Gagal Operasi di Jakarta, BPPA Fasilitasi Pemulangan Warga Aceh Utara

waktu baca 2 menit
Kasubbid Hubungan Antar Lembaga dan Masyarakat, Cut Putri Alyanur (kiri ujung) beserta staf tim BPPA saat melakukan foto bersama dengan tiga warga Aceh Utara di depan Kantor BPPA, Jakarta Pusat, Senin, 14 Maret 2022. (Foto: Humas BPPA)
banner 72x960

Theacehpost.com | JAKARTA – Pemerintah Aceh melalui Badan Penghubung Pemerintah Aceh (BPPA) kembali memfasilitasi pemulangan tiga warga Aceh Utara kurang mampu. Ketiga warga Aceh ini merupakan keluarga yang tengah berobat di Jakarta.

Idris (38) bersama istrinya Suryani Saleh (36), merupakan warga Panton Labu, Aceh Utara, tengah mendampingi putrinya Riska Yanti (10) yang berobat di ibu kota. Mereka dipulangkan lewat jalan darat dengan bus melalui Terminal Pulo Gebang, Jakarta Timur, Selasa, 15 Maret 2022 besok.

“Mereka diperkirakan akan tiba di Aceh sekitar lima hari ke depan. Semoga selamat sampai tujuan,” kata Kepala Badan Penghubung Pemerintah Aceh (BPPA), Almuniza Kamal, Senin, 14 Maret 2022.

Almuniza menyebutkan, pemulangan tiga warga Aceh Utara itu atas pemintaan mereka sendiri. Lantaran Riska tidak jadi operasi akibat kelainan jantung (heart failure) yang dialaminya.

“Mereka juga tidak lagi memiliki biaya untuk pulang ke Aceh, sehingga meminta bantuan ke kami,” kata Almuniza.

Pemulangan masyarakat Aceh yang kurang mampu di wilayah Jabodetabek dan sekitarnya, itu sudah diamanah oleh Gubernur Aceh, Nova Iriansyah

“Itu yang selalu kita lakukan membantu warga Aceh di perantauan terutama yang kurang mampu, seperti yang mereka alami dipulangkan dari Jakarta,” ujarnya.

Sementara itu, Suryani mengatakan membawa putrinya ke Jakarta sejak empat bulan yang lalu, setelah mendapat rujukan dari Rumah Sakit Umum Daerah Zainoel Abidin (RSUDZA) Banda Aceh.

“Karena kata dokter waktu di Banda Aceh, jantung anak saya posisinya bukan seperti jantung orang normal biasanya. Sehingga dirujuk ke Jakarta,” kata Suryani.

Namun, kata Suryani, yang selama ini mereka tinggal di Rumah Sehat Mandiri, Jakarta Pusat, tidak berani mengambil keputusan operasi putri keduanya. Karena dikhawatirkan setelah operasi akan ada permasalahan lagi ke depannya.

“Karena kata dokter, kalau jantungnya dipindahkan seperti orang normal lainnya, akan ada masalah lagi. Sehingga kami tidak berani melanjutkan untuk operasi,” katanya.

Ia sendiri mengetahui putrinya mengalami kelainan jantung saat ia masih duduk di bangku kelas 2 sekolah dasar (SD). Saat ini Riska Yanti sudah kelas 4 SD.

“Sekarang sudah empat bulan tidak masuk sekolah selama berobat di Jakarta,” kata Suryani, yang sehari-hari bekerja sebagai pedagang kecil di kampungnya itu.

“Terima kasih Pemerintah Aceh sudah membantu pemulangan kami ke kampung,” pungkasnya. []

Komentar Facebook

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *