Pantai Batee Puteh di Aceh Selatan, Pesonamu tak Pernah Pudar

Pesona Pantai Batee Puteh di Gampong Lhok Aman, Kecamatan Meukek, Aceh Selatan. (Koleksi Irwandi)

Theacehpost.com | ACEH SELATAN – Kabupaten Aceh Selatan selain memiliki aneka kekayaan adat istiadat dan budaya, juga pesona alam yang tak pernah bosan untuk dinikmati. Salah satu pesona alam yang menjadi magnet bagi pengunjung adalah Pantai Batee Puteh di Gampong Lhok Aman, Kecamatan Meukek, Aceh Selatan.

banner 72x960

Batee Puteh dengan beragam daya tariknya membuat pengunjung seperti terhipnotis untuk terus berlama-lama di tempat itu.

Kawasan yang berjarak 406 kilometer dari ibu kota provinsi Aceh di Banda Aceh dan 22 kilometer dari Tapaktuan, ibu kota Kabupaten Aceh Selatan merupakan lokasi strategis. Apalagi posisinya persis di pinggiran Jalan Nasional Meulaboh-Tapaktuan, lebih kurang 500 meter dengan pusat perkampungan, Lhok Aman.

Nama Batee Puteh yang ditabalkan untuk pantai itu karena lautnya dipenuhi bebatuan berwarna putih. Batu putih itu diangkat dari dasar laut oleh ombak kemudian dihempaskan ke daratan membentuk hamparan yang sangat indah di tepian pantai.

Gampong Lhok Aman ternyata tidak hanya memiliki batu berwarna putih tetapi juga sejumlah kekayaan alam lainnya termasuk kearifan lokal berupa perahu nelayan tanpa mesin.

Berikut penjelasan tentang masing-masing kekayaan objek wisata Gampong Lhok Aman, Kecamatan Meukek, Aceh Selatan:

  1. Batu Putih (Batee Puteh)
Tumpukan batu putih yang dikumpulkan masyarakat di Pantai Batee Puteh. (Koleksi Irwandi)

Batu putih di hamparan Pantai Batee Puteh tak sebatas untuk dinikmati pesonanya, tetapi juga menjadi sumber pendapatan masyarakat.

Batu putih yang dimuntahkan oleh lautan ke daratan dipilih oleh masyarakat dan dimasukan ke karung sesuai ukuran.

Batu Putih ini sering dimanfaatkan oleh masyarakat lokal Aceh Selatan bahkan dari luar kabupaten dan lintas provinsi untuk ditabur di atas makam yang menjadi tradisi setiap menyambut Ramadhan (meugang, dan saat ziarah kubur pada Lebaran Idul Fitri maupun Idul Adha.

“Setelah ditabur batu putih, makam terlihat seperti memancarkan kilau dan terlihat baru,” kata Irwandi, S.HI.,M.H, putra asli Meukek yang berprofesi sebagai dosen dan aktivis Forum Pengurangan Risiko Bencana (Forum PRB) Aceh.

Menurut Irwandi, harga batu putih yang paling murah Rp 15.000/karung dan termahal mencapai Rp.100.000. Perbedaan harga itu tergantung dari ukuran batu. “Semakin kecil ukurannya semakin mahal harganya,” lanjut Irwandi.

Batu putih dari Pantai Batee Puteh juga menjadi material untuk hiasan di halaman rumah, penghias pot bunga, dan untuk bahan baku pembangunan.

  1. Perahu tanpa Mesin
Perahu tanpa mesin milik nelayan saat mendarat di hamparan pasir Pantai Batee Puteh. (Koleksi Irwandi)

Pantai Batee Puteh di Gampong Lhok Aman juga memiliki daya tarik kearifan lokal masyarakatnya yaitu aktivitas nelayan yang melaut (mencari ikan) dengan perahu atau jaloe tanpa mesin.

Setiap lepas subuh, nelayan berangkat melaut dengan perahu yang digerakkan dengan dayung. Mereka memancing atau menjaring yang menjadi salah satu mata pencarian masyarakat di kawasan pesisir tersebut.

Menjelang siang, nelayan kembali ke darat. Banyak warga yang sudah menunggu ikan segar di pantai. Dalam penantian kembalinya nelayan, masyarakat menikmati keindahan alam sambil duduk-duduk atau berbagi cerita.

Pemandangan yang tak kalah menarik adalah ketika warga beramai-ramai terjun ke laut membantu menarik perahu nelayan ke daratan. Setelah perahu merapat sempurna, jauh dari jangkauan ombak barulah masyarakat melakukan transaksi jual beli dengan nelayan.

  1. Makam Ulama
Makam Said Ahmad, ulama yang hidup pada era 1840-1940 di bibir Pantai Batee Puteh, Gampong Lhok Aman, Kecamatan Meukek, Aceh Selatan. (Koleksi Irwandi)

Di bibir pantai Gampong Lhok Aman juga ada makam ulama yang terawat baik dengan taburan batu putih di atasnya. Itulah makam ulama bernama Said Ahmad yang hidup pada era 1840 hingga 1940.

Menurut penuturan dari generasi ke generasi, Said Ahmad dikenal sebagai sosok ulama yang juga gigih mengobarkan semangat jihad memerangi penjajah. Said Ahmad dikabarkan memiliki senjata berupa pedang berukuran panjang empat meter. Senjata inilah yang digunakan Said Ahmad dalam mengusir penjajah dari negerinya.

  1. Kolam Pemandian “Poe Mbon”
Kolam Pemandian Poe Mbon di Pantai Batee Puteh. (Koleksi Irwandi)

Alam di Gampong Lhok Aman benar-benar sempurna. Di bibir pantai Batee Puteh juga ada sebuah kolam dengan air yang sangat bening, bersih, dan segar.

Setelah mandi-mandi di laut, pengunjung langsung menceburkan diri ke kolam yang diberi nama Kolam Pemandian ‘Poe Mbon’ yang berjarak dengan bibir pantai hanya sekitar 50 meter.

Irwandi selaku aktivis pengurangan risiko bencana sangat berharap keindahan alam di Gampong Lhok Aman pada khususnya dapat terus dijaga demi diwariskan kepada anak cucu.

Selama ini masyarakat setempat terus mengawal dan memelihara lingkungan di kawasan tersebut agar tidak rusak. Masyarakat melarang keras penggalian pasir dan kerikil dengan alat berat yang selanjutnya dimobilisasi dengan truk.

“Biarlah alam yang menjaga keseimbangannya sendiri dengan senantiasa melimpahkan rezeki secara alami untuk kepentingan manusia. Contohnya batu putih yang didorong ombak dari lautan ke daratan. Tanpa kerusakan dan manfaatnya bisa dirasakan secara turun temurun,” ujar Irwandi.

Harapan untuk menjaga lingkungan juga disuarakan Munawar Hafizhi, salah seorang pemuda setempat. Dia berharap Pantai Batee Puteh terus dijaga dengan baik. Pengunjung juga diwajibkan mengikuti berbagai aturan termasuk tidak melakukan hal-hal yang bertentangan dengan syariat Islam.

“Jika kita sama-sama menjaga alam, insya Allah pesona Pantai Batee Puteh akan terus memancar,” demikian Munawar Hafizhi didampingi rekannya, Irwandi. [adv/pariwisata)

Komentar Facebook

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *