Respon Pernyataan Jubir Mualem-Dek Fad, Syakya: Shaleh Gagal Paham, Logikanya Sesat Menyesatkan
THEACEHPOST.COM | Banda Aceh – Muhammad Saleh, Juru Bicara (Jubir) Pasangan Calon (Paslon) Gubernur-Wakil Gubernur Aceh Nomor Urut 2, H. Muzakir Manaf (Mualem)-Fadhullah (Dek Fadh) dalam rilisnya ke sejumlah media, menuding Jubir Paslon 01 Syakya Meirizal tak paham aturan dan prosedur.
Hal itu sampaikan Shaleh menanggapi pernyataan Syakya yang meminta Mualem, selaku Cagub 02 untuk mengundurkan diri dari jabatan Waliyul Ahdi atau Wakil Wali Nanggroe dan Dewas BPMA. Bahkan Shaleh menyebutkan, pernyataan Syakya tendensius, provokatif dan cacat nalar.
Merespon pernyataan Jubir Mualem – Dek Fad tersebut, Syakya mengatakan Muhammad Shaleh telah gagal memahami konteks dari pernyataannya. Ia menyebutkan dirinya berbicara dari perspektif dan etika politik. Sementara Shaleh menanggapinya menggunakan kacamata regulasi.
“Shaleh telah gagal paham terkait konteks pernyataan kami agar Mualem mundur dari jabatan Wakil Wali Nanggroe dan Dewas BPMA. Kita bicara dalam koridor moralitas dan etika politik,” kata Syakya Meirizal, Sabtu (2/11/2024).
Syakya mengatakan, Shaleh berkomentar soal aturan dan prosedur. Padahal, kata Syakya, pihaknya sama sekali tidak mempersoalkan dari aspek regulasi sehingga tanggapan yang dilontarkan Shaleh menurut Syakya sangat tidak relevan.
“Bahwa Mualem sedang menjabat dan menerima gaji dari negara dalam dua jabatan sekaligus, itu kan sebuah fakta. Karena sedang maju sebagai Cagub, etisnya ya mundur. Ini terkait soal kepatutan dan kepantasan, juga soal keteladan dari seorang calon pemimpin. Apalagi para Cakada lain semuanya diharuskan mundur dari berbagai jabatan yang digaji dengan uang negara. Inikan jadi tanda tanya bagi publik. Kok seperti ada standar ganda, kesannya ada privilege untuk Mualem. Tidak diperlakukan sama dengan orang lain dihadapan hukum dan peraturan perundang-undangan,” ujarnya.
Kemudian terkait dengan potensi pemanfaatan jabatan Waliyul Ahdi untuk kepentingan politik Pilgub, menurut Syakya, hal itu juga sangat mungkin terjadi.
Apalagi saat ini Pj Sekda Aceh itu dijabat oleh Khatibul Wali. Sehingga tak bisa dibantah jika Waliyul Ahdi dan Khatibul Wali itu memiliki relasi kuasa yang sangat dekat, menjadikan potensi pemanfaatan jabatan itu sangat terbuka.
“Berangkat dari kegagalan memahami konteks pernyataan kami, Shaleh akhirnya mengkonstruksi argumentasi dengan narasi yang cenderung mengedepankan logical fallacy. Seperti radio tua yang sudah patah antenanya, Shaleh tidak mampu lagi menerima siaran dengan baik. Karena nalarnya sudah pincang duluan, ia akhirnya mengelabui publik dengan logika yang sesat dan menyesatkan,” kata Syakya.
Seperti seorang striker gaek di sebuah klub bola, kata Syakya, Shaleh sangat ingin mendapatkan applause dari supporter klubnya.
“Karena sudah dikuasai oleh nafsu ingin segera menyerang dan cetak gol ke gawang lawan, ia buru-buru menendang bola sekuat tenaga. Hasilnya bola melambung jauh dari gawang, serangannya tidak tepat sasaran, karena akurasinya sangat rendah,” ungkap Syakya.
“Bang Shaleh nyan lagee moto krok, yang peunteng sudok,” pungkas Syakya sambil tertawa. (Akhyar)
Baca berita The Aceh Post lainnya di Google News dan saluran WhatsApp