Produksi Kakao Agara Tahun 2022 Capai 10.532 Ton

waktu baca 2 menit
Kabid Perkebunan Dinas Pertanian Aceh Tenggara, Hendra SE( Theacehpost.com/Armentoni).

Theacehpost.com | ACEH TENGGARA – Dinas Pertanian Aceh Tenggara berhasil mengeluarkan hasil produksi kakao sebanyak 10.532 ton pada tahun 2022.

Tanaman kakao merupakan komoditi unggulan utama di Dinas Pertanian Aceh Tenggara, khususnya di Subsektor Perkebunan.

Demikian disampaikan Kepala Dinas Pertanian Aceh Tenggara, Riskan SP, melalui Kabid Perkebunan Hendra SE kepada Theacehpost.com, Selasa 31 Januari 2023 di ruang kerjanya.

Dikatakannya, di samping kakao sebagai uggulan utama, juga tanaman kopi dan pinang sebagai unggulan kedua dan ketiga, dimana tanaman kopi mampu mengeluarkan produksi sebesar 1.030 ton dan pinang sebanyak 362 ton.

Untuk tanaman kakao yang mampu mengeluarkan produksi tertinggi tersebut, berasal dari 21.474 hektar lahan yang ada di Kabupaten Aceh Tenggara.

banner 72x960

“Dengan rincian seluas 7.854 hektar tanaman belum menghasilkan (TBM), 11.638 hektar tanaman menghasilkan (TM) dan 1.982 hektar tanaman tidak menghasilkan/tanaman rusak (TTM/TR), dengan produktivitas 905 kg/ha dari 20.626 jumlah petani,”ujar Hendra.

Untuk tanaman kopi dengan produksi 1.030 ton.

“Ini berasal dari 488 hektar luas lahan, yang terdiri dari tanaman belum menghasilkan 326 hektar, 140 hektar tanaman menghasilkan dan seluas 22 hektar tanaman tidak menghasilkan/tanaman rusak, dengan produktivitas 7.360 kg/ha dari 757 petani,” terang Hendra.

Sedangkan untuk tanaman pinang lanjut Hendra, untuk tahun 2022 produksinya sebesar 362 Ton, berasal dari 1.529 hektar luas lahan, terdiri dari tanaman belum menghasilkan 546 hektar, 869 hektar tanaman menghasilkan dan 114 hektar tanaman tidak menghasilkan/tanaman rusak dengan produktivitas 417 kg/ha dengan pemilik sebanyak 3.975 petani.

Menurut Hendra, untuk data tahun 2023 nanti, itu berpedoman pada tanggal 30 Desember 2022.

“Sejauh ini kan belum kita lakukan, karena kendalanya SK penetapan petugas statistik dari provinsi belum turun, kita masih menunggu SK, setelah nanti terbit SK baru kita rapatkan personel, kemudian turun ke lapangan untuk mengambil data statistik per kecamatan dan per desa,” jelasnya.

Terkait data untuk Tahun 2023, jumlah hasil produksi ketiga komoditi unggulan tersebut, bisa bertambah dan bisa berkurang, karena itu tergantung alih fungsi lahan setelah dilakukan nanti survei ke lapangan oleh petugas statistik perkebunan, misalkan selama ini lahan coklat beralih ke komoditi jagung, bisa jadi sebelumnya lahan sawah beralih ke lahan coklat.

“Ini tergantung kepada situasi setelah dilakukan pendataan, tetap tergantung kepada data statistik perkebunan,” pungkas Hendra.[]

Komentar Facebook

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *