Selain Upacara, Zikir dan Selawat Warnai Peringatan Hari Santri di Aceh Besok

waktu baca 2 menit
Kabid Pemberdayaan Santri Disdik Dayah Aceh, Irwan. (Foto: Dok. Humas Disdik Dayah Aceh)
banner 72x960

Theacehpost.com | BANDA ACEH – Dalam rangka Hari Santri Nasional (HSN) 2021, Pemerintah Aceh melalui Dinas Pendidikan (Disdik) Dayah akan memperingatinya secara sederhana.

Sejumlah kegiatan bakal dilangsungkan, seperti upacara, zikir, doa, selawat, dan tausiah. Sekretaris Daerah (Sekda) Aceh, Taqwallah akan menjadi Pembina Upacara HSN di Asrama Haji Embarkasi Aceh, Kota Banda Aceh, Jumat pagi, 22 Oktober 2021.

“Untuk zikirnya insyaallah akan dihadiri langsung oleh Sekda Aceh,” ujar Kabid Pemberdayaan Santri Disdik Dayah Aceh, Irwan kepada Theacehpost.com, Kamis, 21 Oktober 2021.

Irwan menuturkan,  semua rangkaian kegiatan HSN akan dilakukan sesuai dengan protokol kesehatan (Prokes). Pelaksanaannya pun bakal disiarkan secara virtual.

“Pesertanya perwakilan dayah dari Kabupaten Aceh Besar dan Kota Banda Aceh, berjumlah 230 peserta,” sebutnya.

Tak hanya para santri, upacara HSN 2021 besok juga akan diikuti para pegawai Disdik Dayah, staf asrama haji, Kanwil Kemenag, para kepala SKPA, unsur Forkopimda, dan seluruh pimpinan organisasi dayah.

“Kira-kira keseluruhannya ada 500 peserta,” tutur Irwan.

Saat ini, persiapan peringatan HSN 2021 hampir rampung.

“Untuk kesiapan upacara besok sudah mencapai 80 persen, semoga bisa berjalan dengan lancar,” ucap Irwan.

Pada peringatan HSN 2021, pemerintah mengusung tema “Santri Siaga Jiwa dan Raga”. Hari Santri dinilai bertujuan untuk meneladani semangat jihad keindonesiaan para pendahulu.

Peran santri dalam mewujudkan kemerdekaan juga tercatat di dalam sejarah. Di samping itu, santri juga pelopor bangsa di masa depan karena menguasai pendidikan agama dan pendidikan umum.

“Para santri telah berkorban materi, bahkan nyawa pun dipertaruhkan untuk mewujudkan kemerdekaan. Sehingga peran santri di Republik Indonesia ini tidak bisa diremehkan. Mereka sudah teruji dari sebelum kemerdekaan,” ujar Irwan.

Irwan menambahkan, 22 Oktober 1945 merupakan momentum saat ulama yang memimpin pondok pesantren/dayah mengeluarkan resolusi jihad di mana isinya adalah setiap muslim wajib melawan penjajah.

Ulama yang menyerukan tersebut salah satunya adalah KH Hasyim Asy’ari, ulama pendiri Nahdlatul Ulama (NU). Ia menyerukan jihad dengan mengatakan “Membela Tanah Air dari penjajah hukumnya fardu ain atau wajib bagi setiap individu”.

“Oleh sebab itu, semua santri bertanggung jawab menjaga keberagaman antar sesama kita untuk keberlangsungan keutuhan NKRI. Tingkatkan kualitas belajar di dayah dengan baik, insyaallah kerukunan kita juga semakin membaik. Kita juga mengapresiasi para santri yang setiap harinya sarat dengan nilai edukasi selama 24 jam penuh,” pungkasnya. []

Komentar Facebook

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

1 Komentar

Sudah ditampilkan semua