AJI Banda Aceh Gelar Nobar ‘Invisible Hopes’, Ceritakan Bayi dan Ibu Hamil di Rutan

waktu baca 2 menit
Kegiatan nonton bareng dan diskusi film 'Invisible Hopes', di Kantor AJI Banda Aceh, Rabu malam, 26 Januari 2022. (Dok. AJI)
banner 72x960

Theacehpost.com | BANDA ACEH – Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Banda Aceh menggelar nonton bareng Film Dokumenter Panjang Terbaik Festival Film Indonesia (FFI) 2021, ‘Invisible Hopes’ di Kantor AJI Banda Aceh, Rabu malam, 26 Januari 2022.

Kegiatan ini dilanjutkan dengan diskusi bersama produser sekaligus sutradara film tersebut, Lamtiar Simorangkir.

Film dokumenter ini mengangkat keseharian ibu hamil dan bayi para Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) di Rutan Pondok Bambu, Jakarta Timur.

Melalui film tersebut, Tiar selaku produser sekaligus sutradara mendorong agar lahirnya regulasi khusus yang mengatur keberadaan ibu hamil dan bayi dalam rutan dan lapas di Indonesia.

“Kebanyakan yang kita lihat ini, mereka adalah korban,” jelas Tiar.

Ia menceritakan, modus para suami atau pacar sebagian para warga binaan ini adalah dengan menyuruh pasangan wanitanya mengakui narkoba yang dibawa tersebut adalah milik mereka sendiri.

“Kata mereka nanti bakal tanggung jawab dan membawa bayinya keluar dari penjara setelah putusan pengadilan. Nyatanya para pria-pria ini kabur, tinggal lah para istri atau pacar mereka bersama bayinya di rutan dan lapas,” jelas Tiar.

Dalam diskusi tersebut, Tiar menyampaikan, selama enam bulan proses pengambilan visual di rutan tersebut menemukan banyak sekali pelajaran yang harus menjadi edukasi bagi masyarakat luas.

Pihaknya berharap, pemerintah melalui Presiden Joko Widodo bisa konsen dan melahirkan kebijakan khusus terkait warga binaan yang berstatus sebagai ibu hamil atau pemilik bayi ini di rutan dan lapas

“Kita ingin sampaikan ke masyarakat luar, di sini (rutan) dan (lapas) ada bayi lho. Selain mengedukasi, ini juga diharapkan bisa mendorong kebijakan yang ramah anak ke depan,” tegas Tiar.

Sementara Ketua AJI Banda Aceh, Juli Amin menyebutkan, karya film dokumenter semacam ini sangat membantu para jurnalis dan masyarakat, membuka diskusi yang lebih luas lagi terkait keberadaan ibu hamil dan bayi dalam rutan.

“Akan semakin banyak advokasi-advokasi yang lahir nantinya dengan persepektif ramah anak melalui film dokumenter ini, kita sangat apresiasi,” ungkap Juli. []

Komentar Facebook

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *