Tampilan Depan

waktu baca 3 menit
Sulaiman Tripa

Oleh: Sulaiman Tripa

SETIAP saya baca tulisan profesor sosiologi pedesaan ini, salah satu guru, saya langsung teringat pesan menggelitiknya dalam suatu perjalanan. Soal bagaimana makanan ditata, di satu sisi, dan bagaimana kondisi belakang, di sisi yang lain.

Antara depan dan belakang tidak selalu selaras. Jangan sampai melihat indahnya depan, selalu akan terlihat indah begitulah belakangnya. Tidak selalu. Apa yang terlihat di belakang, bisa jadi akan menghancurkan pandangan kita terhadap apa yang kita saksikan di depan.

Saya bercerita soal makanan. Terutama untuk mereka yang sangat profesional dalam menata letak dan susunan makanan dalam rak. Ini bukan pekerjaan yang sederhana. Posisi satu jenis lauk dengan jenis lauk lainnya, tidak sekedar soal mudah tidaknya dijangkau, melainkan berdampak pada bagaimana apiknya yang berdampak pada selera.

Bukankah ujung dari segala proses ini adalah pada selera dan keinginan orang untuk makan? Warung profesional, saya kira berusaha menyediakan tenaga khusus untuk mengatur ini dengan baik.

banner 72x960

Mengatur makanan dengan tata letak masing-masing baskomnya yang menarik, adalah satu hal. Sedangkan rasa makanan, adalah hal yang lain. idealnya keduanya berkorelasi dan berkorespondensi.

Makanan yang indah terlihat, idealnya juga akan terasa lezat dan enak ketika di lidah. Sayangnya ada yang tidak begitu. Tata yang bagus, tidak selalu terasa lezat dan enak. Bisa jadi sebaliknya, makanan yang enak dan lezat, namun ditata tidak beraturan.

Ada hal lain yang juga berpengaruh. Indah dan tertata di depan, dengan rasa makanan yang mantap dan maknyus, kadangkala juga tidak didukung oleh keadaan belakang. Kondisi dapur. Saat merasakan makanan yang maknyus, namun tidak akan terekam apa-apa saat ke belakang menyaksikan tataan yang kacau dan kotor.

Semua hal harus diperhatikan. Tak hanya tampilan, melainkan juga rasa dan kebersihan. Jangan seperti warung yang sukan memoles gambar, tapi tidak tampil dalam realitas. Bayangkan bagaimana tidak sederhananya ketika gambar makanan yang dihadirkan dalam daftar menu, dibuat secara profesional oleh penata makanan berbayar, namun saat hadir di depan mata, tidak semenarik gambarnya.

Profesor saya, mengingatkan saya, jika mendengar ada warung enak, datang dan makanlah terlebih dahulu. Jangan pikir yang lain. Jangan persoal masalah tata letak. Apalagi berpikir untuk ke belakang. Silakan nanti sesudah makan Anda persoalkan. Sesudah makan, jika pun melihat sesuatu, Anda tidak akan menyesal.

Dulu saya pernah dilibatkannya dalam satu tim kajian evaluasi program organisasi perikanan dunia. Saya kira sampai sekarang masih ada program yang dilaksanakan, oleh sejumlah pihak.

Profesor mengajak saya sebagai asisten peneliti. Di dalam mobil, setelah makan, kami bercerita tentang panggung depan dan panggung belakang, yang kerap tidak sama. Orang hanya terkesan mementingkan tampilan depan. Orang lupa, bahwa jika sewaktu-waktu orang tahu tampilan belakang, akan menentukan apakah akan membuatnya terkesan atau tidak. []

Komentar Facebook

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

1 Komentar

Sudah ditampilkan semua