Mimbar Masjid Krueng Seukeuk Terbakar, Ini Penjelasan Keuchik

waktu baca 2 menit
Kolase foto tangkapan layar dari video warga yang merekam musibah terbakarnya mimbar Masjid Muziatul Anam di Gampong Krueng Seukeuk, Kecamatan Tangse, Kabupaten Pidie menjelang subuh, Jumat, 18 Maret 2022.
banner 72x960

Theacehpost.com | TANGSE – Musibah terbakarnya mimbar Masjid Muziatul Anam di Gampong Krueng Seukeuk, Kecamatan Tangse, Kabupaten Pidie yang terjadi menjelang subuh, Jumat, 18 Maret 2022 memunculkan berbagai spekulasi, di antaranya ada yang menduga sengaja dibakar.

Di tengah munculnya berbagai dugaan tersebut, Keuchik/Kepala Desa Krueng Seukek, Muhammad Isa yang dihubungi Theacehpost.com mengatakan, “jika melihat fakta-fakta di lapangan, rasanya terlalu jauh untuk mengatakan sengaja dibakar.”

Menurut Muhammad Isa, kebakaran terjadi sekitar pukul 03.15 WIB dan diketahui pertama sekali oleh salah seorang bilal yang tinggal di areal masjid. Ketika diketahui, posisi mimbar sudah terbakar dan masih terlihat bara (kepingan-kepingan plafon) di atas mimbar berjatuhan.

Mimbar itu mudah terbakar karena di dalamnya ada beberapa lembar sajadah dan Alquran tua bekas digunakan anak-anak pengajian. “Jadi gampang sekali terbakar,” kata Keuchik Isa.

Sumber kebakaran diyakini akibat hubungan arus pendek listrik di loteng. Dugaan ke arah itu diperkuat dengan kondisi bola listrik penyimpan arus yang berada tepat di loteng sejajar mimbar sering kedap-kedip. “Kadang ketika stop kontak dimatikan, posisinya masih tetap nyala, kadang-kadang hidup mati sendiri. Belum sempat diperbaiki sudah terjadi musibah,” katanya.

Kebakaran mimbar Masjid Muziatul Anam menyebar cepat di jejaring medsos karena ketika kebakaran terjadi banyak yang merekam dengan kamera ponsel dan mempostingnya ke berbagai aplikasi.

“Warga langsung memposting peristiwa itu bahkan ada yang membuat kesimpulan sendiri, misalnya mimbar itu sengaja dibakar,” kata Keuchik Krueng Seukeuk dengan nada menyayangkan.

Meskipun terjadi musibah, namun prosesi ibadah berjalan lancar termasuk shalat Jumat, 18 Maret 2022.

“Suasananya terlihat seperti tidak terjadi apa-apa, apalagi bagi orang yang tidak mengetahui kejadian itu. Mimbar memang tak bisa dipakai lagi, kita ganti sementara dengan meja,” demikian Keuchik Krueng Seukeuk, Muhammad Isa. []

Komentar Facebook

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *