DLHK: Kami Jadi “Imam” Menjaga dan Mengawal Hutan Aceh

waktu baca 3 menit
Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Aceh, A Hanan. (Foto: Theacehpost.com)
banner 72x960

Theacehpost.com | BANDA ACEH – Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) Aceh, A. Hanan, mengatakan pihaknya akan menjadi ‘imam’ dalam hal menjaga dan mengawal hutan.

Pernyataan tersebut diucapkan Hanan saat menjadi narasumber pada acara Gelar Karya Fotografi Zulfan Monika dan Junaidi Hanafiah dalam rangka Hari Hutan Sedunia di Leuser Coffee, Banda Aceh, Minggu, 21 Maret 2021, malam.

“Hutan ini tanggung jawab kita bersama. Tidak mungkin Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan bisa berjalan sendiri, tapi kami akan menjadi imam untuk menjaga dan mengawal hutan Aceh,” kata Hanan.

Ia mengungkapkan, Aceh memiliki hutan seluas 3,5 juta hektare atau 60 persen dari luas daratannya.

Untuk menjaga luas hutan itu, Aceh memiliki 1.743 pengaman hutan yang dibiayai oleh pemerintah provinsi.

Kendati demikian, luasan hutan yang begitu besar jumlah tersebut tak mampu dikawal secara mandiri.

“Dari luas hutan Aceh 3,5 juta hektare, tutupan hutan kita dianggap paling bagus di Sumatra. Di satu sisi memang ada regulasi yang membenarkan pemanfaatan di area HPL (Hak Pengelolaan Lahan), di sisi lain kita juga tidak rela yang tutupan begitu bagus dimanfaatkan oleh pihak yang rakus (tamak). Ini persoalan kita bersama,” ujar Hanan.

Hanan menuturkan pemerintah Aceh berkomitmen melindungi kawasan hutan Aceh dengan kewenangan yang dimilikinya.

“Tidak gampang menjaga hutan Aceh yang begitu luas, kami DLHK sangat berharap kepada kawan-kawan terutama, pemerhati lingkungan secara bersama-sama kita menjaganya,” harapnya.

Dua fotografer Aceh, Junaidi Hanafiah (tengah) dan Zulfan Monika (kanan) menceritakan kisah mengabadikan foto lingkungan selama satu dekade, Minggu, 21 Maret 2021. (Foto: Taufik Ar Rifai)

Hilang Tak Terganti

Dua fotografer Aceh, Zulfan Monika atau akrab disapa Jaboi dan Junaidi menyampaikan tujuan mereka menampilkan karya-karyanya itu guna menyingkap fakta bahwa kondisi hutan Aceh kini kian mengkhawatirkan.

Sejumlah potret hutan Aceh yang direkam dalam satu dekade terakhir ditampilkan dalam pameran bertajuk ‘Hilang Tak Terganti’.

Foto-foto yang dipamerkan itu direkam Junaidi Hanafiah sejak 2008 dan Zulfan Monika sejak 2007.

Hasil karya kedua fotografer itu tak hanya mengabadikan kekayaan dan keberagaman isi hutan Aceh, melainkan juga kerusakan hutan yang makin meningkat dalam beberapa tahun ini.

Perburuan satwa dilindungi yang terjadi saban tahun di Aceh juga tidak luput disorotnya.

Karya Junaidi memperlihatkan wajah hutan Aceh yang sudah sekarat, sehingga membutuhkan kepedulian semua pihak dengan menjadikan perkara lingkungan sebagai isu penting.

“Saya ingin memperlihatkan fakta kondisi hutan kita saat ini,” kata jurnalis yang konsen terhadap isu lingkungan tersebut.

Sementara itu, Jaboi merekam tumbuhan dan satwa yang beragam dalam hutan Aceh.

Menurutnya, suatu saat keindahan rimba Aceh tersebut bakal hilang seiring maraknya kejahatan lingkungan.

“Intinya, bagaimana kita bersama-sama menyelamatkan hutan kita ini. Kalau bukan kita, siapa lagi. Hutan itu diibaratkan sebagai ibu, memberikan air, oksigen, keindahan, tanpa meminta pamrih. Jadi sudah seharusnya kita menjaganya,” pintanya. []

Komentar Facebook

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *