Panen Raya Nilam di Ranto Sabon Aceh Jaya

waktu baca 4 menit
Tim Atsiri Research Center USK memanen nilam di Ranto Sabon, Aceh Jaya, Minggu, 28 Februari 2021. (IST).
banner 72x960

Theacehpost.com | ACEH JAYA – Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Universitas Syiah Kuala (USK), Prof Dr Taufik Fuadi Abidin beserta Tim Atsiri Research Center (ARC) USK yang dipimpin Dr. Syaifullah Muhammad., M.Eng ikut dalam panen raya nilam bersama masyarakat Ranto Sabon, Aceh Jaya, Minggu, 28 Februari 2021.

Kehadiran akedemisi USK ini untuk memberikan pendampingan bagi masyarakat petani nilam di Ranto Sabon yang sudah berjalan sejak 2019.

“Universitas Syiah Kuala, senantiasa memberikan dukungan kepada masyarakat melalui berbagai kegiatan baik itu penelitian maupun pengabdian agar masyarakat dapat terus berkembang dan mandiri secara ekonomi. USK berkomitmen memberikan pengetahuan, teknologi, SDM bahkan pendanaan untuk mengembangkan berbagai inovasi hulu-hilir industri nilam Aceh,” ujar Taufik dalam keterangan tertulis kepada Theacehpost.com, Senin, 1 Maret 2021.

Taufik mengatakan, hasil panen ini juga sekaligus menjadi bukti bahwa bertani nilam sekarang ini tidak bisa hanya sekedar bermodalkan ilmu praktek turun temurun, tetapi penting diberikan berbagai intervensi baik dari segi kualitas tanah, bibit, perawatan, panen, hingga penyulingan, agar perekonomian masyarakat dari sektor ini dapat ditingkatkan.

“Karena itu, masyarakat diharapkan mau bekerja lebih giat, menerapkan parktik pertanian yang baik, dan tetap berdoa kepada Allah agar kegiatan bertani nilam di masa yang akan datang akan membawa kebaikan bagi masyarakat dan alam sekitar,” Prof Taufik.

Hal sedana juga turut dikatakan, Kepala ARC-PUIPT Nilam Aceh USK, Dr Syaifullah Muhammad.

Menurutnya, sejak 2019 ARC Universitas Syiah Kuala bersama Bank Indonesia Perwakilan Aceh telah mengembangkan program Local Economic Development (LED) Nilam di Desa Ranto Sabon, Kecamatan Sampoinet, Kabupaten Aceh Jaya.

Ada tiga tahapan awal dalam pengembangan Desa Nilam Ranto Sabon, yaitu pada 2019 fokus pada penguatan sektor hulu terkait pembibitan, pengembangan budidaya dan pembangunan pusat pembelajaran nilam masyarakat.

Dilanjutkan pada 2020 penguatan budidaya dan hilirisasi produk turunan, serta pada 2021 fokus untuk penguatan kelembagaan desa dan komersialisasi produk dengan media desa wisata nilam Ranto Sabon.

“Penting ada kerja sama antara masyarakat, dunia usaha, pemerintah, perguruan tinggi dan media. Kerja sama ini menjadi kunci dari segala keberhasilan. Jaga persatuan, hindari perpecahan. Perbesar persamaan, perkecil perbedaan. Tingkatkan pikiran positif, hilangkan pikiran negatif, dan keberhasilan akan bersama kita,” kata Syaifullah.

Dia mengatakan, sejak intervensi berbagai program yang dilakukan ARC bersama dunia usaha dan pemerintah, harga minyak nilam sudah stabil dan cenderung meningkat dalam lima tahun terakhir.

Kestabilan harga ini karena ekosistem bisnis menjadi lebih damai dengan konsep blue ocean, dimana inovasi pada rantai pasok dan nilai nilam dikembangkan menjadi lebih luas.

Budidaya digalakkan, kualitas penyulingan dan pemurnian dikembangkan, produk turunan diberbanyak masuk ke market melalui digital marketing, serta SDM dan riset terus dikembangkan.

“Ini semua berkontribusi positif untuk tataniaga komoditas unggulan daerah Aceh yang lebih baik,” ujarnya.

Ia juga menekankan, untuk kepentingan rakyat sudah seharusnya semua stakeholder berkompromi dengan berbagai perbedaan.

“Silahkan berbeda dan berdebat, tapi leburkan perbedaan itu ketika kepentingan rakyat harus diperjuangkan,” kata Dr Syaifullah.

Sementara itu, Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Gampong Aceh (DPMG), Azhari SE MSi yang ikut berhadir dan berdiskusi kepada masyarakat petani nilam di Ranto Sabon, menyampaikan, salah satu prioritas utama DPMG saat ini adalah menguatkan BUMG di seluruh Aceh agar memberi nilai tambah ekonomi kepada masyarakat.

“Isu utama hari ini di Aceh adalah persoalan kemiskinan, kami berharap BUMG Ranto Sabon dapat menerapkan iptek yang dibina oleh ARC untuk mengelola budidaya nilam hingga pengembangan produk turunannya. Saya pikir, gampong yang sudah memilik produk sendiri merupakan salah satu gampong yang menunjukkan kegigihan dalam berusaha. Jika masyarakat sudah berkomitmen, kami pun siap mendedikasikan waktu, tenaga, dan kemampuan kami untuk mendukung masyarakat,” ujar Azhari.

Sementara itu, salah satu pengurus ARC USK, Prof Rina Sriwati, mengaku bahagia akibat hasil panen sangat memuaskan.

“Kita sangat berbahagia, walaupun ada beberapa penyakit nilam yang muncul, namun panen nilam kali ini hasilnya sangat memuaskan. Dengan beberapa intervensi yang kami berikan, tanaman nilam hari ini beratnya sampai 7-8 kg per pohon. Ini 3-4 kali lipat dibandingkan panen biasanya,” ujar Prof Rina, yang juga merupakan ahli bidang penyakit tanaman.

Camat Sampoinet, Syarkani, juga menuturkan, usaha yang dilakukan ARC bersama BI Aceh dalam mengembangkan ekonomi lokal berbasis tanaman nilam di Ranto Sabon selama ini mendapatkan dukungan penuh dari pemerintah setempat.

“Pada rapat terakhir dengan Pak Sekda, telah disetujui untuk membuat masterplan pengembangan Desa Ranto Sabon sebagai desa wisata nilam. Selanjutnya juga akan dilakukan peningkatan beberapa fasilitas jalan untuk memperlancar transportasi ke Ranto Sabon,” jelas Syarkani.

Untuk diketahui, pada panen raya ini juga dilakukan pembelian minyak nilam yang telah disuling oleh masyarakat Ranto Sabon oleh Koperasi Inovac yang bekerja sama dengan Perancis.

Minyak nilam masyarakat dibeli dengan harga Rp 700.000 hingga Rp 750.000 per kilogram sesuai dengan kualitasnya. (*)

Komentar Facebook

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *