Kisah Agusmiati Kembangkan Bisnis Baju Etnik Aceh, Raup Omzet Milyaran Rupiah

Agusmiati owner Lady's Fashion saat mengisi talk show bersama designer etnik Aceh di Aceh UMKM Expo II yang dipandu Dharmayanti sebagai moderator, di Bireun, Minggu 19 Maret 2023. (Foto: Theacehpost.com/Farabi).

Theacehpost.com | BIREUN – Sebuah permata tidak akan dapat dipoles tanpa gesekan. Demikian juga dengan seseorang, ia tidak akan menjadi sukses tanpa tantangan.

banner 72x960

Idigium ini sangat lah cocok disematkan kepada Agusmiati (47) perempuan sukses asal Bireun, berhasil raup omzet milyar rupiah, dan berhasil mempekerjakan 44 karyawan berkat bisnis fesyen busana etnik Aceh yang dilakoninya.

Di Aceh UMKM Expo II yang digelar oleh Pemerintah Aceh 17-19 Maret lalu, Agusmiati menceritakan pasang surut perjalanan bisnisnya, mulai saat merintis hingga dirinya mendapatkan penghargaan Sidak Karya, dari Kementerian Ketenagakerjaan RI pada tahun 2022.

“Saya tidak ada belajar desain atau sekolah desain. Saya langsung menjahit secara otodidak. Saya hanya kursus selama 3 bulan kemudian saya kerja di toko jahit orang sekitar 2 tahun,”  ujar Agusmiati dalam talk show bersama Designer Ehtnic Aceh, yang dipandu Dharmayanti sebagai moderator, Minggu 19 Maret 2023.

Agusmiati telah memulai usahanya sejak tahun 1999. Saat itu ia memberanikan diri membuka usaha jahit pakaian pada sebuah kios di Jalan Pasar Ikan lama, Kota Juang, Bireun. Berbekal satu mesin jahit, Agusmiati menerima berbagai jenis orderan bordir setiap harinya.

Pada tahun 2002, ia mencoba untuk lebih serius dengan membangun brand sendiri yang diberi nama Lady’s Fashion Bireun. Lantas ia menyewa ruko seluas 4×4 di jalan Pasar Ikan Lama, tak jauh dari tempat pertama ia menekuni usahanya. Orderan yang kian hari semakin meningkat, membuat ia butuh banyak pekerja, saat itu ia merekrut 15 karyawan di tempat barunya itu.

Hasil produksi Agusmiati mendapat tempat di hati pelanggan. Inovasi produk dan kreatifitas yang dimilikinya mampu menembus pasar. Produk-produk pakaian yang ia produksi tak hanya hanya laku di Bireun, tapi seantero Aceh, bahkan di luar Aceh.

Melihat potensi pasar yang semakin meluas, pada tahun 2005 Agusmiati lebih percaya diri pindah ke toko tiga lantai di lokasi yang sama. Waktu itu ia memiliki 60 pekerja perempuan.

“Saya merekrut beberapa orang wanita yang putus sekolah dan kurang mampu, serta ibu rumah tangga yang membutuhkan tambahan income dalam keluarganya,” kata Ibu dua anak ini.

Kemudian tahun 2007 Agusmiati pindah ke Ruko yang ia bangun sendiri–tiga lantai dua pintu— di Jalan Mayor H Abdullah Yacob, Gampong Meunasah Capa, Kecamatan Kota Juang Bireun . Di toko barunya itu, ia mempekerjakan 44 karyawan, dengan job desk masing-masing yang sudah terstruktur.

Dalam mengelola SDM, Agusmiati tidak sebatas mempekerjakan orang. Ia sadar setiap orang berhak sukses dan memperoleh kebahagiaan. Semua pekerja di tempatnya di training dan dibekali ilmu menjahit, seperti, memasang bordir, membuat payet dan membuat pakaian jadi.

Selain dapat income, pekerja juga mendapatkan ilmu fesyen dan memiliki pengetahuan mengelola bisnis pakaian. Tak jarang, mereka pun menuai sukses saat membangun bisnisnya secara mandiri setelah tak lagi bekerja di Lady’s Fashion milik Agusmiati.

“Sudah puluhan orang alumni yang awalnya kerja dengan kita sekarang sudah bisa berdikari sendiri dan membuka usaha sendiri. Alhamdulillah,” ujar istri dari Muntasir ini yang juga menjual bahan-bahan menjahit di Bireun.

Meski hal itu lumrah, Agusmiati menyadari bahwa tantangan terbesar dalam menjalankan bisnis fasyen ialah pada merekrut pekerja. Dia berujar sulit sekali mempekerjakan orang dalam waktu yang singkat. Ia juga mengakui mencari tenaga kerja professional sangat susah lantaran mereka ingin berdikari sendiri setelah mereka bisa.

Hingga pada tahun 2020 ia membuka yayasan menjahit yang diberi nama LKP Lady’s Bireun. Agusmiati membuka kursus menjahit ini sebagai salah satu strategi dalam mengkader dan menjaring para pekerja. Di sana murid-muridnya diajari teknik dasar menjahit, mengukur, menggunting, teknik menjahit dasar blus, dan teknik menggambar pola. Nantinya, siswa-siswa terbaik akan direkrut untuk dipekerjakan sesuai dengan keahliannya masing-masing.

Untuk membuat bisnisnya naik kelas, perempuan yang telah memperoleh predikat kompeten SKKNI Jenjang II dan III Bidang Tata Busana pada tahun 2022 ini mengikuti berbagai pelatihan dan bergabung ke organisasi pengusaha. Dari situ ia belajar bagaimana mengelola perusahaan yang rapi dan terstruktur.

Pemerintah Aceh pada waktu itu membuka pelatihan entrepreneur kepada pelaku usaha mikro kecil menengah untuk dibina dan dilatih jiwa entrepreneur dalam mengembangkan usaha.

Agusmiati terpilih dan delapan perusahaan lainnya mendapat binaan dari pemerintah. Ia dibina selama 4 bulan. Dari sana ia tercetus keinginan dan kewajiban untuk menaikkan produksi dan menyusun strategi promosi supaya usahanya bisa naik kelas.

“Saya ambil satu keputusan untuk memproduksi baju-baju muslim bordir motif Aceh dengan tema etnik uniq rapi dan elegant,” sebutnya.

Agusmiati  memproduksi pakaian-pakaian muslim etnik Aceh dengan jenis-jenis casual, resmi, baju pria bordiran Aceh, dan lain-lain. Selain itu ada juga baju-baju muslimah casual tanpa bordir, baju pesta dan baju-baju pengantin. Tak hanya bordir Aceh saja ia juga menerima jenis bordir lainnya, tergantung permintan dan kebutuhan pelanggan.

Agusmiati memilih motif khas Aceh karena motif ini terbilang unik, berbeda dengan barang produksi daerah lain. Ia punya cita-cita fasyen busana etnik Aceh bisa mendunia dan digemari oleh masyarakat seluruh dunia.

“Produk yang kami hasilkan 90% masih tempakan pelanggan, sisanya 10% adalah produk siap jadi yang kita jual di store kita sendiri,” katanya.

Dalam satu bulan Agusmiati mampu memproduksi 350 item dan 500 item pada bulan Ramadhan. Harga baju-baju tempahan dan koleksi Lady’s Fashion milik Agusmiati bervariasi mulai Rp.150.000 hingga Rp. 3.000.000, untuk pakaian gamis premium.

Saat ditanya berapa omset sebulan, Agusmiati blak-blakan mengatakan bahwa bisnisnya berhasil meraup Rp.150 juta-200 juta perbulan.

“Biasanya paling tinggi itu saat bulan puasa, karena orderan pada bulan tersebut meningkat, biasanya bisa mencapai Rp.300 juta perbulan. Tahun lalu (2022) setelah ditotalin omzet kami bisa mencapai 1,9 milyar rupiah,” sebut Agusmiati saat dihubungi Theacehpost.com, Rabu 22 Maret 2023.

Agusmiati mengajak generasi muda Aceh untuk terus mengembangkan usaha fesyen khas Aceh, sehingga Aceh makin dikenal dunia melalui jalur fasyen muslimah. Menurutnya, untuk mencapai itu semua, butuh kerja sama antar pihak, dalam mempromosikan pakaian khas Aceh ini, baik melalui pameran, fashion show, serta mengikuti pergelaran tingkat domestik dan internasional.

Tidak ada strategi khusus dalam pemasaran produk yang dilakukan Agusmiati. Awalnya ia hanya melakukan secara lisan dari mulut ke mulut. Masifnya penetrasi internet di kalangan masyarakat membuat ia harus beradaptasi untuk ikut memasarkan produknya di media sosial.

Kini produk-produk Lady’s Fashion bisa di kepoin di Instagram @agusladys, Fb @ladys fashion bireun, website: agusladys.com dan tiktok.agusladys, atau bisa langsung datang ke Lady’s Fashion di Jalan Mayor H Abdullah Yacob, atau Jalan Bioskop Gajah No. 6 Gampong Meunasah Capa, Kecamatan Kota Juang, Kabupaten Bireun. []

Komentar Facebook

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *