Nova Bicara Konsep Investasi Hijau di IPF 2022

waktu baca 4 menit
Gubernur Aceh, Nova Iriansyah (tengah) menghadiri Investment Planning Forum (IPF) di Hermes Palace Hotel, Rabu, 2 Maret 2022. (Foto: Dok. DPMPTSP Aceh)
banner 72x960

Theacehpost.com | BANDA ACEH – Dinas Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Aceh mengadakan Investment Planning Forum (IPF) di Hermes Palace Hotel, Rabu, 2 Maret 2022.

Kegiatan bertema “Memacu Investasi Berkelanjutan Menuju Pemulihan Ekonomi Aceh Pasca Covid-19” ini dibuka langsung Gubernur Aceh, Nova Iriansyah.

Menurut Nova, pembangunan ekonomi Aceh melalui kegiatan penanaman modal merupakan sebuah keniscayaan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Kegiatan penanaman modal tidak hanya bagaimana mendatangkan penanam modal untuk menciptakan lapangan pekerja, tapi juga mendukung terciptanya alih teknologi atau technology transfer dan meningkatnya ilmu pengetahuan masyarakat untuk memperkuat struktur ekonomi di daerah.

“Terjadinya pandemi Covid-19 akhir tahun 2019 tanpa dipungkiri telah menciptakan dampak negatif terhadap kemajuan perekonomian dunia, termasuk juga pada perekonomian nasional dan daerah. Namun, kita menyakini pandemi ini akan segera berakhir dan pemulihan ekonomi Aceh menjadi prioritas melalui berbagai program pembangunan ekonomi yang berbasis pro growth, pro poor, pro job dan pro investment,” ujar Nova.

Berbagai langkah strategis, kata Nova, terus dilakukan untuk menarik penanam modal, baik PMDN, maupun PMA ke Aceh dengan melalui berbagai daya tarik investasi bersifat clean and clear, and ready to offer.

“Termasuk juga kemudahan berusaha lainnya ease of doing business, sehingga Aceh tidak hanya maju dan berkembang secara ekonomi, namun juga tampil sebagai destinasi investasi impian bagi penanam modal melalui semangat green investment (investasi hijau) ,” ujarnya.

“Konsep investasi hijau ini menekankan pentingnya proteksi lingkungan dengan memelihara habitat, merehabilitasi hutan dan melindungi keanekaragaman hayati. Aceh memerlukan penanaman modal yang ramah lingkungan untuk mencegah perubahan iklim dan eksploitasi alam yang bermanfaat bagi pertumbuhan ekonomi di masa depan. Hal ini sesuai dengan semangat ‘Aceh Green’, salah satu program Aceh Hebat,” kata Nova lagi.

Investasi, lanjut Nova, dapat menyediakan kesempatan bekerja, meningkatkan nilai tambah komoditas/jasa unggulan dan berkontribusi untuk pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi.

Berdasarkan keyakinan tersebut, pihaknya menempatkan realisasi investasi dan Indek Kepuasan Masyarakat (IKM) dalam investasi sebagai indikator kinerja daerah.

“Di tengah sikap pesimis sebagian masyarakat tentang kurangnya minat investor berinvestasi di Aceh, ternyata kondisi investasi Aceh di lapangan relatif baik. Kinerja investasi Aceh selama beberapa tahun terakhir mengalami perbaikan yang cukup baik,” ungkap Nova.

Nova menjelaskan, realisasi investasi Aceh selama tahun 2021 mencapai Rp 10,8 triliun. Capaian tersebut melebihi 163,90% dari target yang ditetapkan dalam RPJM Aceh 2017-2022 tahun 2021, yaitu sebesar Rp 6,65 triliun.

“Sementara, secara nasional pencapaian target realisasi investasi Aceh mencapai 201,84% dari target yang diberikan oleh BKPM sebesar Rp 5,4 triliun,” ucapnya.

Nova menyampaikan, pencapaian ini menjadi indikator penting bahwa iklim investasi di Aceh semakin membaik. Namun, realisasi investasi Aceh dalam bentuk angka-angka ini tidak lah membuat kita cepat puas.

“Sebaliknya, angka-angka tersebut menjadi tantangan untuk terus memperbaiki kinerja dan pelayanan investasi kita, sekaligus memperbaiki berbagai persoalan kemiskinan dan penggangguran, serta persoalan pertumbuhan ekonomi Aceh lainnya,” imbuhnya.

“Dengan demikian, konsep investasi yang mengedepankan aspek environment, social and governance (ESG) menjadi keharusan melalui pelibatan semua pihak,” kata Nova menambahkan.

Kepala DPMPTSP Aceh, Marthunis, menyatakan kehadiran pemangku kebijakan lintas sektor dalam pertemuan ini menunjukkan bahwa kegiatan penanaman modal membutuhkan kerja bersama lintas instansi. Pasalnya, penanaman modal tidak dapat dilakukan oleh satu pihak saja.

“Kegiatan ini bertujuan untuk merumuskan berbagai kebijakan, program/kegiatan dan intervensi dalam mencapai target investasi tahun 2022 sebesar Rp 7,3 triliun dengan melibatkan satuan kerja perangkat daerah terkait di seluruh Aceh dan stakeholder terkait lainnya, sekaligus menjaring usulan program penanaman modal kabupaten/kota, dan menghasilkan kegiatan prioritas untuk pemenuhan target realisasi penanaman modal tahun 2023-2026,” ujar Marthunis.

Sementara itu, Kepala Bidang Perencanaan dan Pengembangan Iklim Investasi (P2IPM) DPMPTSP Aceh, Rahmadhani, menambahkan IPF ini turut diisi dengan seminar, selain membahas usulan program/kegiatan strategis penanaman modal kabupaten/kota.

Adapun narasumber dalam kegiatan ini terdiri dari, Manager Pilar Pembangunan Ekonomi – Sekretariat Nasional SDGs-Bappenas, Setyo Budiantoro, Direktur Sistem Manajemen Investasi (SMI), DjPb Kementerian Keuangan RI,  Syafriadi SE MEc PhD dan Direktur Konservasi YEL, Ir M Yakob Ishadamy MSi.

“Hasil dari IPF 2022 ini akan ditindaklanjuti pada forum Musrenbang Aceh 2022 dengan menghadirkan tim pembahas dari Bappeda Aceh,” sebut Rahmadhani. (*)

Komentar Facebook

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *