Rumah Garam Aceh di Gampong Pande Resmi Beroperasi

waktu baca 3 menit
Dyah Erti Idawati melihat produksi garam di Rumah Garam Aceh, Gampong Pande, Kota Banda Aceh. (Foto: Mailis/Theacehpost.com)
banner 72x960

Theacehpost.com | BANDA ACEH – Rumah Garam Aceh di Dusun Kandang, Gampong Pande, Kecamatan Kutaraja, Banda Aceh, resmi beroperasi, Jumat, 27 Agustus 2021.

Dimulainya pengoperasian rumah garam itu ditandai dengan penandatanganan prasasti oleh Ketua Tim Penggerak PKK Aceh, Dyah Erti Idawati.

“Mudah-mudahan kehadiran Rumah Garam Aceh ini bermanfaat bagi para petani dan kita semua. Kami mengajak seluruh masyarakat Aceh untuk turut menggunakan dan mempromosikan garam Aceh yang diproduksi di sini,” ujar Dyah Erti.

Dyah menilai, sebagai negara kepulauan yang memiliki garis pantai sepanjang 1.865 km, potensi garam nusantara sangatlah besar.

Namun pada kenyataannya, potensi itu belum dapat dieksploitasi secara maksimal untuk pemberdayaan ekonomi rakyat, sementara pasar untuk garam malah tak tercukupi kebutuhan.

Buktinya, tahun ini saja pemerintah telah menetapkan kuota impor garam sebanyak 3 juta ton.

“Sudah saatnya paradigma ini kita ubah. Kita perlu bergerak bersama untuk mengoptimalkan potensi garam Aceh agar bisa menjadi ladang usaha yang menguntungkan petani. Dengan demikian Aceh bisa menjadi kawasan penghasil garam yang potensial untuk kebutuhan nasional,” katanya.

Ketua Tim Penggerak PKK Aceh, Dyah Erti Idawati memperlihatkan produk hasil olahan Rumah Garam Aceh di Gampong Pande, Kota Banda Aceh. (Foto: Mailis/Theacehpost.com)

Dyah Erti mengapresiasi inisiasi Rumah Aspirasi UKM dan IKM Aceh serta dukungan dari PT PLN Unit Induk Pembangunan Wilayah Sumbagut, yang telah mendirikan Rumah Garam Aceh di Gampong Pande.

“Kehadiran Rumah Garam ini tentu sangat menguntungkan petani, sebab di rumah ini, sistem pengolahan garam akan ditata lebih sehat dan lebih higienis. Petani yang terlibat juga mendapat pelatihan khusus hingga memiliki kualifikasi sebagai pengelola usaha garam yang terampil,” ungkapnya.

“Dengan adanya komitmen bersama,  mengenai cara kita memasarkan dan  menggunakan garamnya sehingga kapasitas produksi akan terus bertambah, serta petani garam juga lebih bersemangat dan kesejahteraan mereka tentunya akan lebih merata,” lanjutnya.

Dyah Erti meyakini, keberadaan Rumah Garam ini berperan besar meningkatkan kesejahteraan keluarga petani garam di wilayah ini.

“Kami berharap langkah PT PLN yang memanfaatkan dana Corporate Social Responsibility (CSR) ini, menjadi contoh bagi perusahaan lainnya. Sebab masih banyak petani garam di wilayah Aceh lainnya yang membutuhkan pembinaan, seperti petani garam di Pidie, Aceh Timur dan juga di kawasan pantai barat Aceh,” ungkap istri gubernur Aceh itu.

Produk garam hasil olahan Rumah Garam Aceh siap diedarkan. (Foto: Mailis/Theacehpost.com)

Muhammad Hatta, seorang petani garam asal Aceh Besar yang dilatih oleh Rumah Aspirasi UKM dan IKM Aceh menjelaskan, hasil pengolahan garam di Rumah Garam Aceh telah membantu perekonomian keluarganya.

“Saya sangat berteri makasih dengan adanya Rumah Aspirasi Garam ini. Sekarang petani-petani garam ada yang menjembatani, sehingga penjualannya tidak lagi ilegal dan produksinya bisa lebih banyak seperti daerah lain,” ujar Hatta.

Sedangkan Ketua Rumah Aspirasi UKM dan IKM Aceh, T Tansri Jauhari menjelaskan, selama ini lembaganya telah membina dan melatih para petani garam di Gampong Pande.

“Pelatihan yang kami lakukan adalah pelatihan bersertifikasi. Dengan sertifikasi ini, masyarakat bukan hanya bisa memproduksi garam beryodium tetapi juga resmi karena telah tersertifikasi,” ujar Tansri. (*/Sophi dan Mailis)

Komentar Facebook

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *