Pusaka UIN Ar-Raniry Temukan Ini saat Eksplorasi Bekas Kota Tua Biheu

waktu baca 2 menit
Pusat Studi Sejarah dan Kebudayaan Islam di Aceh dan Alam Melayu (Pusaka) UIN Ar-Raniry melakukan eksplorasi ke kawasan Biheu, Kecamatan Muara Tiga, Kabupaten Pidie, Kamis,15 April 2021. (Foto: Dok. Pusaka UIN Ar-Raniry)
banner 72x960

Theacehpost.com | PIDIE – Tim Pusat Studi Sejarah dan Kebudayaan Islam di Aceh dan Alam Melayu (Pusaka) UIN Ar-Raniry melakukan eksplorasi ke kawasan Biheu, Kecamatan Muara Tiga, Kabupaten Pidie, Kamis,15 April 2021.

Kegiatan melibatkan sejumlah peneliti dari ragam disiplin ilmu yang dimiliki lembaga tersebut.

Direktur Pusaka, Sanusi Ismail, M.Hum, mengatakan tujuan eksplorasi ini adalah untuk menemukan dan mengidentifikasi berbagai artefak peninggalan Kota Tua Biheu.

“Diharapkan ragam temuan tersebut akan menjadi dasar pijakan untuk melakukan penelitian lanjutan secara lebih mendalam dan melibatkan para peneliti profesional,” ujar Sanusi kepada Theacehpost.com, Kamis, 15 April 2021.

Sanusi menjelaskan bahwa gagasan mengeksplorasi kawasan Biheu tersebut dicetuskan oleh arkeolog muda, Amir Husni, MA.

Menurutnya, dalam catatan perjalanan Tome Pires yang diterbitkan tahun 1512 masehi disebutkan bahwa salah satu kota tua yang ada di pantai Utara Aceh adalah Kota Biar. Kota ini terletak antara Lambri dan Pedir.

Berdasarkan catatan itu, tim Pusaka mengeksplorasi kawasan yang disebut oleh Tome Pires.

“Tim Pusaka menemukan sejumlah batu nisan yang berserakan di satu kompleks pemakaman yang cukup luas. Patut diduga kawasan inilah yang merupakan satu bagian dari bekas Kota Tua Biar yang disebut Tome Pires dalam buku The Suma Oriental of Tome Pires,” ungkap Amir.

Pada salah satu batu nisan yang telah lapuk, lanjut Amir, ditemukan satu motif melambangkan pohon kehidupan.

Motif yang disebut Kalpataru ini sering digunakan pada dinding bangunan candi di kawasan Asia Tenggara.

Nisan bermotif pohon kehidupan. (Foto: Dok. Pusaka UIN Ar-Raniry 2021)

Salah seorang anggota tim, Bustami Abubakar, menegaskan bahwa sepanjang eksplorasi tersebut, hanya satu nisan yang memiliki motif pohon Kalpataru. Selain itu, cukup banyak nisan yang bermotif aksara Arab.

“Hal ini tentu menjadi suatu fenomena menarik untuk diteliti, baik dari perspektif arkeologi, sejarah, maupun antropologi,” sebut antropolog ini, Bustami. []

Komentar Facebook

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *