Nusa, Desa Wisata Nan Mempesona

waktu baca 9 menit
Gapura Gampong Nusa, Kecamatan Lhoknga, Kabupaten Aceh Besar. (Foto: Eko Deni Saputra/Theacehpost.com)
banner 72x960

PERGI berwisata tampaknya menjadi keinginan semua orang di masa pandemi ini. Beberapa orang mungkin sudah memiliki rencana tempat liburan yang nantinya akan dikunjungi.

Jika Kamu termasuk orang yang ingin pergi berlibur, jangan lupa untuk memasukkan Gampong (Desa) Nusa sebagai list tempat tujuan liburan Kamu.

Lokasinya di Kecamatan Lhoknga, Kabupaten Aceh Besar atau berjarak 10 km dari pusat Kota Banda Aceh, jika Kamu menggunakan kendaraan ke sana.

Di Nusa, Kamu bisa mendapatkan berbagai pengalaman baru, khususnya suasana pedesaan yang khas. Selain itu, desa wisata Nusa ini juga sangat diminati sebagai tempat wisata lantaran ‘semuanya’ tersedia di sana.

Misalnya, Desa Nusa memiliki fasilitas homestay (penginapan) bagi wisatawan. Nusa juga memiliki lokasi camping (perkemahan) yang lokasinya berada di perbukitan.

Tak hanya itu, bagi Kamu pecinta kuliner, Nusa juga menyediakan aneka makanan khas Aceh nan mengundang selera. Beragam daya tarik wisata itu dikelola melalui satu wadah yang dikelola warga di sana yang diberi nama, Lembaga Pariwisata Nusa (LPN).

Sejarah LPN

Sekretariat Lembaga Pariwisata Gampong Nusa. (Foto: Eko Deni Saputra/Theacehpost.com)

Lembaga Pariwisata Nusa didirikan pada tahun 2015. Sejak dibentuk, lembaga ini hidup mandiri. Selama ini, warga Nusa meyakini desanya memiliki potensi yang menjanjikan tanpa dibayang-banyangi dengan anggaran dana desa.

“Lembaga Pariwisata Nusa tidak berada di bawah pemerintahan desa, kita berdiri sendiri. Dari awal berdiri sampai sekarang belum pernah mendapatkan dana desa. Sehingga dari 2015 sampai sekarang kita berswadaya,” ujar Nurhayati Muhammad kepada The Aceh Post beberapa waktu lalu.

Nurhayati menceritakan, pembentukan Nusa sebagai desa wisata pastinya tak semudah membalik telapak tangan. Banyak proses dilalui guna menyatukan persepsi antarsesama warga. Termasuk mengubah stigma bahwa pariwisata itu dapat mengundang masalah.

“Pastinya prosesnya panjang. Pasca-tsunami, kami coba mengubah persepsi itu perlahan-lahan hingga masyarakat Nusa paham jika desa ini memiliki potensi besar yang mampu menunjang perekonomian warga. Tentunya, dengan tetap dalam aturan syariat Islam yang kita anut selama ini,” ungkapnya.

“Alhasil, dengan tekad bersama-sama, sejak tahun 2015 masyarakat di sini sepakat membentuk dan bergabung ke Lembaga Pariwisata Nusa,” ujar Nurhayati.

Berkat kekompakan itulah, hingga saat ini Nusa kerap dikunjungi para wisatawan lokal dan mancanegara. Bahkan, pesohor negeri ini juga pernah berkunjung ke desa yang pernah diterjang tsunami tahun 2004 silam itu.

“Tamu (wisatawan asing) yang pernah hadir di Gampong Nusa ini di antaranya ada yang dari Malaysia, Afrika, Turki, Uzbekistan, Amerika, Kanada, dan sebagainya. Yang paling ramai Malaysia. Kalau publik figur, ada Darius Sinathrya, Dewi Sandra, Si Gundul dan Si Bolang (lokasi syuting),” ungkapnya.

Inovasi Nusa

Camilan oen temurui cocok jadi oleh-oleh. (Foto: Rubama)

Nurhayati menyebutkan keunggulan di Gampong Nusa ini adalah satu-satunya desa di Aceh pasca-tsunami membuat pengelolaan sampah berbasis masyarakat. Contohnya, membuat berbagai kerajinan tangan dengan inovasi kreatif dengan memanfaatkan sampah.

“Masyarakat di Gampong Nusa tidak dibayar untuk membuat inovasi produk-produk kerajinan tangan dan ini murni dari inisiatif masyarakat sendiri yang mengumpulkan sampah. Hasilnya, kita bisa membuat tas, bunga, kotak tisu, kotak pensil dan sebagainya,” kata dia.

Lebih detail, Nurhayati menjelaskan proses pembuatan kerajinan tangan kotak tisu dan bunga. Kata dia, kotak tisu yang dibuat warga berasal dari sampah organik, yaitu dari dedaunan.

Selanjutnya kotak pensil dari bungkus deterjen, serta baju, dompet dan topi yang dirajut dari kantong plastik.

“Artinya, mereka mencoba mengurangi plastik yang ada di kampung dengan cara seperti ini. Selain itu, selama ini Gampong Nusa juga menggali potensi yang ada dari beberapa paket wisata,” kata Nurhayati.

Warga meunjukkan hasil inovasi kerajinan tangan dengan memanfaatkan sampah. Foto diambil sebelum pandemi Covid-19. (Foto: Instagram @gampongnusaku)

Tak hanya itu, ia menambahkan, beberapa paket wisata yang dianggap sebagai keunggulan Gampong Nusa yakni terdapat cooking class (kelas memasak) kuliner khas Aceh seperti, pembuatan pliek u, timpan, dan pengelolaan asam sunti.

“Kali ini ada produk baru, yaitu keripik oen temurui (daun kari), kearifan lokal yang dijadikan sesuatu yang baru. Hal inilah yang kami gali guna mendatangkan uang bagi masyarakat,” ungkapnya.

Wisata Alam

Wisatawan mendirikan kemah saat berwisata di Gampong Nusa, Kabupaten Aceh Besar. (Foto: Ahlul Fikar)

Lembaga Pariwisata Nusa juga menyediakan paket camping (berkemah) bagi wisatawan. Areanya berada di dataran tinggi atau perbukitan. Suasananya asri dan jauh dari hiruk pikuk perkotaan.

Bagi Kamu yang ingin merasakan sensasinya, diharapkan melapor terlebih dahulu kepada Lembaga Pariwisata Nusa, minimal empat hari sebelum waktu berkemah.

“Harap melapor dulu ke LPN dikarenakan kami harus memberitahukan dulu atau izin kepada keuchik (kepala desa) dan Polsek untuk menjaga keamanan setempat,” katanya.

Bagi yang ingin berkemah dengan keluarga, komunitas dan instansi tempat Kamu bekerja, LPN turut menyediakan penyewaan tenda dan paket makanan lo.

“Bila tidak bawa (tenda) sendiri, kita di sini ada menyediakannya, harga sewanya Rp 75 ribu/tenda, mau diisi dua atau tiga orang terserah kepada wisatawan. Daya tampung areanya bisa mencakup 150 tenda. Selain itu, kita juga menyediakan paket makanan yang dibuat warga sekitar,” jelas Nurhayati.

Menyediakan Homestay

Salh satu penginapan (homestay) di Gampong Nusa, Kecamatan Lhoknga, Kabupaten Aceh Besar. (Foto: Eko Deni Saputra/Theacehpost.com)

Berawal dari satu unit homestay, kini Desa Nusa telah memiliki 42 penginapan bagi wisatawan. Fasilitas penginapan itu menyatu atau serumah dengan penduduk di sana.

Homestay di sini bukan rumah kosong, tapi yang juga ditempati sama keluarga. Jadi wisatawan juga bisa merasakan suasana kekeluargaan masyarakat di sini,” kata Nurhayati.

Koordinator Pemandu Wisata Desa Nusa, Darmiati, menambahkan untuk penempatan homestay bagi wisatawan diatur oleh pihaknya. Jadi, wisatawan tidak dapat memilih lokasi menginap sesuai keinginannya.

“Pengunjung tidak boleh memilih rumah yang ingin ditempatinya, karena kita buatnya sistem bergilir. Tujuannya agar warga lain yang menyediakan homestay turut kebagian. Karena di sini wisatanya berbasis masyarakat, jadi diusahakan untuk memberdayakan masyarakat di sekitar juga,” kata Darmiati.

Ruang tamu di penginapan yang disediakan Gampong Nusa bagi wisatawan. (Foto: Eko Deni Saputra/Theacehpost.com)

Untuk biaya penginapan, setiap tamu dipatok Rp 60 ribu per hari/orang. Kalau termasuk makanan, Rp 120 ribu per hari/orang (3x makan). Setiap tamu atau wisatawan yang berwisata kuliner di Nusa memiliki selera masing-masing.

“Selalu ada tempat untuk wisatawan yang datang dan ingin menginap di sini. Untuk satu kamar boleh maksimal dua orang, tapi biayanya tetap per orang. Beda lagi dengan yang minta hidang, harga paketnya dimulai dari Rp 40 ribu, Rp 50 ribu, Rp 70 ribu, dan Rp 85 ribu per porsinya. Makanan yang dihidangkan itu masakan khas Aceh,” imbuh Darmiati.

“Untuk paket Rp 50 ribu makanan khas yang kami hidangkan seperti kuah beulangong yang menjadi makanan khas Lhoknga. Kemudian ada juga keumamah, udeung tumeh (tumis udang) Aceh, nambai sawi laut (salad sayur berbahan dasar sawi laut), boh itek jruek (telur bebek asin), kerupuk temurui, serta teh serai,” ujar Nurhayati kepada The Aceh Post Jumat, 17 September 2021.

Paket hidangan kuliner yang disajikan Lembaga Pariwisata Nusa bagi wisatawan. (Foto: Theacehpost.com)

Di Nusa, wisatawan juga bisa menyaksikan atraksi anak-anak bermain permainan tradisional dan juga tari-tarian. Tak hanya itu, apabila musim sawah tiba, wisatawan juga bisa ikut terlibat.

“Agenda rutin di Gampong Nusa ini, seperti anak-anak bermain permainan tradisional, contohnya main gatok dan kelereng. Saat ini kami juga sedang berupaya melestarikan budaya permainan gasing,” tambah Nurhayati.

“Kalau musim sawah, tamu juga bisa membantu memotong padi. Kalau musim kering, tamu bisa menangkap ikan dan jika malam, tamu juga bisa menangkap udang. Selama ini, para tamu banyak yang betah bila wisata di sini,” sambungnya.

Dampak Pandemi

Sejak pandemi Covid-19 melanda negeri, salah satu sektor yang paling terdampak dari bencana non alam itu yakni pariwisata. Mesin pertumbuhan ekonomi Tanah Air mandek.

Saat ini, beragam upaya tengah dilakukan oleh pemerintah dan penggiat wisata agar sektor wisata tetap tumbuh meskipun berdampingan dengan Covid-19.

“Sangat berpengaruh dengan adanya pandemi. Biasanya hampir setiap bulan ada tamu atau wisatawan yang datang. Tapi saat ini sudah sepi, jangankan wisatawan asing, tamu yang datang dari dalam negeri sendiri sudah jarang,” ungkap Ketua LPN, Nurhayati

Meskipun begitu, warga Nusa tak pantang menyerah menghadapi kondisi tersebut. Beragam inovasi terus dilakukan LPN demi menunjang pendapatan ekonomi masyarakat setempat.

“Sampai sekarang lokasi wisata masih dibuka. Bagi tamu dari luar yang mau berwisata di sini, harus menunjukkan hasil swab PCR atau kartu vaksin,” jelasnya.

Desa Wisata Terbaik

Gampong Nusa berhasil masuk nominasi 50 desa wisata dalam ajang Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2021, sekaligus menjadi perwakilan Aceh satu-satunya.

Sebelumnya pada babak 300 besar ADWI 2021, terdapat 7 desa perwakilan Aceh dari 1.831 desa wisata seantero Nusantara yang mengikuti ajang yang diiniasi oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI itu.

Kemudian di babak selanjutnya, dewan kurator ADWI memilih tiga desa di Aceh di babak 100 besar dan selanjutnya hanya tersisa Gampong Nusa mewakili Aceh.

Atas pencapaian itu, Nurhayati, mewakili masyarakat Nusa mengaku sangat bersyukur. Ia mengatakan warga Nusa sangat antusias mempersiapkan diri demi desanya melaju hingga babak akhir ADWI 2021.

“Respons masyarakat Gampong Nusa mendengar kabar itu (50 besar ADWI 2021) sangat bersyukur dan bangga. Bahkan ada yang menanyakan, apalagi yang harus dilakukan untuk Nusa lebih indah dan lebih cantik,” ujar Nurhayati.

Warga Gampong Nusa rutin melakukan aksi bersih-bersih guna menjaga kebersihan dan lingkungannya. Kebersihan lingkungan menjadi salah satu penilaian dalam ajang Anugerah Desa Wisata Indonesia. (Foto: Eko Deni Saputra/Theacehpost.com)

Sementara, Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Kadisbudpar) Provinsi Aceh, Jamaluddin, turut mengaku bangga atas lolosnya Desa Nusa ke babak 50 ADWI tahun ini.

Menurut Jamaluddin, Desa Nusa sangat pantas masuk 50 Besar Desa Wisata Terbaik ADWI 2021.

“Desa Nusa sudah lama menjadi desa wisata dan layak masuk nominasi Anugerah Desa Wisata Indonesia 2021,” ujar Jamaluddin di Banda Aceh, Selasa, 24 Agustus 2021.

Ia menambahkan, Desa Nusa selama ini mengusung konsep wisata berbasis masyarakat. Konsep itu pula yang membuat daya tarik wisatawan berkunjung ke Nusa.

“Desa Nusa juga sudah banyak dikunjungi oleh tokoh-tokoh, influencer, artis, dan youtuber,” ungkap Jamaluddin.

Atas pencapaian tersebut, Jamaluddin berharap masyarakat Desa Nusa dapat mempersiapkan diri sebaik mungkin guna menjadi yang terbaik di ajang ADWI 2021 ini.

“Terus kolaborasi, inovasi dan adaptasi untuk membangkitkan pariwisata Aceh. Semoga Desa Nusa bisa menjadi contoh untuk desa wisata lainya. Selamat Desa Nusa, Aceh bangga, kami akan selalu dukung untuk menjadi yang terbaik,” pungkasnya. (Adv)

Komentar Facebook

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *