Lestarikan Tarian Tradisional, Aceh Gelar Festival Likok Pulo
Theacehpost.com | BANDA ACEH – Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh kembali mengangkat perpaduan keunikan alam dan pesona budaya masyarakat lokal.
Kali ini, pemerintah menggelar Festival Likok Pulo 2021 dalam rangka menunjang daya tarik pariwisata, khususnya di Kabupaten Aceh Besar.
Selain itu, acara ini juga sebagai memperkenalkan Tari Likok Pulo ke seluruh Aceh, nusantara dan dunia internasional.
“Festival Likok Pulo 2021 kali ini mengangkat tema ‘Tajaga Peunulang Indatu’, berlangsung mulai tanggal 9 hingga 10 Oktober 2021 yang digelar secara virtual,” kata Kabid Bahasa dan Seni Disbudpar Aceh, Nurlaila Hamjah, Sabtu, 2 Oktober 2021.
Sebagai daerah yang memiliki kekayaan akan khazanah budaya dan seni, Aceh memiliki berbagai macam kesenian tradisional warisan indatu. Salah satu kesenian di Aceh yang hampir hilang keasliannya adalah Tari Likok Pulo dari Pulo Aceh, Aceh Besar.
Dalam perkembangannya, kesenian tersebut saat ini masih kurang dikenal dibandingkan dengan tari tradisi Aceh lainnya.
Menurut Nurlaila, dengan kondisi pandemi ketika masyarakat banyak mengisi waktu luangnya menggunakan sosial media di rumah, maka ini merupakan waktu yang tepat untuk memperkenalkan kembali Tari Likok Pulo secara luas.
“Tari ini sudah ditetapkan oleh pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) Indonesia pada tahun 2014. Oleh karena itu, menjadi tugas kita memastikan tarian ini terus berkembang dan semakin populer di tengah-tengah masyarakat,” kata Laila.
Festival ini merupakan sebuah ajang perlombaan seni Tari Likok Pulo antar sanggar se-Banda Aceh, Aceh Besar dan sekitarnya.
“Dalam rangka meningkatkan rasa persatuan dan kesatuan serta menjalin hubungan silaturahmi dengan para seniman tradisi, maka Disbudpar Aceh mengundang komunitas, sanggar seni di Banda Aceh, Aceh Besar dan sekitarnya untuk ikut serta dalam ajang Festival Likok Pulo tahun 2021,” pintanya.
Sejarah Tari Likok Pulo
Tari Liko Pulo diciptakan oleh Syech Ahmad Badrun pada tahun 1845 di Gampong Ulee Paya.
Syech Ahmad Badrun seorang ulama Arab yang berdagang ke tanah Aceh.
Selama menempuh perjalanan menggunakan kapal layar dari tanah Arab menuju pesisir Aceh yang memakan waktu berbulan-bulan, awak kapal merasa bosan. Sehingga untuk mengisi waktu, Syech Ahmad Badrun menciptakan sebuah permainan.
Belakangan, permaianan tersebut menjadi sebuah tari yang sekarang lebih dikenal dengan Tari Likok Pulo.
Tarian ini menggunakan boh likok (potongan kayu dari pohon tho ie yang berbentuk bulat) sebagai properti yang dimainkan oleh para penari Likok Pulo.
Selain itu, Syech Ahmad Badrun juga menyebarkan ajaran Islam di wilayah pesisir Kuta Radja (Banda Aceh).
Kisah Syech Ahmad Badrun dan Tari Likok Pulo ini sudah diwariskan turun temurun oleh orang tua kepada generasi saat ini. []