Abu Mudi: Surga Itu Luas, Ini Jalannya

waktu baca 3 menit
Abu Mudi
banner 72x960


Theacehpost.com | BIREUEN
– Agama Islam adalah agama yang rahmatan lil alamin, yang menjadi solusi dari berbagai masalah umat manusia dan juga makhluk di alam semesta.

Kendatipun ada taklif berupa perintah kewajiban, sejatinya, berlaku dan bermanfaat untuk manusia itu sendiri.

Karena Allah sebagai Khaliq tidak mengambil manfaat dari ibadah dan amal hamba-Nya.

Allah kaya dari sekalian alam karena Allah naafi’ (pemberi manfaat) dan mudhaar (pemberi mudharat).

Jadi, Takutlah kepada Allah dengan sebenarnya-takut (taqwa). Tidak takut kepada malaikat pengazab baik di kubur maupun neraka, karena malaikat makhluk yang agung takut dan tunduk kepada Allah.

Demikian di antara pengantar kajian Tastafi yang disampaikan Abu Mudi (Tgk H Hasanul HG) Samalanga, yang diterima Theacehpost.com, Jumat, 19 Agustus 2022.

Abu Mudi menambahkan memberi pencerahan jalan menuju Allah (thariq wushul ilallah) dengan mengutip kalam Hujjatul Islam Abu Hamid al-Ghazali.

Ini membuka wawasan kepada umat yang selama ini terkungkung bahwa hanya profesi bersifat keagamaan yang mudah masuk surga, sementara yang lain, tidak mudah.

Sebenarnya, salik ilallah bisa dengan bertukang, berniaga, menjadi sejumlah profesi lainnya, tentunya semua berjalan sesuai syariah-Nya.

Artinya tidak hanya menjadi alim ulama dan ahli ibadah saja mengapai keridhaan Allah azza wajalla.

Imam Al-Ghazali dalam Kitab Ihya Ulumiddin menerangkan perbedaan jalan ibadah yang disebabkan oleh perbedaan ahwal, suasana batin tiap-tiap orang.

Orang yang menempuh jalan akhirat tidak lepas dari enam golongan.

Enam golongan tersebut adalah abid (ahli ibadah), alim (ulama), muta’allim (pelajar/santri), wali (pejabat), muhtarif (pekerja ragam profesi), dan muwahhid mustaghriq bil wahidis shamad an ghairihi (orang yang tenggelam dalam keesaan Allah sampai tidak ingat selain-Nya).

Mereka yang berniat taqarrub kepada Allah dalam menjalankan aktivitasnya secara baik dan profesional adalah orang yang menempuh jalan akhirat.

Meski aktivitas mereka beragam, mereka semua berjalan menuju Allah.

Surga dan neraka terkadang terlalu dipikirkan oleh manusia.

Sampai lupa bahwa tugas sebenarnya adalah menjadi sebenar-benar hamba Allah.

Surga neraka, hanyalah makhluk. Keduanya akan tunduk di bawah kuasa Allah SWT.

Oleh karena itu, terkadang ketakutan terhadap neraka sudah berlebihan, sehingga dalam ibadah, sudah menjadi “hamba nereka atau surga” atau syirik kecil.

Bagaimanapun, neraka adalah makhluk ciptaan Allah.

Sehingga oleh karenanya, ketika Rasulullah sedang mukasyafah, beliau bersabda bahwa siapapun yang membawa kalimat Tauhid “Laa ilaha illallah”, maka akan masuk surga.

Sebab, neraka pada dasarnya adalah makhluk, maka ia tidak berani membakar kalimat Tauhid.

Dalam hadis lain, Nabi bersabda, bahwa neraka tidak akan berani memakan bekas sujud manusia.

Simpul kata, Islam dan Al – Qur’an pedoman sebagai solusi bagi umat.

Misal, ada orang yang dihimpit oleh berbagai cobaan dunia, maka jawabannya dalam Al-Qur’an, dunia ini hanya sementara, tempat ujian, jangan terlalu habis energi dibawa mati.

Ketika dapat pasangan cerewet, mertua tidak seperti diharapkan. Kembali buka Al-Qur’an, bahwa hidup di dunia fatamorgana, akhirat negeri kekal baqa.

Maka pandai-pandailah membawa diri, sehingga semua masalah hakikat hanya dinamika kehidupan dunia semata. []

Komentar Facebook

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *