Beli BBM Subsidi di Sumut tanpa Syarat, di Aceh Awak Angkutan Merasa Dizalimi

waktu baca 3 menit
M. Isa, pengemudi angkutan umum rute Medan-Banda Aceh ketika berhenti di salah satu SPBU di wilayah Aceh untuk mendapatkan slar bersubsidi, Selasa dinihari, 3 Januari 2023.

Theacehpost.com | MEDAN – Kebijakan pembatasan pengisian BBM bersubsidi dengan menggunakan barcode My Pertamina dikeluhkan oleh awak angkutan umum yang beroperasi di jalur Sumut-Aceh.

“Ada pembedaan perlakuan antara SPBU di Aceh dengan Sumut. Di Sumut (khususnya di Medan) tak ada pemberlakuan barcode, bebas mau isi berapapun. Sedangkan di Aceh wajib barcode untuk mendapatkan solar subsidi,” begitu pengakuan sopir angkutan umum antar-provinsi tersebut.

Perbedaan perlakuan itu terpantau langsung oleh Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Aceh, Nasir Nurdin yang melakukan perjalanan (PP) dengan salah satu armada minibus dari perusahaan Mulia Wisata yang disopiri M. Isa, warga Ulee Kareng, Kota Banda Aceh.

Angkutan umum jenis minibus yang melayani rute Banda Aceh-Medan beristirahat di pinggiran Jalan Nasional Aceh-Sumut, kawasan Aceh Tamiang, Selasa dinihari, 3 Januari 2023.

Pada Minggu malam, 1 Januari 2023, pukul 23.00 WIB, minibus yang membawa 11 penumpang itu meninggalkan terminal Lueng Bata, Kota Banda Aceh tujuan Medan, Sumatra Utara.

Sekitar 45 menit perjalanan, minibus singgah di SPBU Alue Glong, Aceh Besar untuk isi BBM. Beberapa kendaraan lain juga terlihat mengantre di SPBU yang berjarak sekitar 46 km arah timur Banda Aceh.

banner 72x960

Isa merapatkan armadanya ke pompa solar subsidi. Petugas SPBU langsung menanyakan barcode My Pertamina.

“Saya akui belum mengupload aplikasi My Pertamina. Namun petugas tak mau tahu. Akhirnya setelah seperti orang mengemis, petugas bersedia mengisikan solar Rp 100.000,” ujar Isa.

Isa melanjutkan perjalanan hingga mencapai SPBU Lhok Nibong, wilayah Aceh Timur. Namun harapannya untuk mendapatkan solar tanpa barcode My Pertamina kandas. Dia tak dilayani sama sekali.

“Saya tak ingin berdebat dengan petugas karena mereka hanya pekerja yang menjalankan perintah pimpinan,” ujarnya.

Sambil berusaha tetap sabar, Isa melanjutkan perjalanan dan kembali mencoba di SPBU lainnya di sepanjang lintasan nasional itu.

Di SPBU Idi Cut, meski sempat antre tetapi petugas tetap tak melayani pembelian tanpa barcode. Kondisi serupa juga dialaminya di SPBU Peudawa, juga di wilayah Aceh Timur.

Selanjutnya secara berturut-turut di wilayah Kota Langsa Isa bisa membeli secara terbatas tanpa barcode, yaitu di SPBU Alue Dua Rp 150.000 dan SPBU Matang Seulimeng Rp 100.000.

Dengan tambahan BBM itulah armada yang dikemudikan Isa berhasil melewati Aceh Tamiang dan selanjutnya memasuki wilayah Sumut menjelang shalat zuhur, Senin, 2 Januari 2023.

“Perjalanan normal Banda Aceh-Medan seharusnya 10 jam molor menjadi 14 jam karena berkali-kali harus berhenti ‘mengemis’ BBM di SPBU,” ujarnya.

Di Medan tak masalah

Pada Senin malam, 2 Januari 2023, pukul 22.30 WIB, M. Isa kembali ke Banda Aceh. Dia bergerak dari pool-nya di Jalan Gagak Hitam  (Ringroad) Medan membawa penumpang dengan kapasitas seat terisi penuh.

Di Medan, Isa masuk ke SPBU Kampung Lalang untuk mengisi BBM. Dia merapatkan armadanya ke salah satu pompa (dispenser) bio solar. Semuanya berjalan normal. Petugas mengarahkan nozzle ke tanki setelah mendapatkan pemberitahuan penuh dari sang sopir.

“Lihat sendiri, nggak ada pertanyaan apa-apa dari petugas SPBU di Medan. Kita bisa beli BBM seberapa pun kita mau tanpa diribetkan urusan barcode. Kami merasa dizalimi di kampung sendiri (Aceh),” tandas Isa sambil menggoyang-goyang mobilnya agar tak ada lagi ruang kosong di tanki.

Dalam perjalanan kembali ke Banda Aceh—saat memasuki wilayah Aceh—Isa dan armada lainnya harus melakukan penambahan BBM. Lalu, pengalaman pahit sebagaimana waktu perjalanan ke Sumut kembali terulang. Tak ada barcode My Pertamina jangan harap mendapatkan BBM subsidi layaknya di Medan.

Kalau pun dapat, sangat terbatas, Rp 100.000 atau paling banyak Rp 150.000.  Itu pun setelah awak angkutan harus berperan layaknya pengemis yang minta dikasihani.[]

 

Komentar Facebook

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *