Main Terobos

Sulaiman Tripa

SAYA ingin menceritakan tentang pengalaman di Jembatan Peudada yang sedang diperbaiki. Jika kita melakukan perjalanan ke arah pantai timur, tidak mungkin tanpa melewati jembatan ini. Apalagi di lokasi ini hanya jembatan Peudada satu-satunya akses untuk melewati sungai yang tergolong lebar. Di sisi kiri, ada tempat tambat kapal nelayan.

banner 72x960

Terima kasih kepada pekerja, yang saya yakin mereka berusaha menyelesaikan pekerjaannya dengan baik. Menuntaskan perbaikan jembatan. Saya tidak paham tentang kompensasi dari kerja yang demikian. Hal yang saya ingat bahwa jembatan pada akhirnya akan dimanfaatkan oleh kepentingan orang banyak.

Ketika berangkat, di jembatan ini belum ada hambatan apa-apa. Tidak ada sesuatu. Padahal di kemudian hari waktu pulang, saya mendapat kabar bahwa pekerja sudah mulai, hanya saja mereka mengawali pekerjaan di bawah. Sehingga tidak terlihat. Waktu kami pulang, mereka mulai mengerjakan lantai dan saat itu terasa jalan sedang tidak normal.

Perjalanan ini karena satu kepentingan. Senin yang lalu, saya dan sejumlah kolega pulang dari Bunin, Aceh Timur. Bersama Dr. Teuku Muttaqin Mansur dan Dr. Muhammad Adli Abdullah, diundang untuk mendampingi proses pembentukan Qanun Gampong di sana.

Saya ceritakan sedikit tentang Gampong Bunin, yang ada di Kecamatan Serbajadi. Ke arah Lokop. Lokasi ini naik dari Peureulak. Ke atas sekira 70 km. Dengan jarak itu, padahal hanya melintasi tiga kecamatan. Dan Bunin ini kampung terluas, dari semua gampong yang pernah saya kunjungi.

Sepulang dari gampong inilah, pengalaman sederhana dan penting. Saya sebut sederhana, karena sejumlah pengalaman saya sebelumnya juga mengalami. Akan tetapi perilaku semacam ini, tidak bisa dihindari. Orang berpikir seolah hanya dirinya saja yang sibuk dan berhak mendahului. Padahal ribuan kendaraan lain, berisi orang-orang yang saya yakin memiliki kesibukan tersendiri.

Jembatan Peudada sedang dibuat. Kendaraan antre sekitar empat kilometer. Sebelah timur maupun sebelah barat. Ternyata pada posisi ini, tidak semua orang bisa menerima lapang dada. Tidak semua orang mau melalui dengan proses yang normal, menunggu giliran lewat. Sebagian orang main terobos dan mengambil jalan orang lain. Tidak mungkin tanpa mengambil hak orang lain. Toh jalan ini hanya cukup untuk dua kendaraan saja. Jika berpapasan, tidak mungkin bisa lewat. Perilaku ini menjadi penyebab kondisi jalan yang tambah macet. Tambah antre. Perilaku yang seharusnya tidak perlu terjadi. Ketika dua arah bertumpuk, kendaraan bertambah macet.

Mengapa orang melakukan ini? Mentalitas ingin menang sendiri menjadi alasan kuat. Ingin mendahului orang lain secara tidak patut adalah bentuk dari perilaku yang sesungguhnya menzalimi orang lain. Perilaku ini tidak baik. Hal sederhana ini akan menggambarkan bagaimana mentalitas kita saat sedang menggunakan jalan raya. Mohon maaf, jangan sampai nanti ada orang yang beranggapan, melihat mobil mewah yang kita tunggangi, akan disebut harganya yang mahal tidak sepadan dengan otaknya yang terhormat.[]

Sebelumnya: Jalan Pintas

Komentar Facebook

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

1 Komentar

Sudah ditampilkan semua