Mancing
Oleh: Sulaiman Tripa
MANCING itu kata tidak baku untuk menggambarkan aktivitas dari memancing. Asal katanya pancing. Alat untuk menangkap ikan yang terpotong dari sepotong kawat yang ujungnya melengkung dan berkait, diberi tali dan gagang dari kayu atau bambu. Kamus Bahasa juga menyamakan pancing dengan kail.
Kata pancing, ketika bertukar awalan, akan memiliki maksud yang berbeda. Memancing. Dalam kamus, memancing tidak hanya dimaksudkan sebagai kegiatan menangkap ikan dengan pancing. Memancing juga termasuk dalam makna memberikan sesuatu untuk memikat orang lain sehingga memperoleh apa yang diinginkannya.
Bahkan untuk orang tertentu seperti polisi, berusaha memancing untuk mendapatkan informasi tertentu, juga termasuk dalam salah satu makna dan konteks dari memancing. Atau maksud lain, misalnya jangan memancing di air yang keruh.
Lupakanlah tentang konsep dan konteks. Saya memiliki pengalaman memancing saat sebelum kuliah. Bukan sebagai hobi. Kebetulan saat di kampung, rumah yang letak berdekatan dengan sungai utama, bisa digunakan untuk membantu orang tua. Waktu itu, banyak orang kesulitan uang yang cukup, membuat mereka harus kreatif. Saat orang tu kesulitan memenuhi lauk, jalan pintas adalah ke sungai dan memancing beberapa ekor ikan untuk dibawa pulang.
Selama dan setelah kuliah, saya sudah jarang memancing. Hanya sesekali. Saat berada di Banda Aceh, saya jarang mendapatkan kesempatan, sekaligus kesulitan menggapai tempatnya. Waktu yang makin terbatas adalah salah satu alasan lain.
Keadaan seperti saya dapatkan di kampung, kembali saya lihat dari dekat rumah saya sekarang. Di sana ada satu sungai kecil. Pengatur airnya akan dibuka saat hujan lebat. Hal ini harus dilakukan, karena di hulu sungai kecil ini ada rumah-rumah penduduk. Jika tidak dibuka, bisa dipastikan kawasan tersebut akan tergenang.
Di sungai ini, saya lihat orang silih berganti. Ada yang saya kenal. Banyak juga yang tidak. Ada pemancing yang sering datang entah dari mana. Mereka yang menyukai hal ini, di mana pun mendengar informasi ada tempat, akan mereka datangi.
Saat sesekali saya berjalan kaki ke kampus, saya sering lihat tetangga memancing mujair. Bukan sesuatu yang sulit, sepertinya. Mereka hanya akan memancing, hanya untuk kebutuhan sekali makan. Saya teringat saat dulu saya ke sungai, juga untuk memenuhi kebutuhan itu.
Tapi dalam kegiatan memancing, selalu ada yang terpancing. Di samping ember, sering saya lihat ada ikan-ikan yang tak diharapkan. Bentuknya persis seperti hiu. Atau di sekitar sungai, dulu sering terpancing ikan buntal. Bukuem. Tapi ikan yang sama hiu ini berukuran kecil.
Setiap dapat ikan itu, akan dibuang begitu saja di jalan. Busuk sendiri. Malah kucing yang menunggu jatah pun, tidak memakan ikan jenis ini. Kenapa tidak dilempar lagi ke sungai? Ternyata ikan ini akan menjadi predator yang memangsai ikan mujair yang ada.
Tidak semua bisa dibuang ke tempat asal, jika ia menjadi penyakit bagi yang lain. Menjadi pemangsa bagi yang lain. Ketika pada posisi seperti ini, akan selalu muncul korban dari proses persaingan hidup. []