Penghargaan “Award” dalam Industri Pariwisata

waktu baca 5 menit
Rahmadhani Sulaiman

“The Light of Aceh” atau “Cahaya Aceh”, branding wisata Aceh yang telah lama menjadi cahaya penerang, penyemangat, identitas dan kebanggaan kita bersama dalam memajukan dan mempromosikan industri pariwisata Aceh dalam berbagai tantangan global.

“Merefleksikan semangat bagi masyarakat Aceh yang disatukan melalui Syariat Islam yang Rahmatan lil ‘alamiin sebagai cahaya benderang yang mengajak pada nilai-nilai kebaikan, kemakmuran, dan memberikan manfaat serta kebaikan bagi semua pihak” telah menjadi filosofi terbaik untuk branding wisata Aceh.

Branding wisata ini juga telah berhasil memperkuat positioning Aceh sebagai destinasi wisata yang layak dikunjungi oleh setiap wisatawan, baik wisatawan muslim, maupun non muslim dengan suguhan ragam pesona alam dan budaya Aceh.

banner 72x960

Branding wisata “The Light of Aceh” atau “Cahay Aceh”dengan berbagai tantangan dan persaingan dalam merebut perhatian wisatawan nusantara dan mancanegara pada berbagai kompetisi even dan promosi wisata dalam dan luar negeri juga telah berhasil memberikan banyak penghargaan “award” dari berbagai lembaga, baik secara nasional, maupun internasional.

Penghargaan atau “award” yang pernah diperoleh tersebut antara lain meliputi Tari Saman Aceh sebagai Warisan Budaya Takbenda Dunia oleh UNESCO (2011),Aceh sebagai Destinasi Wisata Budaya Halal Terbaik Dunia “World’s Best Halal Cultural Tourism Destination”oleh Kemenpar RI dan International Travel Week di Abu Dhabi (2016) dan Aceh sebagai Destinasi Wisata Halal Unggulan melalui standar Indonesia Muslim Travel Index (IMTI) oleh Kemenpar RI (2019).

Termasuk juga penghargaan Anugerah Pesona Indonesia (API) untuk beberapa kategori, seperti Twitter @aceh_disbudpar Aceh sebagai Promosi Pariwisata Digital Terpopuler (2017), Spot Diving Pulau Weh(Sabang) sebagai Wisata Air Terpopuler (2018), Masjid Raya Baiturrahman (Banda Aceh) sebagai Wisata Halal Terpopuler (2018), Dataran Tinggi Gayo (Aceh Tengah) dan Tari Saman (Gayo Lues) sebagai Atraksi Budaya terpopuler (2018), Mangrove Forest Park (Langsa) sebagai Ekowisata Terpopuler (2019), Kilometer Nol Indonesia (Sabang) sebagai Destinasi Unikterpopuler(2019), Air Terjun Tansaran Bidin (Bener Meriah) sebagai Surga Tersembunyi Terpopuler (2019).

Beberapa penghargaan penting lainnya juga berhasil diperoleh oleh Pemerintah Aceh melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh, baik di bidang pariwisata, maupun kebudayaan. Capaian keberhasilan tersebut tidak terlepas melalui kerjasama semua pihak, khususnya pelaku industri pariwisata dan pelaku budayasebagai komunitas yang berada di garda terdepan dalam memajukan industri pariwisata Aceh.

Capaian penghargaan tersebut yang berhasil diraih dengan susah payah melalui pelibatan semua pihak menunjukkan daya saing pariwisata Aceh, baik di tingkat nasional, maupun internasional semakin diperhitungkan.

Dengan demikian, keberhasilan tersebut tidaklah hanya menjadi kenangan dan koleksi semata tanpa aksi, sebaliknya perlu terus dijaga, dikelola, ditingkatkan,diperkuat dan dimanifestasikan dalam ragam bentuk aktifitas kepariwisataan dan pelayanan terbaik kepada setiap wisatawan, sekaligus menjadi momentum untuk memacu kinerja kita bersama dalam upaya meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan ke Aceh.

Mengelola Penghargaan

Dalam upaya memajukan industri pariwisata dengan segala potensi alam dan budaya yang dimiliki oleh sebuah destinasi wisata, keberhasilan memiliki berbagai penghargaan dari berbagai lembaga nasional dan internasional adalah sebuah keniscayaan. Penghargaan tersebut akan menjadi media marketing yang paling efektif untuk meningkatkan rasa percaya diri, membangun branding positif untuk keunggulan produk yang kita miliki dan media evaluasi untuk menilai sejauh mana kinerja pariwisata kita sudah sesuai dengan harapan yang ingin dicapai.

Mantan Menteri Pariwisata RI, Arief Yahya (2018) menyebutkan, “ Award begitu penting bagi kemajuan industry pariwisata karena tiga alasan utama yang disingkat dengan 3C; yaitu Confidence (Percaya diri), Credibility (kredibelitas), dan Calibration (Evaluasi). 

Confidence; penghargaan atau “award” yang dicapai akan meningkatkan rasa percaya diri. Karena, penghargaan pada dasarnya adalah sebuah legitimasi atau pengakuan dari orang lain atau lembaga resmi lainnya untuk keberhasilan yang kita capai. Bila kita mendapatkan penghargaan, maka self confidence kita akan naik.

Credibility; penghargaan atau “award” yang dicapai dapat menjadi cara marketing yang paling efektif untuk menaikkan atau improve branding atau image wisata kita. Kita tidak perlu lagi bersusah payah untuk menyampaikan keunggulan produk kita, karena orang lain sebagai pesaing kita sudah mengakui.

Calibration; penghargaan atau “award” yang dicapai akansangat bermanfaat dalam upaya untuk mengetahui sejauh mana kinerja pariwisata kita sudah sesuai dengan harapan yang inginkan (on track), sekaligus mengetahui posisi kita dibandingkan dengan pesaing lain.

Menurut hemat penulis, selain confidence, credibility dan calibration yang menjadi alasan utama dalam sebuah “award”, celebration (selebrasi atau perayaan) juga diperlukan dalam rangka merayakan keberhasilan yang kita capai bersama, sekaligus memberikan apresiasi dan ucapan terima kasih kepada berbagai pihak, khususnya mereka yang telah bekerja keras dan menjadi terbaik untuk mencapai tujuan bersama.

Arief Yahya (2019) juga menegaskan, “dengan menjadi yang terbaik – termasuk di dalamnya memenangkan sebuah award – akan membuat kita atau institusi kita semakin dikenal dan membuka peluang untuk mendapatkan berbagai peluang dan kesempatan di masa mendatang. Orang akan cenderung memilih para pemenang untuk menjadi partner, supplier atau produsennya dibandingkan dengan para pecundang.Karenanya, tidak ada yang salah dengan memenangkan award. Tentunya dengan cara-cara yang baik dan beretika”

Kita berharap setiap pencapaian atau penghargaan yang pernah diperoleh bersama tidak membuat kita bersikap jumawa dan over confident, sebaliknya mampu memperkuat branding wisata “The Light of Aceh” atau “Cahaya Aceh” sebagai branding wisata kebanggaan kita bersama dan menginspirasi semua pihak untuk terus bangkit melalui reaktivasi industry pariwisata lokal di era New Normal dalam mempromosikan Aceh sebagai destinasi wisata yang aman dan nyaman bagi wisatawanmelalui semangat CHSE (Cleanliness, Health, Safety and Environment).

Komentar Facebook

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *