Jejak ‘Kampung Kuno’ Ulama Sufisme Aceh Ditemukan di Lambada Lhok, Aceh Besar

waktu baca 3 menit
Temuan batu nisan yang diduga milik ulama sufisme Aceh di Gampong Lambada Lhok, Kabupaten Aceh Besar. (Koleksi Foto Tarmizi Abdul Hamid)

SATU tim yang di dalamnya termasuk anggota DPR-RI Nasir Jamil, Tim Arkeologi dari Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Sumut-Aceh, Unsur Disbudpar Aceh, Tim BPN Aceh, Kapolresta Banda Aceh Kombes Joko Krisyanto, Kapolsek Baitussalam Teuku Saiful, Tim Peusaba Aceh, Keuchik Lambada Lhok, aktivis sejarah, tokoh masyarakat, dan mahasiswa, Kamis, 11 Februari 2021 berada di Desa Lambada Lhok, Kecamatan Baitussalam, Aceh Besar.

Tim besar ini hadir ke desa pesisir di pinggiran Jalan Banda Aceh-Krueng Raya tersebut untuk melihat penemuan puluhan nisan kuno yang diduga milik para ulama sufi Aceh yang bermukim di kawasan ini sebelum Aceh mencapai puncak kegemilangannya pada masa Kerajaan Aceh.

“Dari fakta-fakta yang kita temukan, saya menduga lokasi tersebut adalah kampung kuno ulama sufisme Aceh. Namun untuk memastikan lebih lanjut menjadi ranahnya Disbudpar Aceh dan BPCB Sumut-Aceh,” kata Tarmizi Abdul Hamid yang lebih dikenal dengan panggilan Cek Midi, sang kolektor manuskrip kuno kepada Theacehpost.com, Kamis, 11 Februari 2021.

Temuan batu nisan yang diduga milik ulama sufisme Aceh di Gampong Lambada Lhok, Kabupaten Aceh Besar. (Koleksi Foto Tarmizi Abdul Hamid)

Selain memberikan keterangan langsung kepada Theacehpost.com, Cek Midi juga memposting temuan penting di Gampong Lambada tersebut di akun Facebook-nya.

Cek Midi berharap ‘kampung kuno’ tersebut menjadi destinasi baru wisata spritual dan religi di masa mendatang.

banner 72x960

“Ini aset budaya yang sangat luar biasa yang dimiliki oleh Aceh untuk membuktikan diri bahwa negeri ini nyata memiliki ilmu pengetahuan Islam yang mampuni. Semoga bermanfaat dan direnungkan,” kata Cek Midi.

Dikatakannya, Aceh memang negeri para sufi. Jauh sebelumnya Aceh sering ditabalkan sebagai negerinya para aulia dan berbagai julukan populer lainnya untuk negeri syariah ini.

Berbicara khazanah warisan budaya masa lalu, mungkin juga Aceh sebagai gudangnya. Maka, kata Cek Midi, Aceh dalam ilmu sejarah sering kita dengar dan baca sebagai negeri yang berperadaban Islam yang begitu komplit dan tinggi.

Menurut Cek Midi, peradaban Aceh selalu ditemukan dalam berbagai referensi. Mungkin kita belum pernah dengar dari referensi sejarah dan pernyataan para pakar sejarah yang mengatakan peradaban Indonesia, peradaban Sumatera, peradaban Jawa, peradaban Kalimantan, peradaban Asia, dan lain-lain. “Yang selalu kita temukan adalah peradaban Aceh,” katanya.

Yang disayangkan, lanjut Cek Midi, masyarakat Aceh sering dininabobokan dengan nama besar yang selalu membanggakan dada keturunan Aceh yang sarat kekayaan histori.

“Kita lupa bahwa peninggalan itulah sebagai bukti bahwa negeri ini adalah panggung kebudayaan Asia. Tetapi bukti-bukti yang ditemukan sering menimbulkan konflik sosial masyarakat dan kepentingan politiknya,” ujar sang kolektor manuskrip kuno tersebut.

Cek Midi mengatakan, “kita tidak pernah melakukan observasi, pelestarian, penelitian serta pengkajian pada peninggalan ini. Memang, untuk melahirkan sainsaintifik perlu semua stakeholder mengerti dalam khazanah ini, namun untuk melestarikan khazanah mulia ini tergantung kemauan kita masing-masing,” demikian Tarmizi Abdul Hamid. (*/Theacehpost.com)

Komentar Facebook

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *