Lima Keutamaan Puasa Sunah Syawal

waktu baca 2 menit
Ilustrasi :Seorang pria sedang membaca niat puasa. (Foto: Freepik)

Theacehpost.com | BANDA ACEH – Salah satu puasa sunah yang dianjurkan dalam Islam adalah melakukan puasa selama enam hari di bulan Syawal atau biasa disebut dengan puasa sunah Syawal.

Puasa ini dimulai sejak 2 Syawal atau tepat selang sehari setelah hari raya Idulfitri. Rasulullah SAW sendiri pernah menjelaskan bahwa orang yang melakukan enam hari puasa Syawal setelah satu bulan puasa Ramadhan, maka ia akan memperoleh pahala senilai satu tahun berpuasa.

Dalam satu hadis beliau bersabda:

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ وَأَتْبَعَهُ سِتَّاً مِنْ شَوَّالٍ، كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ

Artinya, “Barang siapa berpuasa Ramadhan kemudian dilanjutkan dengan enam hari dari Syawal, maka seperti pahala berpuasa setahun.” (HR Muslim)

banner 72x960

Berikut adalah lima keutamaan puasa sunah Syawal:

1. Penyempurna puasa Ramadhan

Salah satu manfaat ibadah sunah adalah sebagai penyempurna ibadah fardu. Sebagaimana shalat sunah rawatib (qabliyah dan ba’diyah) yang bisa menjadi penyempurna bagi shalat fardu. Demikian juga puasa sunah Syawal bisa menjadi penyempurna puasa Ramadhan.

2. Pahala puasa satu tahun

Dalam Alquran surat Al-An’am ayat 160 dijelaskan bahwa setiap satu amal ibadah akan dibalas pahala sepuluh kali lipatnya.

Mengacu pada penjelasan ini, jika dikalkulasikan maka satu bulan puasa Ramadhan dikali 10 sama dengan 10 bulan, kemudian 6 hari puasa Syawal dikali 10 sama dengan 2 bulan. Jadi 10 bulan ditambah 2 bulan sama dengan 12 bulan atau satu tahun.

3. Tanda diterimanya puasa Ramadhan

Salah satu ciri-ciri diterimanya amal ibadah adalah konsistensi melakukan ibadah yang lain setelah ibadah pertama selesai. Begitupun dalam puasa Ramadhan. Salah satu ciri-ciri diterimanya puasa Ramadhan adalah seseorang melakukan puasa sunnah Syawal setelahnya.

4. Sebagai tanda syukur

Melaksanakan puasa sunnah Syawal merupakan bukti syukur seorang hamba karena selama bulan Ramadhan telah memperoleh anugerah dari Allah SWT baik berupa ibadah-ibadah yang bisa dijalani di dalamnya ataupun ampunan yang dijanjikan bagi orang yang beribadah selama bulan puasa.

Rasulullah SAW bersabda:

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيْمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ [وفي رواية]: مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيْمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

Artinya, “Siapa saja yang berpuasa Ramadhan dengan dasar iman, dan berharap pahala dan rida Allah, maka dosanya yang lalu akan diampuni.” [dalam riwayat lain]:

“Siapa saja yang menghidupkan malam hari bulan Ramadhan dengan dasar iman, dan berharap pahala dan rida Allah, maka dosanya yang lalu akan diampuni.” (HR Bukhari dan Muslim)

5. Menjaga konsistensi ibadah

Selesainya bulan Ramadhan bukan berarti ibadah-ibadah di dalamnya terputus. Umat muslim dianjurkan untuk tetap menjaga konsistensi ibadah tersebut. Salah satunya adalah dengan berpuasa sunah Syawal sebagai bukti konsistensi puasa yang sudah dilakukan selama Ramadhan. []

Komentar Facebook

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *