Paket Wisata Tematik Jalur Samudera Cheng Ho di Era Adaptasi Kebiasaan Baru

waktu baca 5 menit
Rahmadhani Sulaiman
banner 72x960

Aceh dengan berbagai pesona alam dan budaya serta kekayaan sejarah telah bersiap untuk bangkit dan maju melalui industri pariwisata secara berkelanjutan dan berwawasan lingkungan dengan selalu mengkedepankan karakteristik dan keunikan daerah, khususnya pengembangan wisata sejarah dan religi dengan berbagai peninggalan sejarah Aceh pada masa lalu.

Namun, merebaknya wabah virus Corona yang mematikan atau Coronavirus Disease (Covid-19) yang telah merenggut korban jiwa sejak awal bulan Maret 2020 dan berdampak serius pada kemajuan industri pariwisata nasional dan internasional mengharuskan pelaku industri pariwisata berkarya dalam berbagai keterbatasan dan kesulitan.

Wabah virus Corona telah berdampak pada hampir seluruh sendi kehidupan masyarakat, baik secara sosial-budaya, maupun perekonomian.

Masyarakat terpaksa bekerja dari rumah, belajar dari rumah dan beribadah di rumah sebagai salah satu konsekuensi logis dalam upaya memutus mata rantai penyebaran virus.

Dampak yang dirasakan oleh masyarakat sungguh memprihatinkan, khususnya pelaku industri pariwisata, yang mengkedepankan pelayanan kepada wisatawan.

Namun, semangat kebangkitan bersama untuk hidup berdampingan dengan virus harus menjadi pilihan “living in harmony with Corona” melalui tatanan kehidupan baru atau “Adaptasi Kebiasaan Baru” yang sedang diberlakukan oleh Pemerintah.

Tatanan kehidupan baru di era “Adaptasi Kebiasaan Baru” adalah keniscayaan. Kita tidak bisa menolaknya. Ini adalah pilihan hidup.

Kita harus siap menghadapinya bersama dengan tetap menyesuaikan diri melalui gaya hidup baru sesuai Protocol Kesehatan dalam menunjang kehidupan berkesinambungan dan produktifitas perekonomian. 

Kita harus bersiap menyambut konsep tatanan kehidupan baru untuk menghindari dampak negatif pandemi Covid-19 secara berkelanjutan, sekaligus mengembalikan kepercayaan masyarakat untuk bangkit kembali membangun aspek sosial dan perekonomian yang sudah lama terpuruk, salah satunya penyiapan paket-paket wisata menarik sesuai dengan sejarah dan karakter daerah.

Aceh sarat dengan berbagai peristiwa bersejarah, khususnya sejarah Islam dan dikenal dengan berbagai sebutan, seperti Serambi Mekkah, Bumi Iskandar Muda, Bumi Srikandi, Daerah Modal, Tanah Rencong dan ulama-ulama besar dan karismatik lainnya yang pernah hidup dan berhasil membangun peradaban dunia di Aceh, seperti Syeh Abdurrauf, Syamsuddin Assumatrani, Nuruddin Arraniry, Hamzah Fanshuri.

Aceh juga dikenal sebagai salah satu daerah pesisir yang pernah disinggahi oleh seorang bahariawan muslim Tionghoa bernama “Laksamana Cheng Ho” atau juga dikenal dengan sebutan “Zheng He” (1405-1433 M) selama tujuh kali dalam pelayaran ekspedisi ke Asia Barat Daya dan Asia Tenggara dengan Misi utamanya adalah Pembauran, Perdagangan, Perdamaian, Persahabatan dan Penyebaran Islam di Nusantara.

Keberagaman dan kekayaan budaya dan sejarah masa lalu perlu terus dilestarikan dan dikembangkan, tidak hanya dalam upaya memelihara dan memperkuat nilai-nilai sosial budaya, namun juga dalam rangka menarik kunjungan wisatawan ke Aceh melalui penciptaan paket-paket wisata unik dan menarik, seperti Paket Wisata Tematik Jalur Samudera Cheng Ho.

Pemerintah Aceh bersama stakeholder terkait lainnya terus menggalakkan pembangunan kebudayaan dan pariwisata Aceh sebagai pembangunan karakter bangsa atau character building sesuai dengan identitas Keacehandan mengembangkan berbagai potensi wisata lainnya sebagai media promosi wisata Aceh dalam dan luar negeri.

Namun, pengembangan berbagai potensi tersebut tidak akan memiliki arti apapun secara ekonomi dan investasi bila tidak dirancang secara serius.

Sebaliknya, berbagai produk wisata tersebut perlu terus ditata dan dikembangkan dengan selalu mengkedepankan ide, kreatifitas dan inovasi manusia, sehingga produk wisata Aceh akan memiliki nilai tambah yang bersifat khas, kekinian dan menarik menuju industri kreatif Aceh masa depan.

Khusus bidang pengembangan sektor industri pariwisata nasional dalam konteks pengembangan Poros Maritim Jalur Sutra Maritim Abad 21, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) RI telah merancang sebuah konsep destinasi wisata baru Indonesia, yaitu Wisata Pelayaran Laksamana Cheng Ho sebagai daya tarik wisata baru bagi wisatawan dalam bentuk Paket Wisata Tematik Jalur Samudra Cheng Ho.

Sebagai salah satu daerah yang pernah dikunjungi selama tujuh kali dalam pelayaran ekspedisi ke Asia Barat Daya dan Asia Tenggara, Aceh pada masa lalu, saat Kerajaan Samudera Pasai di pantai utara Aceh sedang berkuasa memiliki ikatan sejarah panjang dan menarik dengan bahariawan muslim Tionghoa ini, khususnya dalam hubungan kerjasama bidang perdagangan, politik dan penyebaran Islam di Nusantara.

Beberapa peninggalan sejarah yang masih dapat dibuktikan sebagai bentuk kerjasama antara Kekaisaran Cina (Dynasty Ming) dan Aceh (Kerajaan Samudera Pasai) adalah pemberian sebuah hadiah berbentuk sebuah genta raksasa (genta besi yang diberi nama Cakra Donya) sebagai bukti hubungan kerjasama antar dua kerajaan besar pada masa itu.

Pembukaan Paket Wisata Tematik Jalur Samudera Cheng Ho, khususnya bagi Aceh diharapkan dapat mengingatkan kembali kepada wisatawan, khususnya wisatawan Cina tentang pelayaran bersejarah yang berhasil membangun peradaban dan persahabatan antar negara, khususnya hubungan perdagangan antara Tiongkok dengan Kerajaan Samudera Pasai, memperkenalkan Aceh sebagai daerah tujuan wisata baru di kawasan paling barat Republik Indonesia.

Dalam rangka mendukung Aceh sebagai salah daerah yang masuk dalam Pembukaan Paket Wisata Tematik Jalur Samudera Cheng Ho, maka perlu dirancang berbagai kegiatan yang menarik yang dikemas secara profesional dengan mengadopsi prinsip marketing Branding, Advertising, Selling (BAS), salah satunya adalah “Cakra Donya International Festival” dengan melibatkan beberapa negara yang pernah disinggahi oleh Cheng Ho serta stakeholder atau komunitas terkait lainnya.

Masyarakat dan Pemerintah Aceh perlu terus berusaha untuk mewujudkan Aceh sebagai salah satu daerah tujuan wisata unggulan di kawasan paling barat Republik Indonesia dengan berbagai keunggulan dan keunikan yang dimiliki, sehingga akan bermanfaat tidak hanya dalam memperkuat peradaban masyarakat Aceh, namun juga mensejahterakan masyarakat Aceh melalui industri pariwisata.

Pembukaan Paket Wisata Tematik Jalur Samudera Cheng Ho juga menjadi semangat dan inisiatif baru untuk mendukung harapan Pemerintah Indonesia dan Tiongkok dalam rangka membangun kerjasama bidang investasi kedua negara, khususnya bidang maritim (Poros Maritim) Indonesia dan menghidupkan kembali Jalur Sutra Maritim Abad 21.

Kerjasama semua pihak dalam rangka mewujudkan harapan dan cita-cita kita sangatlah diperlukan, khususnya perhatian Kemenparekraf RI dengan mengajak daerah dalam mendukung dan mewujudkan pengembangan Paket Wisata Tematik Jalur Samudera Cheng Ho di Aceh, khususnya para travel agent atau tour operator.

Industri pariwisata dapat berjalan produktif selama prinsip-prinsip “Adaptasi Kebiasaan Baru” yang menghadirkan rasa aman dan nyaman bagi semua pihak menjadi prioritas melalui penerapan Protokol Kesehatan, sekaligus menciptakan ragam kreatifitas dan inovasi produk dan pelayanan wisata berbasis ekonomi kreatif selama masa Covid-19. 

Komentar Facebook

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *