Berceramah pada Safari Ramadhan Disdik Aceh di Aceh Tengah, Ini Pesan Guru Besar UIN Ar-Raniry

Guru Besar UIN Ar-Raniry Banda Aceh, Prof. Dr. Syahrizal Abbas MA saat berceramah pada Safari Ramadhan Dinas Pendidikan Aceh di Masjid Al-Muhajirin, Gampong Paya Tumpi, Kecamatan Kebayakan, Kabupaten Aceh Tengah, Sabtu, 17 April 2021. (Dok Disdik Aceh)

Theacehpost.com | TAKENGON – Guru Besar Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry Banda Aceh, Prof. Dr. Syahrizal Abbas MA menjadi penceramah pada Safari Ramadhan Dinas Pendidikan (Disdik) Aceh di Masjid Al-Muhajirin, Gampong Paya Tumpi, Kecamatan Kebayakan, Kabupaten Aceh Tengah, Sabtu, 17 April 2021.

banner 72x960

Rombongan Disdik Aceh dipimpin langsung oleh Kadis Pendidikan Aceh, Drs Alhudri MM didampingi pejabat eselon III dan IV lingkup Disdik Aceh dan Penasihat Gubernur Aceh Bidang Pendidikan.

Mengawali ceramahnya, Prof Syahrizal Abbas menyampaikan salam dari Gubernur Aceh,  Ir. Nova Iriansyah, MT dan Sekda Aceh Taqwallah kepada masyarakat Gampong Paya Tumpi, Kabupaten Aceh Tengah.

Prof Syahrizal mengajak jamaah untuk senantiasa memanfaatkan bulan Ramadhan dengan penuh ibadah, tentunya sesuai dengan kemampuan masing-masing. Melaksanakan shalat fardhu, shalat sunat, zikir, berdoa, dan i`tikaf adalah ibadah mahzah atau ibadah yang berhubungan langsung dengan Allah SWT.

Tapi, lanjut Prof Syahrizal, ibadah ghairu mahzah juga tidak boleh ditinggalkan, karena ibadah ini menyangkut dengan kehidupan orang lain, kehidupan masyarakat, dan kehidupan publik, untuk saling membantu, mengingatkan dan saling mendorong kepada kebaikan.

“Memberi makan kepada orang berbuka puasa, memberi sedekah, dan membersihkan lingkungan sehingga terlihat Bersih, Rapi, Estetis, dan Hijau (BEREH) itu sebenarnya ajaran Alquran dan Sunnah,” kata Prof Syahrizal.

Diserukannya, “Kalau ada program Pemerintah Aceh yang mengajak kita untuk bersih sebetulnya itulah pelaksanaan syariat Islam dalam kehidupan kita.”

Hoax lebih kejam dari pembunuhan

Pada kesempatan itu, Prof Syahrizal juga mengatakan bahwa selain bersih, rapi, estetis, dan hijau, ciri orang muttaqin lainnya adalah orang yang saat mendapatkan informasi  akan selalu melakukan kroscek kebenarannya.

Karena baik ajaran agama maupun hukum negara melarang penyebaran informasi bohong maupun fitnah (hoax), sebab fitnah itu dampaknya berbahaya sekali. Oleh karena itu Alquran mengatakan fitnah itu lebih kejam dari pembunuhan.

Menurutnya, sejarah telah membuktikan betapa berbahayanya pengaruh informasi bohong. Prof Syahrizal menuturkan, di banyak peperangan yang dilakukan oleh Rasulullah tentu ada yang menang dan ada juga yang kalah. Salah satu faktor kekalahan karena munculnya informasi bohong seperti peristiwa perang Uhud.

“Mengenai Covid-19 itu fakta, bukan hanya di tempat kita, bahkan di dunia internasional secara kasat mata kita melihat bahwa itu ada. Risikonya sudah banyak orang yang meninggal dunia. Maka jika ada yang bilang tidak ada Covid-19, maka itu tidak lagi sejalan dengan fakta yang ada di hadapan kita,” ujar Prof Syahrizal.

Tak ada lemak babi

Terkait vaksin, menurut Prof Syahrizal Abbas, adalah alat yang paling ampuh untuk meningkatkan kekebalan tubuh. “Kalau  ada yang mengatakan dibuat dari lemak babi maka itu adalah hoax,” kata Syahrizal.

Sebab, katanya, Majelis Ulama Indonesia (MUI) sudah melakukan kunjungan ke tempat vaksin Sinovac diproduksi, hasilnya tidak ditemukan adanya unsur dari barang-barang haram. Begitupun Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) Aceh juga telah menfatwakan bahwa vaksin hukumnya halal.

“Jadi tidak usah takut, karena fatwa sudah dikeluarkan bahwa vaksin Covid-19 hukumnya halal, pertimbangannya demi untuk menyelamatkan jiwa manusia,” tutup Prof  Syahrizal. []

 

Komentar Facebook

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *