Haul Cut Nyak Dhien: Tapak Tilas Keteladanan Perempuan di Masa Lampau

waktu baca 3 menit
Ketua TP-PKK Aceh, Dyah Erti bersama Pemkab Sumerdang saat berziarah ke makam Cut Nyak Dhien, di Sumedang, Jawa Barat, Sabtu 20 November 2021. (Dok. Humas BPPA)
banner 72x960

Theacehpost.com | BANDA ACEH – Pemerintah Aceh bersama Pemerintah Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, memperingati 113 tahun wafatnya Pahlawan Nasional asal Aceh, Cut Nyak Dhien, di kompleks makam Cut Nyak Dhien, Sabtu 20 November 2021.

Haul ini rencananya digelar pada 6 November 2021. Namun karena pandemi, kegiatan ini diundur.

Dalam kunjungan ini, Ketua TP PKK Aceh Dyah Erti Idawati merefleksikan semangat kepahlawanan tokoh yang wafat pada tanggal 6 November 1908 itu. Baginya, Cut Nyak Dhien adalah simbol pejuang bagi anak muda.

Ia mengagumi kiprah perempuan tangguh yang lahir di sebuah desa pedalaman Aceh Besar ini, saat memutuskan untuk mengangkat senjata melawan penjajah Belanda dalam usianya yang masih 14 tahun.

“Semangatnya melawan penjajah semakin membara setelah suaminya Teungku Ibrahim Lamnga ditembak mati dalam sebuah pertempuran di wilayah Aceh Barat. Ia tidak sekedar bertempur secara gerilya, tapi juga memimpin pasukan yang sebagian besarnya adalah kaum laki-laki,” sebut Dyah.

Untuk itu, Dyah mengajak para generasi muda untuk bisa mencontoh Cut Nyak Dhien, terutama terkait emansipasi perempuan di masa lalu. Masalah gender sama sekali tidak menghalangi dirinya untuk tampil di medan tempur.

“Bagi Cut Nyak Dhien, gender adalah kodrat, sedangkan perjuangan dan kepemimpinan adalah hak semua orang. Paling tidak inilah sisi lain keteladanan yang diajarkan Cut Nyak Dhien kepada kita semua, terutama kaum wanita di negeri ini,” kata Dyah Erti.

Pihaknya juga menyampaikan terima kasih kepada Pemerintah Provinsi Jawa Barat dan Pemerintah Kabupaten Sumedang, yang telah merawat dan memelihara keberadaan Makam Cut Nyak Dhien.

“Cut Nyak Dhien merupakan salah satu pahlawan kebanggaan kita. Cut Nyak tidak hanya milik masyarakat Aceh, tapi milik seluruh anak negeri ini, karena perjuangannya bukan hanya untuk membebaskan Aceh dari penjajah Belanda, tapi juga untuk menegakkan harga diri bangsa,” ujarnya.

Sementara itu, Kepala Badan Penghubung Pemerintah Aceh (BPPA) di Jakarta, Almuniza Kamal mengatakan, dengan digelarnya ziarah dan doa bersama di makam Cut Nyak Dhien ini, para peserta bisa mengambil suri teladan dari seorang Cut Nyak Dhien.

Menurutnya, banyak pelajaran penting dari sosok Cut Nyak Dhien. Bagi Belanda, perjuangan Cut Nyak selesai ketika diasingkan.

“Namun mereka salah, karena gelora dan titik merah perjuangan Cut Nyak terus mengalir ke berbagai tempat, baik di Aceh maupun di luar Aceh, hingga sampai di Sumedang,” kata Almuniza.

Sebagai putri kerajaan dan seorang yang paham agama, ujarnya, Cut Nyak juga memberikan seluruh tenaga dan perjuangannya di jalan Allah, termasuk mengajar mengaji saat beliau diasingkan ke Sumedang ini, hingga beliau mendapat panggilan penghormatan sebagai Ibu Perbu dari masyarakat Sumedang.

Untuk itu, Almuniza Kamal berterima kasih kepada semua pihak yang telah bekerja secara kolektif dan tanpa lelah dalam menyelenggarakan kegiatan ini.

“Kepada Bupati Sumedang, wakil Bupati, para kepala dinas, masyarakat Aceh di Sumedang, terima kasih sudah hadir di acara Memperingati Wafatnya Cut Nyak Dien, Cahaya dari Aceh,” ujar Almuniza.

Sementara itu, Kepala Dinas Budparpora Sumedang, Bambang Ranto mengatakan, kehadiran Cut Nyak Dien di Indonesia, terutama di Sumedang, Jawa Barat menjadi penting karena membela Indonesia yang lama terjajah.

“Hal tersebut pula yang membuat sosok Cut Nyak Dien dapat dijadikan semangat penyelenggaraan pemerintahan kabupaten Sumedang,” kata Bambang.[]

Komentar Facebook

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *