Pandemi Tak Kunjung Reda, Ekonomi Semakin Parah
Oleh Abdan Syakura *)
SELAMA pandemi Covid-19 melanda Indonesia, ekonomi semakin sempit sehingga masyarakat di tiap kalangan lemah tak berdaya. Yang terdengar di mulut masyarakat hanya keluh kesah yang tak kunjung usai.
Perekonomian saat ini menurun drastis. Harga barang penjualan semakin meningkat. Bisa dibilang tidak stabil, terkait biaya pengeluaran dan pemasukan antara pedagang dan pembeli. Belum ada resolusi terkait problem yang dialami masyarakat saat ini.
Sepatutnya, pemerintah harus memberikan solusi cerdas terkait permasalahan ini. Takutnya, jika problem ini tidak serius ditanggapi dan dibiarkan begitu saja, otomatis depresi ekonomi yang dialami masyarakat selama Covid semakin meningkat.
Yang lebih memprihatinkan, terjadi kepada orang tua yang anaknya sedang menempuh pendidikan di luar daerah atau perantauan, ini sangat menjadi kendala di bidang finansial mereka.
Jika biaya hidup anaknya tidak tercukupi di perantauan, maka dapat menimbulkan kebuntuan dan kemacetan. Apalagi, tidak semua anak yang menempuh pendidikan di perantauan dari kalangan mampu.
Jika masalah ini dapat dituntaskan secepat mungkin, seluruh kalangan masyarakat memberikan apresiasi yang teramat dalam kepada pemerintah, karena telah membebaskan dan memulihkan kembali ekonomi seperti sebelum Covid-19.
Semua pihak menginginkan suasana membaik dan aktivitas bisa berjalan lancar dan tidak ada hambatan dalam mencari rezeki. Semoga saja Covid-19 ini cepat menghilang, sehingga masyarakat dapat menghirup suasana ketentraman dan kenyamanan dalam menikmati kehidupan.
Khususnya pemerintah, semoga saja dengan adanya pemberlakuan protokol kesehatan (Prokes), pandemi ini bisa teratasi dengan sebaik mungkin. Harapannya, ke depan tidak banyak lagi korban Covid-19. Kita semua berharap masyarakat bisa terselamatkan.
Kecemasan yang dialami masyarakat saat ini tidak ada solusinya. Langkah-langkah bias yang dilakukan masyarakat saat ini adalah mengikuti segala sistem yang ditetapkan oleh pemeritah. Masyarakat berlarut-larut dalam penantian menanti redanya wabah yang sedang melanda.
Seyogianya, pemerintah harus betul-betul menciptakan terobosan dan menawarkan langkah baru untuk masyarakat yang sedang menjaga diri dari bahaya virus yang sedang melanda negeri.
Seperti, menciptakan suatu wadah (lapangan kerja) bagi setiap warga agar tidak sulit dalam hal mencari rezeki guna bertahan hidup setiap hari.
Jika tidak diberikan lapangan kerja, takutnya masyarakat akan berlarut-larut dalam kesulitan di sektor ekonomi. Terkait hal ini, pihak pemerintah harus benar-benar mempertimbangkan terhadap keluhan yang dialami masyarakat saat ini, bukan saja di bidang Prokes saja yang harus difasilitasi, tapi di bidang ekonomi juga harus tetap diberikan dispensas. Pasalnya, faktor kesehatan dan ekonomi saling keterkaitan.
Sejak pandemi melanda negeri, pemulihan ekonomi tidak berjalan dengan lancar. Mengapa? Karena sistem roda perekonomian sangat jauh berbeda seperti biasanya, antara pemasukan dan pengeluaran tidak stabil.
Misalnya harga barang meningkat, pemasukan minim. Pendapatan juga sangat menurun drastis, bermacam strategi yang dilakukan masyarakat saat ini tidak bisa juga terjawab untuk memenuhi kebetuhan hidupnya sehari-hari.
Terkait perpanjangan masa aturan Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM), masyarakat sekarang banyak mengalami kesusahan. Kalangan pengusaha, pebisnis hingga pedagang mengalami depresi ekonomi.
Menurut penulis, pemerintah harus memberikan win-win solution (saling menguntungkan) dengan masyarakat. Berikan kelonggaran dan sedikit mempermudah masyarakat dalam melakukan aktivitasnya.
Berbicara di sektor kemiskinan, munculnya ikon Aceh termiskin se-Sumatra patut dipertanyakan. Pasalnya, Aceh dikenal dengan berbagai kekayaan sumber daya alamnnya. Ditambah lagi, Aceh juga mendapat dana Otsus dari pemerintah pusat.
Kemana arah dana tersebut diluncurkan? Sehingga masih disebut dengan daerah termiskin. Bahkan, mengenai tata kelola dana Otsus pun belum mempunyai kejelasan yang akurat.
Gagasan penulis ini adalah aspirasi masyarakat yang belum terjawab sampai saat ini. Karena, dana bantuan sosial (Bansos) dari pemerintah belum cukup menstabilkan kebutuhan masyarakat.
Semoga saja, setiap aspirasi yang dilontarkan masyarakat kepada pemerintah dapat ditanggapi dengan baik, demi ketentraman dan kebaikan bersama. Masyarakat juga mengapresiasi pemerintah yang telah berusaha memperbaiki kondisi sekarang.
Harapannya, semoga tranksanksi ekonomi semakin membaik seperti sebelum pandemi, ataupun melebihi dari sebelum Covid. Pemulihan ekonomi mungkin waktunya agak lama sedikit, jika pandemi ini sudah hilang. Perputaran finansial butuh proses agak lama, karena tidak akan mudah bangkit begitu saja tanpa ada proses yang lancar seperti sebelum pandemi Covid-19.
*) Penulis adalah Mahasiwa Sosiologi Agama, Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, UIN Ar-Raniry