BMU Kembali Serahkan Rumah untuk Janda Kurang Mampu di Pidie

waktu baca 2 menit
Imam Besar BMU, Tgk H Muhammad Yusuf A Wahab menyerahkan bantuan rumah secara simbolis di Kabupaten Pidie. (Foto: Humas BMU)

Theacehpost.com | SIGLI – Gerakan filantropi Barisan Muda Ummat (BMU) Pusat, kembali menyerahkan tiga rumah layak huni permanen ukuran 6×6 meter kepada janda kurang mampu di Kabupaten Pidie, Selasa, 17 Agustus 2021.

Masin-masing rumah bantuan tersebut berada di Kecamatan Mutiara, Kembang Tanjong dan Mutiara Timur, yang diserahkan secara terpisah

Proses penyerahan kunci rumah diserahkan langsung oleh Imam Besar BMU Tgk H Muhammad Yusuf A Wahab yang biasa disapa Tu Sop.

Ketua Gerakan BMU Peduli, Murthala, menyampaikan bantuan rumah kepada Ermalina Siregar (38), warga Gampong Rapana, Kecamatan Mutiara itu dibangun dari dana safari dakwah dan donasi perwakilan BMU Brunei Darussalam.

Kemudian untuk bantuan rumah di Kecamatan Kembang Tanjong,  pembangunan rumah berasal dari 548 donatur melalui donasi BMU Peduli dengan total dana yang masuk mencapai Rp 65.267.500 rupiah.

banner 72x960

Rumah tersebut diserahkan kepada Nurmala Majid (37), janda miskin, warga Gampong Lancang.

Sedangkan bantuan rumah di Kecamatan Mutiara Timur diterima oleh Nurlaila M Salim (45), warga Gampong Jiem.  Tak hanya, membangun rumah, BMU juga membeli tanah untuk keluarga Nurlaila.

“Dananya bersumber dari donatur tetap dan sisa sisa donasi pembangunan rumah BMU lainnya,” katanya.

Saat menyerahkan rumah di Gampong Rapana, Kecamatan Mutiara Kabupaten Pidie, Tu Sop mengatakan gerakan BMU ini substansinya bukan sekedar membangun rumah, tetapi turut membangun kembali peradaban Islam yang telah berhasil dibangun oleh Rasulullah SAW dan para sahabatnya lewat budaya infak, sedekah dan zakat di masa silam.

“Yang membahagikan bukan karena sekedar terbangunnya rumah, akan tetapi tertata dengan terbangunnya kembali peradaban sosial saling peduli. Ini yang paling penting,” ujar Tu Sop.

Tu Sop menilai, perilaku umat Islam sekarang khususnya masyarakat Aceh seperti kayu gaharu, kalau dibakar akan mengeluarkan wangi.

“Jadi masyarakat Aceh itu kalau digerakkan maka mereka akan melakukan berbagai kebaikan. Tapi pertanyaannya sekarang adalah siapa yang akan menggerakkan?,” kata Tu Sop mempertanyakan.

Islam itu adalah agama peradaban. Jadi apa yang dilakukan ini, kata Tu Sop, adalah sebuah sebuah pergerakan dakwah sosial guna membangun peradaban sosial Islam.

“Walaupun berbentuk sebuah rumah, tapi yang paling esensial adalah perilaku saling memberi itu yang harus terbangun. Karena konsep Islam itu adalah al hayah lu yu’thu, hidup itu untuk memberi,” sebut Tu Sop yang juga Ketua PB Himpunan Ulama Dayah Aceh (HUDA).

Komentar Facebook

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *