Sosok Perempuan Pengusaha Kue di Abdya Bertahan di Tengah Pandemi

waktu baca 3 menit
Kolase foto dari koleksi pribadi Safrina dan Yanti.

MESKI sudah berlangsung setahun namun wabah Covid-19 yang melanda dunia belum diketahui kapan akan berakhir. Dampak bencana non-alam tersebut nyaris tak tertanggungkan. Korbannya bukan hanya nyawa tetapi menghancurkan sendi-sendi ekonomi termasuk menggerus tatanan sosial, budaya, bahkan mengubah tata cara beribadah. Namun, di balik berbagai kondisi memprihatinkan itu, ada saja cerita-cerita sukses yang mencuat ke permukaan. Di antara sekian banyak sosok-sosok inspiratif itu, dua di antaranya adalah perempuan kreatif, pengusaha kue di Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya), Safrina (30) dan Dien Fitrianti Meutia. Kepada Kontributor Theacehpost.com, Robbi Sugara, kedua perempuan tersebut menceritakan kiat-kiat mereka tetap survive dalam terjangan badai corona.

 

Safrina terlihat tetap semangat menjalankan usahanya, meski badai corona belum juga berakhir. Warga Gampong Pisang, Kecamatan Setia, Kabupaten Abdya tersebut merupakan pemilik usaha ‘Kasih Ibu’ yang bergerak di bidang pembuatan kue kering aneka cookies termasuk keripik pansit (sejenis kue bawang) dan stik labu.

Ditemui Theacehpost.com, Jumat pagi, 16 April 2021, Safrina bercerita tentang usaha yang dirintisnya sejak 2014 tersebut.

Kue-kue  produksinya pernah menembus pemasaran di beberapa kabupaten tetangga, seperti Aceh Barat, Nagan Raya, dan Aceh Selatan. Saat itu dia memiliki  tiga karyawan selain dibantu suami dan anaknya.

banner 72x960

“Tapi itu cerita dulu, sebelum mewabahnya virus Corona, sekarang pemasarannya hanya dalam kabupaten Aceh Barat Daya, dan karyawan pun tinggal satu orang,” kata Safrina.

Beberapa jenis kue produksi Safrina, warga Gampong Pisang, Kecamatan Setia, Kabupaten Abdya di bawah bendera usaha ‘Kasih Ibu’ (Foto IST)

Masih menurut Safrina, pada awal Covid-19, omset usahanya menurun drastis karena pemasarannya tidak lagi bisa ke luar kabupaten. Kondisi yang dihadapi sangat berat, sehingga  berdampak juga terhadap jumlah karyawan.

“Sekarang ini, ibaratnya sedang merintis ulang. Tapi sudah mulai lumayan lagi,” ujar ibu tiga anak tersebut.

Menurutnya, kue-kue yang dipasok ke swalayan dan mini market sudah mulai lancar lagi. “Yang penting kita tetap menjaga kualitas. Setiap 10 hari sekali kita ganti. Kita harus pintar-pintar menyiasati kondisi agar tetap bertahan di tengah badai corona,” ujar Safrina.

Pemasaran online

Sosok perempuan lainnya di Abdya yang usaha pembuatan kuenya tetap bertahan di tengah badai pandemi adalah Dien Fitrianti Meutia yang akrab disapa Yanti, warga Gampong Blang Dalam, kecamatan Susoh.

Yanti adalah pemilik usaha Aliya Cake, usaha pembuatan kue yang juga ikut merasakan bagaimana beratnya mengelola bisnis di tengah wabah Covid-19.

Beberapa jenis produksi Aliya Cake, milik Dien Fitrianti Meutia (Yanti), warga Gampong Blang Dalam, kecamatan Susoh, Abdya. (Foto IST)

“Alhamdulillah, usaha saya bisa bertahan. Strategi pemasaran saya tidak hanya secara konvensional tetapi juga berbasis online,” kata Yanti ketika bincang-bincang dengan Theacehpost.com di rumahnya, Sabtu, 17 April 2021.

Yanti menjelaskan, di Aliya Cake ada berapa variasi kue yang mereka produksi, seperti Salad Buah, Milky Mango, Desert Box, aneka jus, roti, dan aneka cake seperti untuk ulang tahun dan cake wedding.

Pemasaran kue produksi Aliya Cake tidak hanya di Blangpidie saja, bahkan kue yang variannya tahan lama pernah dikirim keluar Abdya.

“Kami pernah mengirim orderan ke Tapaktuan, Meulaboh, Banda Aceh, bahkan ke Medan dan Bandung.Tapi itu biasanya untuk varian yang tahan lama seperti Cookies dan Brownies Panggang,” ujar Yanti.

Diakuinya, pada saat-saat awal Covid-19, usahanya sempat terganggu tapi tidak lama dan parah.

“Omset berkurang sekitar 30 sampai dengan 40 persen dari situasi normal. Tapi karena kita terima pesanan online jadi tidak begitu berpengaruh,” demikian Yanti. []

 

Komentar Facebook

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *