Di Mana Dirimu Ayah? Tanya Siti Zulaikha, Perempuan Berdarah Aceh yang Kini Menetap di Jawa Timur

Kolase foto Siti Zulaikha, perempuan berdarah Aceh yang kini menetap di Jawa Timur, masih terus mencari keberadaan sang ayah, bernama Zainal Abidin asal Pidie yang pernah tinggal di Trumon Timur, Aceh Selatan. (Dok Keluarga)

SEORANG relawan RAPI Aceh yang kini menetap di Jakarta, Saimun/JZ01BTL meneruskan informasi yang diterimanya di sejumlah grup WhatsApp sejak dua hari terakhir. Informasi itu adalah tentang seorang perempuan berdarah Aceh bernama Siti Zulaikha (21) yang sedang mencari tahu keberadaan ayahandanya yang berpisah dengan ibundanya ketika dia masih dalam kandungan. Kisah itu sendiri berawal sekitar tahun 2000 ketika ibunda dari Siti Zulaikha bernama Suparmi berpisah dengan suaminya, Zainal Abidin (disebut-sebut asal Pidie) saat keluarga ini mengikuti program transmigrasi di Trumon Timur, Aceh Selatan. Suparmi kembali ke kampung asalnya di Dusun Ngicu, Desa Kendal, Kecamatan Kendal, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur hingga lahirlah Siti Zulaikha. Setelah lebih 20 tahun, ada hasrat yang begitu menggebu dari Siti Zulaikha untuk bertemu sang ayah. “Kuat sekali keinginan saya untuk bisa bertemu ayah. Saya yakin ayah saya masih ada, apakah di Aceh atau di daerah lain. Ibu saya seperti menyembunyikan sesuatu,” ujar Siti Zulaikha ketika wawancara khusus melalui telepon dengan Theacehpost.com, Kamis, 2 September 2021.

banner 72x960

 

Kisah Siti Zulaikha mencari sang ayah dibenarkan oleh pamannya, Sunaryo (33) yang dulu pernah bersama-sama tinggal di lokasi transmigrasi di Desa Cot Bayu,  Trumon Timur, Aceh Selatan.

“Waktu itu kami ikut transmigrasi bersama orangtua. Saya masih kecil, lupa-lupa ingat ketika kakak saya pisah dengan suaminya dan kembali ke Jawa ketika beliau mengandung untuk Siti Zulaikha,” kata Sunaryo.

Menurut Sunaryo, dia bersama orangtua kembali ke Jawa pada tahun 1999. Setahun kemudian menyusul kakaknya karena berpisah dengan suaminya.

Waktu itu kakaknya sudah punya seorang anak laki-laki berumur sekitar tiga tahun, abang dari Siti Zulaikha. Anak laki-laki yang dipanggil Opik itu tinggal bersama ayahnya di Aceh, tidak dibawa oleh ibunya kembali ke Jawa.

Begitulah. Beberapa bulan setelah berada di kampung asalnya, Suparmi melahirkan seorang bayi perempuan yang kemudian diberi nama Siti Zulaikha.

Siti Zulaikha, kelahiran Ngawi, 2 Maret 2000 tumbuh normal layaknya anak-anak yang lain meski dia tak pernah tahu siapa ayahnya. Begitu juga kasih sayang seorang ibu, hanya bisa dia rasakan hingga kelas III SD.

“Waktu saya kelas III SD, ibu saya merantau ke Malaysia untuk bekerja dan tak pernah kembali hingga sekarang. Beliau sudah nikah lagi dengan seorang warga Myanmar,” ujar Siti Zulaikha.

Menurut perempuan yang akrab dipanggil Siti ini, dia pernah menanyakan keberadaan ayahnya kepada ibundanya. Namun ibundanya mengatakan ayah dan abangnya sudah meninggal akibat tsunami.

“Karena sudah dijawab begitu, saya tak tanya-tanya lagi. Namun akhir-akhir muncul kerinduan yang kuat untuk bisa bertemu ayah. Naluri saya mengatakan ayah dan abang saya masih ada. Sepertinya ibu saya menyembunyikan sesuatu kepada saya,” ujar Siti sambil terisak.

Menurut cerita yang didengar Siti dari nenek dan pamannya, ayahnya bernama Zainal Abidin, laki-laki asal Kabupaten Pidie. Zainal Abidin juga dilaporkan pernah tinggal di Jambo Papeun, Kecamatan Meukek, Aceh Selatan.

Awalnya, Zainal Abidin merantau ke Aceh Selatan dan akhirnya bertemu dengan Suparmi hingga mereka menikah.

Dari pernikahan itulah akhirnya pasangan ini dikaruniai dua anak, yaitu seorang laki-laki yang dipanggil Opik dan adiknya, perempuan bernama Siti Zulaikha.

Kini, Siti Zulaikha sangat berharap bisa bertemu dengan ayah maupun saudara laki-lakinya. Dia mengaku agak sedih dengan ibundanya yang terkesan kurang mendukung usahanya untuk mencari keberadaan ayahandanya.

“Walau bagaimana pun beliau adalah ayah saya. Saya tak mungkin bisa berada di dunia ini tanpa beliau. Kalau memang beliau masih hidup, saya ingin sekali bertemu, begitu juga kalau sudah meninggal, semoga saya bisa tahu di mana pusaranya,” ujar Siti yang kini menetap di Trenggalek, Pesisir Pantai Prigi, Jawa Timur. “Saya sudah berkeluarga dan sudah punya anak satu,” ujar Siti mengakhiri kisah pilu yang mewarnai perjalanan hidupnya. []

Komentar Facebook

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *