289 Bencana Terjadi Sepanjang 2020 di Aceh
Theacehpost.com | BANDA ACEH – Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA), Sunawardi, mengungkapkan bahwa bencana kebakaran pemukiman semakin mencemaskan dan mendominasi sebanyak 289 kali kejadian dengan total prediksi kerugian sekitar Rp98 miliar.
Pusat data dan informasi (Pusdatin) BPBA mencatat bencana di Aceh pada tahun 2020 tercatat 802 kejadian, dengan total kerugian diprediksi mencapai 291 miliar.
Kejadian bencana lainnya yang juga berdampak besar pada masyarakat setempat yakni kejadian Karhutla (kebakaran hutan dan lahan) 205 kali, angin puting beliung100 kali, banjir 95 kali, longsor 57 kali, banjir dan longsor 13 kali, abrasi 12 kali, banjir bandang 5 kali, banjir rob 2 kali, kekeringan 2 kali, gelombang pasang 1 kali dan gempa bumi berkekuatan sekitaran 5,0-5,3 SR sebanyak 21 kali kejadian.
Wilayah yang paling banyak mengalami kejadian bencana pada tahun 2020 adalah Kabupaten Aceh Besar (94 kejadian), Aceh Utara (59 kejadian), Bireuen (55 kejadian), Aceh Jaya (49 kejadian), Aceh Selatan (47 kejadian), Aceh Tenggara (47 kejadian) Aceh Barat (44 kejadian) dan Langsa (39 kejadian).
Selanjutnya, Aceh Singkil (38 kejadian) Aceh Timur (36 kejadian), Bener Meriah (32 kejadian), Aceh Tengah (33 kejadian) , Lhokseumawe (33 kejadian), Sabang (28 kejadian), Gayo Lues (26 kejadian), Nagan Raya (21 kejadian), Pidie (21 kejadian), Simeulue (20 kejadian), Pidie Jaya (18 kejadian), Aceh Tamiang (18 kejadian), Aceh Barat Daya (16 kejadian), Banda Aceh (14 kejadian dan Subulussalam (14 kejadian).
Kebakaran pemukiman paling banyak terjadi di Aceh Besar sebanyak 39 kali kejadian dan Bireuen 29 kali kejadian.
Karhutla juga masih banyak terjadi di Aceh Besar 30 kali kejadian, Aceh Jaya 28 kali kejadian, dan Aceh Utara 15 kali kejadian.
Sedangkan banjir paling banyak terjadi Aceh Timur 10 kali kejadian, Aceh Tenggara, Aceh Singkil dan Aceh Selatan masing-masing 8 kali kejadian.
Untuk banjir bandang terjadi 5 kali pada tahun 2020 yang paling bardampak terjadi di Kabupaten Aceh Tengah pada tanggal 13 Mei lalu. Sebanyak 57 rumah rusak akibat diterjang banjir.
Lalu banjir bandang juga melanda Aceh Utara pada tanggal 12 juni lalu, ada 20 rumah rusak di sana.
Sedangkan bencana puting beliung terjadi 100 kali. Paling banyak di Aceh Besar dan Sabang, masing-masing 15 kali kejadian disusul Bener Meriah 10 kali kejadian dan terakhir abrasi paling banyak terjadi di Aceh Barat yakni 3 kali kejadian.
Jumlah masyarakat yang terdampak akibat bencana di Aceh pada tahun 2020 sebanyak 63.311 kepala keluarga yang terdiri dari 140.953 jiwa, pengungsi 51.958 jiwa, korban meninggal dunia berjumlah 18 orang, dan luka-luka 18 orang.
Wilayah yang mengalami kerugian paling banyak akibat bencana yaitu Kabupaten Aceh Utara, yaitu senilai Rp113 miliar, Kabupaten Aceh Selatan Rp23 miliar, Kabupaten Aceh Timur Rp17 miliar, Aceh Tenggara Rp16 miliar, Kabupaten Aceh Besar sebesar Rp11 miliar, dan Aceh Tamiang Rp10 miliar.
Kebakaran Permukiman
Musibah kebakaran masih menjadi bencana yang paling banyak terjadi, terutama di pemukiman. Menurut Sunawardi, kebakaran pemukiman dapat diminimalkan dengan meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat misalnya dengan memeriksa instalasi listrik yang sudah tua yang menjadi sebab utama kebakaran.
Sedangkan penyebab lainnya adalah perlu kewaspadaan dalam mengelola sumber panas di rumah tangga seperti mematikan kompor dan barang-barang eletronik yang harus diawasi dengan baik.
Kemudian dari sudut kerugian bencana banjir adalah mencapai rekornya termasuk kejadian banjir bandang yang menimbulkan paling banyak kerugian baik kepada masyarakat maupun infrastruktur yang ada. Banjir paling banyak disebabkan meluapnya air sungai dan pembalakan liar yang menyebabkan banjir bandang.
Sunawardi mengakui, terkait penanganan banjir banyak menemui kendala, pertama luasnya wilayah banjir yang harus dikendalikan, membutuhkan biaya yang besar dan sebagian besar sungai besar di Aceh berada dibawah kewenangan pusat.
“Belum lagi ini diperparah tata kelola lingkungan yang buruk, pembalakan liar dan pembakaran hutan dan lahan,” ungkapnya dalam keterangan tertulis kepada awak media, Senin, 4 Januari 2021.
Sunawardi menjelaskan pihaknya tengan mempersiapkan penanganan bencana untuk jangka pendek, yaitu dengan cara mempersiapkan desa tangguh dengan memasukan anggaran desa untuk kebutuhan kesiapsiagaan dan penanganan darurat menjadi prioritas BPBA saat ini.
BPBA juga merencanakan akan memperbanyak membangun shelter vertikal untuk korban banjir. Sedangkan penanganan masa darurat masih seputar pemenuhan kebutuhan masyarakat, sandang, pangan, kebutuhan air bersih dan huntara. Dalam hal kebakaran lahan dan hutan, cara yang paling baik adalah pencegahan dan penegakan hukum.
Beberapa kasus hukum yang sudah terjadi kemarin dianggap denda merupakan cara paling jitu dalam memberikan effek jera kepada masyarakat.
“Sebenarnya banyak hal dapat dilakukan untuk pencegahan kebakaran lahan seperti polisi hutan lebih intensif lagi dalam melakukan patroli menjelang musim kemarau dan memperkuat koordinasi dengan kepolisian dan TNI,” pungkasnya. []