Dike Pam Panga, Menuju Warisan Budaya Indonesia

waktu baca 2 menit
Pemuda Desa Tuwie Empek, Kecamatan Panga, Kabupaten Aceh Jaya, melakukan 'Dike Pam'. (Foto: Dok. Theacehpost.com)

Theacehpost.com | CALANG – Dike Pam merupakan salah satu adat budaya turun menurun di kalangan masyarakat Aceh Jaya, khususnya di Desa Tuwie Empek, Kecamatan Panga.

Kesenian ini salah satu peninggalan nenek moyang yang ada di daerah setempat.

Dulunya, diciptakan untuk menarik minat pemuda dalam memahami ajaran-ajaran Islam melalui syair.

“Dike sendiri berarti zikir, sedangkan Pam adalah tidur. Jika digabungkan menjadi zikir sambilan tidur,” ujar Pegiat Dike Pam,  Marwan kepada Theacehpost.com beberapa waktu lalu.

Marwan menceritakan, Dike Pam pertama kali digagas oleh Tgk Hamzah pada tahun 1951 pasca-kemerdekaan Republik Indonesia.

banner 72x960

“Dike Pam ini biasanya ditampilkan pada acara Maulid Nabi Muhammad. Seiring berjalannya waktu, dikalangan masyarakat timbul inisiatif untuk menjadikannya sebagai kesenian daerah,” katanya.

Kini, kesenian yang memadukan gerak tangan sambil menepuk dada ini kerap dipentaskan di acara-acara besar, baik menyangkut dengan adat maupun kegiatan lainnya yang bersifat kemasyarakatan.

“Dike Pam juga sarat dengan nilai-nilai ke-Islaman dan itu terpancar lewat syair yang dibawakan, misalnya kisah para nabi-nabi,” ujar Marwan.

Ia mengatakan, Dike Pam sekarang terus berkembang, walaupun saat ini belum dilirik masyarakat secara umum.

“Kadang, kalau tampil kami menggunakan uang pribadi,” ucapnya.

Personel ‘Dike Pam’ Desa Tuwie Empek, Kecamatan Panga, Kabupaten Aceh Jaya. (Foto: Dok. Theacehpost.com)

Kabid Kebudayaan Dinas pendidikan Aceh Jaya, Amirahim, mengatakan pihaknya telah mengusulkan kesenian ini dalam warisan budaya nasional.

“Di Aceh Jaya, dua kita usulkan kemarin, satu Dike Pam di Kecamatan Panga, satu lagi Seumeunap Seumeuleng Raja di Kecamatan Jaya. Keduanya dianggap melengkapi administrasi persyaratan,” katanya.

Ia berharap, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disbudpar) Aceh untuk hadir ke daerahnya untuk merekonstruksi kembali histori berdirinya Dikee Pam dan sejarah singkatnya.

“Kita juga ambil video, sembari melihat penulisan narasi yang besar mengenai Dike PAM ini, mudah-mudahan Aceh Jaya lolos dalam penetapan warisan budaya di Pusat,” tambah Amir

Amir juga menuturkan, video serta narasi yang diambil di Dike Pam akan dikirimkan ke Disbudpar Aceh untuk dilakukan seleksi sekaligus pengkajian oleh tim panel provinsi.

“Setelah semuanya dilihat dan masuk katagori dalam penilaian, maka kesenian ini akan dikirim ke pusat oleh Disbudpar Aceh pada bulan Agustus 2021 mendatang,” pungkasnya. (Agus Liandy)

Komentar Facebook

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *