. []